Mohon tunggu...
Renitadewi Kusumah Wardani
Renitadewi Kusumah Wardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia

saya suka matcha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Partisipasi Angkatan Kerja Pendidikan Rendah dalam Meningkatkan Taraf Hidupnya pada Usia Produktif

13 Mei 2024   17:38 Diperbarui: 13 Mei 2024   17:49 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mata Kuliah Demografi Sosial

Tim Penyusun:

  • Armeta (2301669)
  • Aura Fiihaa Azhra (2309747)
  • Daffa Nasywa Afriani (2301987)
  • Fadhil Kholid Al-Munadi (2303757)
  • Indra Abdul Majid (2310734)
  • Renitadewi Kusumah Wardani (2300859)
  • Rizqia Azzahra (2309532)
  • Saripah (2303639)

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Mirna Nur Alia Abdullah, S.Sos., M.Si.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk bekerja Indonesia mencapai 139,85 juta orang pada Agustus, 2023. Apabila dilihat dari tingkat pendidikannya, penduduk bekerja di Indonesia didominasi oleh lulusan SD ke bawah dengan total 51,49 juta orang. Kemudian, penduduk lulusan SMA yang bekerja berjumlah 28,33 juta orang, lulusan SMP 24,85 juta orang dan lulusan SMK 17,33 juta orang. Penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi turut menjadi bagian dari Angkatan kerja di Indonesia. Dengan lulusan universitas berjumlah 14,44 juta orang, dan lulusan Diploma I/II/III menduduki tingkat Angkatan kerja yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya. Yaitu hanya berjumlah 3,41 juta orang.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang dibutuhkan bagi perekonomian suatu daerah maupun negara. Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu, manusia memerlukan pendidikan untuk keberlangsungan hidupnya. Pendidikan merupakan sesuatu yang menting dalam kehidupan. Aktual pada dewasa ini mengenai perguruan tinggi, hanya sedikit orang yang berminat menyambung kehidupannya untuk melanjutkan pembelajaran ke jenjang pendidikan. Hal ini dipengaruhi oleh fase-fase perkembangan dan kemajuan dari tahap awal hingga kematian. Di antara fase tersebut, manusia mengalami fase pergantian atau peralihan. Fase ini dialami oleh remaja. Masa pra-dewasa merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa. Dalam fase peralihan, manusia mengalami fase perencanaan karir. Hal ini diperlukan untuk memilih dan mempersiapkan pekerjaan dan karir di masa depan. Menurut Irpan A. Kasan, (2022) dalam Yean dan Yahya, (2013) perencanaan karir merupakan kegiatan yang membuat seorang individu bertanggung jawab untuk mengembangkan karirnya. Usaha dalam proses pengembangan karir harus melalui Tindakan yang nyata dan sadar dalam memilih pekerjaan atau melanjutkan pendidikan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan seorang remaja dalam menentukan minat dan pilihannya.


Menurut Irwan Abdullah, (2022) dalam Armalita (2016), ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat seseorang. Diantaranya:

  • Faktor internal: Sesuatu yang berasal dari diri sendiri. Seperti perhatian, motif, rasa ingin tahu, semangat, aktivitas, dan kebutuhan.
  • Faktor eksternal: Sesuatu yang berasal dari luar diri. Seperti ligkungan, orang tua, teman, guru, dan fasilitas.

Minat kalangan remaja terhadap pendidikan, khususnya pendidikan tinggi terkadang menemui keraguan. Terutama bagi remaja yang telah tamat sekolah menengah atas. Ada kebimbangan dalam menentukan pilihan mereka apakah melanjutkan sekolah atau bekerja. Dalam dunia kerja, diperlukan setidaknya gelar sekolah menengah atas maupun perguruan tinggi. Begitupun dengan karyawan dalam suatu perusahaan. Syarat yang diperlukan untuk seorang pelamar karyawan setidaknya ijazah sekolah menengah dan bergelar sarjana atau lebih tinggi dari itu.

Karena hal itu, banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi bagi anaknya. Hal ini selaras dengan keinginan para pengusaha yang biasanya membutuhkan tenaga kerja yang professional tinggi dengan prasyarat memiliki ijazah perguruan tinggi. Hal ini juga berpengaruh pada status sosial yang dipegang oleh orang-orang tersebut dalam masyarakat.

Namun, kenyataan yang didapat berdasar data dari Badan Pusan Statistik (BPS) 2023, angakatan kerja lulusan SMA lebih banyak daripada lulusan perguruan tinggi. Yakni sebesar 28,33 juta orang dibandingkan dengan perguruan tinggi yang berjumlah 14,44 juta orang.

Maka dari itu, rumusan permasalahan yang dapat disimpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1). Apa alasan seseorang dengan lulusan pendidikan rendah lebih memilih bekerja daripada meneruskan pendidikannya? 2). Bagaimana kualifikasi yang diperlukan oleh perusahaan informan dalam memilih pekerja atau karyawan? Dengan ini, kita dapat mengetahui alasan dibalik perencanaan karir yang ditentukan oleh remaja. Apakah melanjutkan pendidikan atau bekerja. Kemudian, penelitian ini juga dapat memperluas pemikiran kita mengenai pendidikan dan pekerjaan dalam kehidupan seseorang.

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur, yaitu memilih sumber yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber yang dipakai dalam penelitian ini ialah artikel. Penelitian ini didukung dengan dilakukannya wawancara terhadap sampel informan. Informan kunci dalam penelitian ini merupakan 4 orang lulusan sekolah menengah atas dengan rentang usia 19 hingga 20 tahun. 4 orang tersebut memilih untuk bekerja dibandingkan melanjutkan untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Adapun beberapa pertanyaan yang digunakan dalam sesi wawancara bersama informan. Terdiri atas 5 pertanyaan yaitu: 1). Apa pekerjaan yang digeluti pada saat ini? 2). Berapa gaji yang didapatkan perbulan dalam pekerjaan tersebut? 3). Apa motivasi yang membuat anda memilih bekerja daripada melanjutkan jenjang pendidikan? 4). Apa kualifikasi pelamar yang dibutuhkan oleh tempat anda bekerja dan skill apa yang dibutuhkan untuk ketentuan melamar di tempat anda bekerja?

Berikut merupakan hasil yang didapatkan dari wawancara yang telah dilakukan terhadap 4 informan yang digunakan dalam penelitian:

  • AR, 19 Tahun: Ia merupakan lulusan SMA. Menempati posisi kerja sebagai PIC social media dan Operations Associate di Gramedia. Gaji yang ia dapatkan dalam jangka waktu satu bulan sebesar 4.200.000 rupiah. Gaji ini belum termasuk bayaran per-konten dan tunjangan lainnya. Ia memilih untuk bekerja dikarenakan belum memiliki kesempatan mengenyam pendidikan lebih lanjut. Hal ini dilatar belakangi oleh proses masuk perguruan tinggi yang dinilai sulit karena persaingan yang ketat. Kemudian, proses belajar yang sedikit membuatnya mengalami tekanan. Adapun tekanan dari lingkungan sosial mengenai persepsi seorang laki-laki yang tidak kuliah namun tidak bekerja. Hal ini membuat ia memilih untuk bekerja dahulu sebelum memiliki persiapan yang matang untuk melanjutkan pendidikan. Menurutnya, setidaknya ada hal yang digeluti terlebih dahulu pada saat ini. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa ia juga memiliki harapan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya. Namun, pada saat ini ia berfokus terhadap karirnya dalam bekerja terlebih dahulu. Ia mengakui bahwa mencari pekerjaan merupakan hal yang sulit. Namun, ia menyesuaikan modal yang ia punya dalam memilih pekerjaan. Gramedia TSM Bandung merupakan tempat ia bekerja. Pada saat itu, kualifikasi yang dibutuhkan sebagai karyawan Gramedia TSM diantaranya:
  • Fresh Graduate dengan pendidikan minimal SMA/SMK
  • Memiliki kemampuan komunikais yang baik. Baik itu komunikasi online maupun tatap muka.
  • Memiliki kemampuan digital selling, termasuk mengelola market place.
  • Mampu bekerja dengan sistem target.
  • Bersedia bekerja secara shift.
  • Memiliki sertifikat vaksin covid-19.
  • Berpenampilan rapi dan menarik. 

Setelah memiliki pekerjaan, ia menilai bahwasanya memang setiap perusahaan melihat latar belakang pelamar. Skill dan pengalaman apa yang dimiliki oleh pelamar. Pada saat ia mengenyam pendidikan pada sekolah menengah, ia merupakan siswa yang aktif dalam kegiatan organisasi baik internal maupun eksternal. Ia juga merupakan Ketua Duta Hukum HAM Kabupaten Ciamis. Memiliki relasi dalam dunia organisasi dan beberapa kali berkecimpung dalam kegiatan perlombaan maupun kepanitiaan. Hal ini didukung dengan pengalamannya menjadi pengurus OSIS selama 2 periode. Dari latar belakang itu, dia langsung diangkat sebagai Operations Associate di Gramedia TSM Bandung.

  • ESF, 19 Tahun: Ia merupakan lulusan SMA yang bekerja sebagai kasir di Captain Barbershop Cikarang. Gaji yang ia dapatkan dalam kurun waktu satu bulan sebesar 4.800.000 rupiah. Besaran nominal dapat bertambah seiring waktu bekerja. Ia memilih untuk bekerja dibandingkan melanjut pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya gagal dalam seleksi masuk perguruan tinggi dan keadaan ekonomi yang saat itu sedang terkendala. Dalam beberapa bulan sebelum ia memasuki pekerjaannya, ia sempat mencoba untuk melamar di beberapa tempat sebelum akhirnya diterima sebagai kasir di Captain Barbershop Cikarang. 

Adapun kualifikasi karyawan yang dibutuhkan untuk menjadi kasir di tempat tersebut adalah:

  • Wanita dengan usia max. 27 tahun.
  • Pengalaman minimal 1 tahun sebagai kasir.
  • Pendidikan minimal SMA/SMK.
  • Berpenampilan menarik dan komunikatif.
  • Rajin, jujur, dan bertanggung jawab.

Ia berpendapat bahwa skill dan pengalaman sangat berperan penting dalam pekerjaan. Skill dan pengalaman menentukan pekerjaan di masa yang akan dating. Diterimanya ia sebagai kasir di Captain Barbershop juga dikarenakan modal yang ia miliki sebelumnya. Pada saat menduduki bangku pendidikan, ia telah menjadi wirausaha muda dengan menjual berbagai macam barang. Ia telah memulai wirausahanya sejak ia masih sekolah dasar. Disambung dengan membuka online shop pada saat ia duduk di bangku sekolah menengah pertama. Hal ini terus berlanjut. Mengingat ayah dan ibunya juga seorang wirausaha. Menurutnya, pengalaman dapat menjadi peluang kita bagi masa depan. Selama memiliki pengalaman dan kemampuan, kita akan mudah menyesuaikan dengan kualifikasi yang dibutuhkan nantinya. Menurutnya, asalkan kita memiliki keinginan untuk memperbaiki hidup kita, entah itu dengan cara bekerja maupun melanjutkan pendidikan, itu bukanlah salah satu hal yang harus disalahkan. Namun, bagaimana kita dapat bertanggung jawab atas diri kita dan percaya bahwasanya segala hal yang dilalui dan didapatkan merupakan rezeki bagi kita.

