Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak orang seolahberpacu tanpa henti mengejar sesuatu yang mereka sebut "kebahagiaan." Kitabekerja keras, bersaing, menargetkan hal-hal besar---namun di antara semua itu,sering kali muncul pertanyaan sederhana: apakah kita benar-benar bahagia?
Kebahagiaan hari ini seolahdiukur dari seberapa banyak yang kita miliki: uang, prestasi, pengikut di mediasosial, atau bahkan pengakuan dari orang lain. Padahal, jika kita berhentisejenak dan merenung, kebahagiaan sejati tidak selalu datang dari luar diri,melainkan dari kemampuan untuk merasa cukup dengan apa yang sudah ada. Ia lahirdari hati yang damai, bukan dari perbandingan dengan kehidupan orang lain.
Banyak yang lupa bahwakebahagiaan juga bisa hadir dalam hal-hal sederhana: secangkir kopi di pagihari, tawa bersama keluarga, atau waktu tenang untuk diri sendiri. Sayangnya,dalam hiruk-pikuk dunia digital, momen-momen kecil ini sering terlewat begitusaja karena perhatian kita terlalu tersita pada layar dan dunia maya.
Menemukan kebahagiaanberarti belajar memahami diri sendiri. Ia bukan hasil dari pencapaian besar,melainkan proses panjang untuk berdamai dengan kekurangan, menghargaiperjalanan, dan mensyukuri setiap langkah. Kebahagiaan bukan tujuan akhir, tapicara kita menjalani hidup setiap hari dengan penuh kesadaran.
Di tengah dunia yang terusbergerak cepat, barangkali kebahagiaan justru ditemukan ketika kita beranimemperlambat langkah, melamban bukanlah hal yang tabu, kadang itu yang kau butuh. Saat kita berhenti sejenak, mendengar suara hati, danmenyadari bahwa kebahagiaan tidak perlu dikejar terlalu jauh---karena seringkali, ia sudah diam di dalam diri kita sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI