Mohon tunggu...
RENDRA TRY HERMAWAN
RENDRA TRY HERMAWAN Mohon Tunggu...

Seorang Mahasiswa Angkatan Tahun 2012 Konsentrasi Ekonomi Moneter, Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jumlah Bank Berkurang, Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi Indonesia?

5 April 2015   11:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:31 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Rencana akuisisi dan merger beberapa bank yang digulirkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan mengurangi pilihan bank yang ada dan meningkatkan efisiensi perbankan, namun  apakah industri perbankan dapat bergairah seperti saat ini?. Akuisisi, ialahpengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, tetapi perusahaan yang dibeli tetap ada.dan Merger, ialahproses penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil atau membeli semua aset dan kewajiban perusahaan yang di-merger sehingga perusahaan yang me-merger minimal menguasai 50% saham yang mengakibatkan perusahaan yang di-merger terhenti operasinya dan para pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham diperusahaan yang baru.

Perbankan Menumbuhkan Ekonomi Indonesia

Dengan lembaga perbankan yang banyak tersedia di industri perbankan, antar perbankan selalu berkompetisi untuk dapat menguasai pasar dengan mengembangkan inovasi pada fasilitas kredit dan debit. Kredit dan debit yang menarik seperti tingkat bunga tabungan yang lebih tinggi atau tingkat bunga kredit yang lebih rendah daripada bank kompetitor, atau juga fasilitas kredit dan debit yang efektif dan efisien lainnya seperti Kartu Tanda Mahasiswa yang dapat digunakan sebagai ATM seperti yang terjadi di Universitas Jember. Pada akhirnya masyarakat tertarik untuk menggunakan jasa bank tersebut, Selain layanan debit dan kredit saat ini secara luas bank juga melayani kegiatan lain diluar perbankan seperti halnya fasilitas pembiayaan atau finance, karna tiap bank memberikan fasilitas kredit, debit, dan fasilitas pembiayaan yang menarik dan berbeda dengan bank yang lain sehingga akan menarik debitur, kreditur, dan nasabah (masyarakat pengguan produk perbankan) lain yang menggunakan fasilitas pembiayaan kepada mereka. Karna setiap debitur, kreditur, dan nasabah pembiayaan tersebut memiliki keleluasaan memilih fasilitas kredit, debit, atau penawaran fasilitas pembiayaan yang paling menguntungkan bagi mereka dengan keterbatasan yang dimiliki, dengan demikian dapat membantu masyarakat untuk  melakukan aktivitas ekonominya dengan lebih nyaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan ini akan mendorong tingkat kecepatan perputaran perilaku ekonomi masyarakat, yang berarti  berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Masalah Perbankan di Indonesia

Namun sejauh ini tidak tampak dibenak orang awam bahwa ternyata industri perbankan Indonesia beroperasi secara tidak efisien, banyak yang beranggapan bahwa perbankan di Indonesia berjalan secara mulus atau bahkan mengalami kemajuan jika dilihat dengan adanya laporan peningkatan profit, meningkatnya inovasi-inovasi fasilitas perbankan maupun fasilitas non perbankan dan meningkatnya pangsa pasar. Ketidakefisiensian ini bisa dilihat dari catatan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional atau BOPO. Idealnya BOPO yang sehat maksimal hanya boleh mencapai angka 60 persen, pada tahun 2010, rasio BOPO-Indonesia mencapai 82%, padahal jika melihat posisi BOPO di kawasan Asia Tenggara saja, Vietnam misalnya memiliki BOPO sekitar 47% dan Malaysia memiliki BOPO sebesar 46%. Pada Januari 2012 BOPO Indonesia mencapai 92%, indikator lain yang dapat dilihat dari keadaan ini, adalah 30%-40% biaya operasional perbankan dipergunakan untuk biaya operasional tenaga kerja perusahaan, selain itu juga permasalahan dari permodalan. Persyaratan modal perbankan di Indonesia tidaklah ketat dan rata, sehingga hal tersebut dapat menjadi pintu masuk untuk terjadinya ketidakefisienan perbankan.

Apabila untuk sekadar mengembangkan diri di dalam negeri, kelemahan dan ketidakefisienan tersebut tidak terlalu nampak. Namun bila dilihat pada pertumbuhan serta sprint dari bank-bank lain di kawasan regional, maka perbankan di Indonesia tertinggal jauh. Akibatnya perbankan sering melakukan kecurangan dalam menetapkan suku bunga kredit. Ini pula yang membuat suku bunga bank di Indonesia menjadi yang tertinggi di kawasan Asia atau Asia Tenggara. Tingginya margin bunga bersih (net interest margin/NIM), membuat perbankan negeri ini hanya kompetitif di dalam negeri dan terhadap rakyat sendiri. Namun, untuk negara lain, perbankan kita tidak laku dan tidak dianggap sebagai bank modern dan efisien. Dengan posisi NIM 5,89 pada tahun 2009, perbankan kita tertinggi dari sisi ketidakefisienan efisien dibandingkan Singapura, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Malaysia.

Langkah Apa yang Sebaiknya Dilakukan ?

Tingkat efisiensi perbankan nasional harus ditingkatkan agar mampu bersaing di kancah ASEAN. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menggabungkan beberapa bank, baik melalui akuisisi maupun merger.Dengan proses konsolidasi, perbankan dalam negeri dapat tumbuh dengan lebih cepat, terutama untuk mengantisipasi perdagangan bebas. Ada dua tahap konsolidasi yang bisa dilakukan untuk memperkuat keberadaan perbankan nasional, yaitu konsolidasi strategis dan konsolidasi institusi. Efisiensi perbankan dengan merger maupun akuisisi memang akan berimbas pada pengurangan jumlah perbankan di Indonesia yang akan mengurangi pilihan bank yang dirasa paling menguntungkan bagi masyarakat Indonesia namun hal ini tidaklah masalah karna meskipun terjadi adanya merger dan akuisisi perbankan tetap bisa memberikan fasilitas kredit, debit, dan pembiayaan yang beragam yang tetap akan menarik bagi masyarakat sehingga lambat laun masyarakat akan menyesuaikan dengan keadaan yang baru tersebut yang mana tidak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

merger dan akuisisi ini akan meningkatkan daya saing perbankan Indonesia di industri perbankan regional maupun global karna akan meningkatkan jumlah aset yang dimiliki, tingginya kekayaan aset dapat menjaring nasabah yang lebih luas baik untuk dalam maupun luar negeri yang mana hal ini dapat dapat memproteksi pangsa pasar perbankan nasional dari ekspansi perbankan asing dan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika menilik analisis ini maka selayaknya sekarang adalah saat yang paling tepat untuk melakukan merger dan akuisisi perbankan Indonesia, perbankan Indonesia memiliki waktu luang selama lima tahun untuk beradaptasi dengan corporate culture yang baru dalam rangka menghadapi persaingan perbankan asean pada tahun 2020 nanti.

Rendra Try Hermawan

Nomor Induk Mahasiswa 120810101140

Mahasiswa Konsentrasi Ekonomi Moneter

Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Fakultas Ekonomi

Universitas Jember

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun