Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Bersabar atau Bersyukur?

11 Maret 2024   11:53 Diperbarui: 11 Maret 2024   12:05 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Mereka yang tidak bersyukur terhadap anugerah sederhana tetapi sangat penting ini biasanya menggunakan kebanyakan waktu luangnya untuk bermaksiat. Kesehatan yang diberikan kepadanya untuk mengkonsumsi hal-hal yang justru buruk bagi dirinya, yang haram maupun yang merusak. Keleluasaan gerak dan pikiran juga hanya sebagai sarana untuk banyak berkhayal serta melamun di tengah-tengah kemalasan yang semakin menjadi-jadi.

Oleh karena itu, bagi mereka yang bijaksana, lebih memilih untuk segera melaksanakan kegiatan-kegiatan dan aktivitas yang merepresentasikan rasa kebersyukuran terhadap hal-hal sederhana dalam hidup ini yang amat sangatlah penting, yakni waktu, kesehatan, dan kelapangan.

           

Syukur dan Sabar Harus Berdampingan

Syukur sendiri tidak bisa jika hanya berdiri sendiri, ia harus berdampingan dengan sabar. Memulai suatu aktivitas tanpa dibarengi dengan rasa sabar maka ia hanya akan bertahan sebentar saja. Contohnya saja rasa syukur akan waktu luang yang dimanfaatkan untuk memulai usaha sederhana misalnya, tanpa adanya kesabaran justru akan membuat kita merasa sia-sia. 

Terutama di awal-awal menjalankan usaha, dimana berbagai sumber daya dimanfaatkan untuk memulai namun hasilnya belum atau bahkan mungkin tidak kelihatan. Diperlukan kesabaran agar seseorang dapat bertahan dibarengi dengan kretifitas, ide-ide, serta ikhtiar sampai waktu tertentu yang sesuai dengan standarnya.

Menahan diri di kala memperoleh waktu luang pun merupakan salah satu bentuk rasa sabar. Aktivitas-aktivitas lain yang dilakukannya agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan juga merupakan usaha dari kesabaran itu sendiri, atau dengan kata lain merupakan bentuk rasa syukurnya terhadap waktu yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Sabar dan syukur menjadi teman yang mengiringi langkah-langkah hidupnya dalam rangka beribadah kepadan-Nya, karena bukankah menjauhi larangan-Nya itu juga berarti bernilai ibadah kepada-Nya?

Tidak memakan makanan dan minuman yang haram maupun yang tidak baik bagi kesehatan berarti juga menahan diri atau bersabar. Rasa syukur atas kesehatan menjadi bagian penting dari hidup, memakan makanan yang halal dan baik. Selain itu memanfaatkan kesehatan untuk bergerak ke arah positif, bukan ke arah maksiat dan kenistaan pun merupakan bentuk rasa syukur kepada pemberian Sang Maha Pencipta.

Pikiran-pikiran yang sering melamun dan berkhayal lebih dekat kepada setan dibandingkan pikiran-pikiran yang tenang dan terukur dalam ibadah, bekerja, belajar, mencari hikmah, serta berusaha. Rasa sabar menahan pikiran-pikiran negatif untuk dapat diejawantahkan oleh manusia menjadi sebuah aktivitas dan rasa syukur akan membimbing untuk merencanakan keleluasaan ruang gerak ke arah yang lebih positif.   

 

Allah SWT menganugerahkan manusia dengan akal, pikiran, dan hati yang dengan itu ia beribadah kepada-Nya, menjalani hidup dengan sabar dan syukur. Sabar dan syukur merupakan dua hal yang harus ada di dalam diri manusia. Keduanya mengantarkan manusia menjadi makhluk yang mulia. Sabar dan syukur yang sering dilatih akan membawa kebaikan bagi diri manusia dan lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun