Oleh karena itu, perlu disadari bahwa homili merupakan sarana pewartaa untuk membawa umat kepada karya keselamatan bukan untuk perpecahan.Â
Semoga dalam pembahasan ini tentang peranan homili ini, saya dapat menimba pengetahuan dan pemahaman tentang homili yang baik dan benar, sehingga dapat bermanfaat bagi saya sebagai seorang calon Imam yang baik di masa yang akan datang.
Seringkali terdengar keluhan bahwa homili-homili dari para pastor terlalu panjang. Homili sebaiknya tidak lebih dari delapan menit rata-rata. Karena jangka waktu perhatian umat masih terfokus.Â
Setiap pengkotbah juga harus menyediakan waktu yang cukup untuk mempersiapkan homili yang baik dan relevan.Â
Sebagai contoh Bapa Suci Benediktus XVI mempersiapkan homili hari minggu mulai dari hari senin sebelumnya, sehingga ada banyak waktu untuk merenungkan bacaan-bacaan Kitab Suci yang hendak didalami dan diwartakan dalam homili.Â
Seorang pengkotbah dapat menimba inspirasi tidak hanya dari kitab suci, tetapi dari surat kabar atau sumber-sumber yang lain, sehingga homili dapat menjawab isu-isu terkini yang sedang hangat baik di dunia maupun dalam komunitas lokal.Â
Sebuah homili dapat pula menawarkan ide-ide tentang apa yang dapat diperbuat oleh umat setelah Perayaan Ekaristi entah dalam bentuk doa, bacaan-bacaan, kegiatan di rumah, di tempat kerja ataupun di masyarakat demi tersebarnya ajaran-ajaran injil.
Homilis harus butuh persiapan  dan bukan hanya sekedar improvisasi spontan di atas mimbar. Butuh banyak membaca dan merenungkan Sabda Tuhan dalam terang ajaran gereja dan konteks kehidupan aktual umatnya.Â
Butuh pula belajar menyampaikan isinya dengan metode yang tepat sehingga isi homilinya bisa terkomunikasikan dengan baik dan tidak asal-asalan atau sekedar guyonan tanpa mutu yg menyenangkan umat. Homili adalah pewartaan Sabda Tuhan, bukan ajang lontarkan humor, lawakan, show pribadi, atau gosip-gosip terkini.Â
Maka yang pertama-tama dikupas dalam kesempatan homili adalah Sabda Tuhan. Untuk itu dari pihak Imam dibutuhkan banyak refleksi & banyak membaca agar Sabda yang selalu sama bisa diwartakan, dijelaskan, dan diberi tekanan isi yangg aktual dalam homili.