  • R, 19 Tahun: Merupakan lulusan SMA yang sempat menjadi siswa gapyear untuk masuk ke perguruan tinggi. Ia memiliki rencana untuk mencoba mengikuti seleksi Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). R merupakan pebisnis yang memiliki usaha menjual vape dan dikelola Bersama saudaranya sejak tahun 2018/2019 hingga sekarang. Pada satu bulan pertama awal bisnisnya, usaha vape-nya sempat ramai pengunjung. Dalam satu hari, dapat menjual 5 sampai 10 produk vape. Produknya bervariasi dengan berbagai pilihan liquid untuk berbagai jenis vape. Keluhan yang ia hadapi dalam menjual barang (vape), ia tidak bisa memprediksi berapa banyak barang yang terjual. Setelah dikalkulasikan dengan melihat jenis produk yang dijual, R mengaku bahwasanya ia mendapatkan keuntungan yang menyentuh angka 10.000.000 rupiah bahkan lebih. Hal ini dikarenakan competitor penjualan vape semakin banyak. Hal ini juga didukung dengan banyaknya orang yang menjual vape secara online. Hal ini dapat mempermudah customer dalam membeli produk yang dijual. Alasan R mendirikan bisnis, dikarenakan ia tidak mau bekerja dibawah tekanan atau suruhan dari atasan. Hal ini membuat R memilih untuk mendirikan usaha sendiri. Serendah-rendahnya, ia memilih untuk melakukan freelance. R mengaku memiliki beberapa skill yang ia kuasai. Salah satunya kemampuan mengelola IT. Ia juga mengerti mengenai coding. Ia memiliki jiwa wirausaha, fotografi serta editing. Kemudian ia juga memahami copywriting. Hal ini membuat ia memilih untuk mendirikan bisnisnya sendiri daripada bekerja di perusahaan orang lain. Ia juga menuturkan bahwa kuliah maupun kerja merupakan alasan yang perlu dikembalikan kepada pilihan diri sendiri. Ia lebih memilih untuk mendirikan usaha dikarenakan beberapa hal. 1) Skill perlu dikembangkan menjadi sebuah modal agar bisa membangun usaha tersendiri. Menjadikan kita yang memiliki usaha, bukan bekerja di usaha orang lain 2) Gaji pendiri usaha lebih besar daripada pekerja di usaha orang laing 3) Pengalaman. Berbagai pekerjaan tentu mencantumkan "minimal 1 atau 2 tahun pengalaman kerja di bidang terkait. Menurutnya, hal ini merupakan tekanan bagi diri kita sendiri. Maka dari itu, ia lebih memilik membangun dan mengelola bisnis tersendiri.
  • RD, 20 Tahun: Merupakan lulusan SMA yang tengah menjalani proses dalam mendaftar kuliah di Universitas Binus. Ia memiliki usaha coffee shop dengan beberapa cabang di berbagai tempat. Seperti di sekitar Kopo, dan memiliki cabang terbaik yang berada di Jakarta (PIK 2). Cabang coffee shop Jakarta dikelola oleh kakak dan saudara sepupunya. RD juga memiliki usaha menjual kaos. Namun ia menuturkan bahwa pendapatan yang ia dapatkan lebih besar di usaha coffee-nya. RD mengaku bahwasanya ia mendapatkan keuntungan sebesar 9.000.000-12.000.000 tupiah. Ia merupakan keturunan China, sehingga memiliki modal mencari untung dalam berniaga. Selain fokus pada pengelolaan kopi, ia juga menjual bubuk kopi kepada orang lain sehingga keuntungannya lebih besar. Ia mengaku, bahwa skill yang ia miliki cenderung kepada bidang olahraga. Seperti basket, futsal, badminton, dan sebagainya. Namun, orang-orang menilai bahwa RD pandai dalam editing video dan fotografi.  Di masa gapyear-nya, ia lebih memilih untuk merintis usaha sendiri karena menurutnya mendaftar pekerjaan di perusahaan orang lain merupakan suatu hal yang melelahkan. RD pernah bekerja di toko kelontong teman ayahnya. Namun, dikarenakan tokonya selalu ramai dan bekerja non-stop karena sesama keturunan China, ia merasa lelah. Ia memilih membuka usaha coffee shop. Hal ini dikarenakan ayahnya memiliki alat barista pribadi. Hal itulah yang menunjang ia dan kakaknya belajar untuk merintis usaha coffee. RD berpendapat, bahwa supaya usaha atau bisnis yang dibangun menapatkan banyak untung, kita perlu sesekali merasakanan kerja di usaha orang lain. Hal ini tentu saja untuk menambah pengalaman dan melihat langsung orang lain mengelola usahanya seperti apa. Itu dapat menjadi inspirasi kita dalam membuka usaha. Gapyear bukanlah suatu kelemahan, melainkan kesempatan bagi kita untuk menjelajahi pengalaman belajar yang lebih luas. Oleh sebab itu ia memilih bekerja dan merintis bisnis sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, tuturnya.

Seorang remaja mengalami fase peralihan yang ditandai dengan adanya proses perencanaan karir. Seorang remaja yang lulus pada sekolah menengah, memiliki dua pemikiran yang menentukan dirinya di masa depan seperti apa. Pilihan remaja lulusan sekolah menengah tentu saja terletak pada keputusan apakah melanjutkan pendidikan atau bekerja. Hal ini tentu dipengaruhi oleh faktor internal yang mencakup perhatian, motif, rasa ingin tahu, semangat, aktivitas, dan kebutuhan. Disamping itu, Adapun faktor eksternal yang mencakup sesuatu yang berasal dari luar diri. Seperti ligkungan, orang tua, teman, guru, dan fasilitas. Dalam pilihan itu, tentu saja seorang remaja memiliki pertimbangan yang matang sehingga diperlukan persiapan yang baik bagi keberlangsungan karirnya.

Empat sampel informan yang diambil memiliki pendapat yang berbeda satu sama lain. Namun, pelajaran yang dapat diambil ialah, entah itu bekerja maupun melanjutkan pendidikan memiliki manfaat tersendiri apabila dijalani dengan sepenuh hati. Tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bukan berarti kita berdiam diri dan terpuruk dengan keadaan. Namun, hal itu dapat dijadikan sebagai kesempatan bagi kita untuk lebih mengenali diri sendiri, mengembangkan potensi diri, dan menjadikan hal itu sebagai pelajaran untuk diri kita sebagai remaja generasi bangsa. Apapun pekerjaannya, apabila dijalani sepenuh hati, akan menuai berbagai hikmah dan manfaat untuk diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun