Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pandangan yang Jernih Terhadap Perilaku Terorisme

24 Agustus 2023   10:31 Diperbarui: 24 Agustus 2023   10:33 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perang, tindak terorisme sebenarnya. ilustrasi: freepik.com

Upaya Diplomasi dan Penyelesaian Damai: Sebelum meresort ke tindakan militer atau langkah ekstrem lainnya, upaya diplomasi dan penyelesaian damai harus diutamakan. Mencari solusi politik yang melibatkan dialog dengan semua pihak yang terlibat dapat mencegah eskalasi konflik yang lebih lanjut.

Pentingnya Informasi Independen: Masyarakat internasional perlu mengandalkan sumber informasi yang independen dan beragam untuk mendapatkan gambaran yang seimbang tentang situasi. Media independen dan lembaga pemantau hak asasi manusia dapat berperan penting dalam menyediakan informasi yang akurat dan objektif.

Menghindari Generalisasi dan Stigma: Penting untuk menghindari generalisasi dan stigmatisasi terhadap kelompok agama atau etnis tertentu dalam upaya melawan terorisme. Menghakimi seluruh kelompok berdasarkan tindakan ekstrem individu hanya akan memperburuk ketegangan dan memperkuat narasi ekstrem.

Keterlibatan Masyarakat Sipil: Melibatkan masyarakat sipil, termasuk para ahli dan aktivis, dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi anti-terorisme dapat membantu mencegah penyalahgunaan dan menjamin pendekatan yang lebih adil dan efektif.

Pandangan yang Jernih terhadap Perilaku Terorisme

Perilaku terorisme tidak terbatas pada sebuah event atau peristiwa tertentu yang selaa dua dekade ini berhulu pada satu hal besar, yakni runtuhnya dua menara kembar simbol kedigdayaan ekonomi sang pemenang perang dunia kedua. Sayangnya hal itulah yang terjadi, seluruh interpretasi dari terorisme seluruhnya dijuruskan sebagian besar kepada si kambing hitam, mereka yang tak pernah terjajah terutama secara ideologi atau tempat-tempat di mana demokrasi ala Amerika tidak berlaku di wilayah tersebut.

Amat sangat disayangkan sekali pada akhirnya jargon-jargon terorisme yang digaung-gaungkan itu menyasar Islam secara membabi buta. Tak perlu disebutkan contoh penangkapan tukang bakso yang memakai baju koko ala timur tengah yang ditangkap oleh petugas yang menyamar menjadi 'kesalahan biasa' yang terjadi, bahkan setelah itu yang terjadi adalah pembenaran. Mencari-cari kesalahan manjadi bagian dari pengejawantahan dana-dana terorisme yang mengalir ke berbagai belahan dunia.

Dana-dana terorisme itu sangat baik jika tepat guna, namun sangat berbahaya jika membabi buta, hanya supaya sejumlah uang tetap mengalir dan dapat dinikmati bersama. Pembenaran terhadap isu terorisme yang digaungkan oleh Amerika semenjak peristiwa 11 September 2001 mungkin menjadi salah satu yang menjadi motif utama. Amerika, tidak mau disalahkan begitu saja, hal itu dapat merusak citranya dan menurunkan tingkat kepercayaan yang seharusnya sudah turun dari dahulu, sejak dollar tidak lagi dapat dikonversi ke emas. Gelontoran dana terorisme tersebut membuat pemerintah di berbagai belahan dunia kemudian secara berkala akan mendukung kebijakan perang Amerika yang sebenarnya cukup tidak logis. Mengapa menyasar beberapa negera di Timur Tengah jika pelakunya hanya sebuah organisasi tertentu.

Memang, bom-bom yang meledak di berbagai tempat ibadah dan tempat umum tanpa alasan yang jelas merupakan bentuk terorisme, namun demikian perlu untuk diingat bahwa invasi ke sebuah wilayah besar dan mengiorbankan banyak hal di dalamnya juga merupakan bentuk terorisme yang brutal. Contohnya saja penjajahan atas Palestina oleh Israel yang direstui sepenuhnya oleh Inggris dan Amerika, bukankah itu juga adalah tindakan terorisme? Tanyakan saja bagaimana orang-orang Palestina itu hidup dalam teror setiap harinya.

Invasi Amerika Serikat ke Timur Tengah

Invasi Amerika Serikat ke Irak dan Afganistan tidak memiliki dasar yang jelas semenjak terungkapnya peristiwa runtuhnya dua gedung kembar pada 11 September 2001. Banyak kejanggalan yang akhirnya memberikan kesimpulan bahwa peristiwa tersebut adalah false flag, operasi bendera palsu, untuk membenarkan tindakan yang diambil setelahnya, yakni pemaksaan kepentingan politik di Timur Tengah atas nama demokrasi dan pemberantasan terorisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun