Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tamasya Ilmu di TMII dan Pulau Reklamasi

10 Agustus 2019   05:58 Diperbarui: 12 Agustus 2019   14:45 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut Bu Fanny, cerpen dalam koran itu harus dipertahankan. Seolah Koran bergengsi tersebut menjadi sebuah wadah untuk berkompetisi. 

Memang, menurut beliau untuk tembus di harian Kompas itu bukan perkara yang mudah. Bahkan beliau sendiri mengaku bahwa sudah mengahbiskan waktu hampir sepuluh tahun untuk bisa menembus media tersebut. 

Tentu itu bukan waktu yang sebentar dan sudah barang tentu itu butuh perjuangan yang tak mudah. Seperti yang kita tahu, jalan untuk menjadi seorang penulis itu merupakan jalan panjang yang sepi dan penuh rintangan. Hanya mereka yang kuat dan bersungguh-sungguhlah yang akan mencapainya.

Di sesi kedua diisi oleh Pak Iskandar Zulkarnain yang merupakan co-founder Kompasiana. Beliau membawakan materi betajuk literasi digital. Seperti yang kita tahu, di zaman serba digital ini kita bisa memperdagangkan tulisan kita sebagai seorang content creator. 

Kita bisa menentukan sendiri fee untuk memberi harga pada tulisan kita. Satu hal yang bisa saya petik dari perbincangan sore hari itu,  'Jangan pernah menilai harga tulisan kita dari satu buah artikel saja, tapi berapa banyak artikel yang bisa kita hasilkan dalam satu bulannya dengan fee yang segitu.'

Dalam sesi ini kita juga diajarkan bagaimana mengelabui pembaca dengan tulisan kita. Ilmu marketing mulai bekerja. Hal ini mencakup bagaimana saat kita menawarkan sebuah produk tanpa harus terang-terangan menunjukan kalau kita tengah beriklan pada pembaca.

img-20190810-054142-5d4df9940d82305b583d1fb2.jpg
img-20190810-054142-5d4df9940d82305b583d1fb2.jpg
Di sesi terakhir, membahas tentang tema ekonomi yang dibawakan oleh Pak Isson Khaerul yang merupakan Direktur dari PPI. Dalam kesempatan ini, kami diajarkan untuk melek ekonomi. 

Dari data yang ada pun menunjukan, masih sedikit orang yang mau menuliskan masalah perekonomian dalam tulisannya. Padahal berbiacara masalah ekonomi, kita semua ini merupakan pelaku ekonomi. Setiap hari bisa dibilang kita melakukan kegiatan ekonomi. Jadi, kalau ada yang bilang bahwa tema ekonomi itu sulit, itu sesungguhnya tidak tepat.

img-20190810-054128-5d4dfa2b097f360616095c25.jpg
img-20190810-054128-5d4dfa2b097f360616095c25.jpg
Setelah menyerap ilmu dari tiga sesi tersebut, maka tiba saatnya kami beristirahat di kamar yang terletak di lantai tiga. Dalam satu kamar berisi enam orang peserta. 

Entah kenapa, meski baru sekali mengikuti acara ini, namun rasa-rasanya kami sudah seperti teman lama. Tak ada batasan atau jarak antara senior dan pemula. Kami anak baru ini, diterima dengan uluran tangan hangat layaknya keluarga.

Paginya kami on the way ke Pantai Maju. Kalau ada yang merasa bahwa pantai ini akan menawarkan sesuatu seperti Pantai Ancol, Pantai Anyer, atau Pantai Parangtritis, maka kalian salah besar. Pantai Maju merupakan satu dari tiga pulau reklamasi yang baru saja diresmikan oleh bapak gubernur DKI, Anies Baswedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun