Mohon tunggu...
Rendra Manaba
Rendra Manaba Mohon Tunggu... Pegiat Kreatifitas

bermain dengan rasa yang sama

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Makassar: Dulu, Kini, dan RTP Adalah Masa Depan

25 Agustus 2015   23:42 Diperbarui: 26 Agustus 2015   01:01 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="anjungan Pantai Losari"]

[/caption]

Makassar adalah ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan merupakan kota metropolitan dikawasan timur Indonesia. Selain kota Surabaya, kota Makassar adalah kota utama di Indonesia bagian timur dalam aktifitas perekonomian. Serta sebagai kiblat bisnis, industri dan pedagangan umum serta pendidikan. Juga merupakan pintu gerbang sebagai kota transit untuk menuju ke daerah – daerah timur antara lain; pulau Sulawesi, Ambon, Nusa Tenggara baik timur maupun barat, Papua hingga ke pulau-pulau kecil yang menghiasi khasana kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

[caption caption="Becak Hias - Perayaan RI70 di Pantai Losari"]

[/caption]

Aktivitas kota Makassar kini sebanding dengan kota-kota metro yang ada dikawasan Asia. Geliat pembangunan dan perencanaan tata kota sangat signifikan terwujud, terasa dan dapat terlihat jelas. Bangunan-bangunan pencakar langit menjadi progress dikota daeng ini. Namun yang patut diapresiasi dari pembangunan dan perkembangan yang sangat pesat terjadi dikota para saudagar ini adalah tetap memperhatikan (RTP) ruang terbuka publik bagi masyarakat umum.

[caption caption="Jalan Sehat di Pantai Losari RI70"]

[/caption]

Dititik-titik kepadatan penduduk di kota Makassar selalu terdapat area terbuka seperti tanah lapang ataupun taman yang menjadi ruang terbuka publik (RTP), walaupun belum seluruhnya dimaksimalkan dengan baik oleh pemerintah maupun warga masyarakat. Dibutuhkan sebuah inisiatif dari seluruh pemangku kepentingan yang ada di kota Makassar. Tentunya demi kepentingan umum bukan untuk golongan tertentu apalagi kepentingan pribadi. Ada beberapa public space yang sungguh membanggakan dari kota Makassar, utamanya yang menjadi cirri khas tersendiri dari kota Makassar yaitu Lapangan Karebosi dan Pantai Losari.

Lapangan karebosi menjadi pelajaran tersendiri yang harus ditekankan bagi Pemerintah Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan. Ruang terbuka hijau tersebut kini bukan lagi menjadi public space yang dapat digunakan seluruh fasilitas yang ada oleh masyarakat umum, karena dasar pembangunan untuk merevitalisasi Lapangan Karebosi ternyata bukan untuk dijadikan sebagai tempat vital, melainkan dijadikan sebagai orientasi bisnis yang menguntungkan bagi para investor demi menghasilkan pundi-pundi dolar. Ungkap Daeng Singa’ra yang merupakan Dato (penduduk tua kota Makassar).

[caption caption="Makam Leluhur di Lapangan karebosi Sumber: www.skyscrapercity.com"]

[/caption]

Hakikat Lapangan Karebosi adalah alun-alun sangat bersejarah bagi peradaban Sulawesi Selatan. Dimana dulunya merupakan pusat pertemuan raja-raja, tempat silaturahmi dan sosialisasi antar kerajaan- kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Kekuatan tujuh makam leluhur yang ada di dalam Lapangan Karebosi tidak lagi menjadi daya tarik wisata, ziarah budaya dan heritage. Begitupun dengan patung Ramang menendang bola yang menjadi icon persepakbolaan Makassar dihancurkan hanya karena pembangunan mall bawah tanah. Tutup Dato Singa dengan logat Mangkassara yang kental dan tegas.

Nilai sejarah yang ada dilapangan itu kini tidak lagi berbekas dan terkenang sebagai benda cagar budaya. Sungguh ironis kondisi yang sekarang terjadi di Lapangan Karebosi. Pembangunan kota modern telah memunahkan hingga punah ingatan akan sejarah panjang peradaban Makassar – Sulawesi Selatan. Semoga ini yang pertama dan yang terakhir kalinya terjadi di kota daeng yang telah banyak melahirkan saudagar hingga di mancanegara. Lain halnya dengan reklamasi yang sengaja dibuat di Pantai Losari.

[caption caption="pengunjung Pantai Losari"]

[/caption]

Pantai Losari sangat bersejarah bagi warga Makassar dan masyarakat Sulawesi Selatan serta tidak sedikit juga bagi para pendatang. Pantai Losari telah banyak melahirkan nostalgia dan memori dengan kisah yang beragam. Dari tempat ini juga telah banyak menginspirasi para seniman dalam berkarya dengan menciptakan lagu, puisi, cerpen, novel, buku, tari serta karya cinematografy.

[caption caption="Jalan Sehat car free day di Pantai Losari"]

[/caption]

Dari dahulu kota Makassar memang identik dengan Pantai Losari yang sudah terkenal sejak zaman kolonialisme. Di pesisir pantai terdapat jejeran bangunan peninggalan Belanda, dan yang sangat disesalkan karena sebagian besar kini telah direnovasi untuk dijadikan hotel, restoran, café, galeri ole-ole khas Makassar dan pertokoan umum. Namun dibeberapa tempat masih dapat kita jumpai bangunan peninggalan penjajahan yang menjadi situs sejarah sebagai benda cagar budaya.

Pantai Losari adalah ruang terbuka publik (RTP) yang menjadi tempat hangout paling popular. Jika melihat perkembangan sekarang yang terjadi disini, sungguh istimewa dan sangat menawan dengan dibangunnya sebuah anjungan yang menjadi destinasi wisata kota, serta dibangunnya Masjid terapung sebagai khas dari orang Makassar adalah orang yang beragama. Losari kini menyajikan keindahan akan pemandangan sunset disore hari hingga petang, menikmati water sport serta beberapa sajian kuliner khas lokal, nasional maupun internasional. Dan sebagai venue utama tempat diselenggarakannya sebuah event baik untuk acara seni, hiburan, pameran, promosi dan pemasaran produk, olahraga maupun kegiatan lainnya.

Terdapat beberapa anjungan tematik yang menggambarkan suku-suku dan beragamnya budaya yang ada di Sulawesi Selatan. Yaitu anjungan City Of Makassar, anjungan Bugis, anjungan Mandar, anjungan Toraja dan anjungan Pantai Losari. Pembangunan anjungan tersebut tetap mempertahankan kisah sejarah dengan dibangunnya jejeran patung pahlawan nasional dan pahlawan daerah yang berjuang dikawasan timur Indonesia. Inilah contoh ruang terbuka publik yang menjadi tujuan wisata kota dengan menggabungkan unsur budaya, seni, sejarah dan hiburan serta fasilitas berolahraga bagi masyarakat umum dalam satu kawasan sebagai public space.

Ada ruang karya baru dibuka di anjungan pantai losari. Dimana dulunya merupakan tempat pos penjagaan Satpol PP, kemudian kini diubah menjadi lebih bernilai, bermanfaat dan berharga yaitu Ruang Seni Rupa Makassar - Art Gallery. Ruang pamer karya seni rupa ini dipersembahkan bagi para komunitas dan seniman lokal untuk terus berkarya secara produktif dan masiv, yang kemudian hasil karya mereka dapat langsung dipamerkan dan dijual di galeri tersebut. Kata pengelola Galeri Seni Rupa yang namanya tidak mau disebutkan be’de untuk dipublikasikan.

Melihat isi Art Gallery tersebut, kita seakan-akan berada dalam sebuah imajinasi dan khayalan tingkat tinggi dengan beragam karya craft art yang dapat dinikmati secara swadaya. Semoga saja Pantai Losari dapat dieksplorasi secara bijak sesuai dengan khasanah budaya dan kearifan lokal. Dan seluruh fasilitas yang ada disini menjadi tanggung jawab bersama, utamanya pemerintah maupun warga masyarakat dengan inisiatif positif untuk menjaga, memelihara dan melestarikannya.

Melihat kota Mangkassara yang sempat berubah nama menjadi Ujung Pandang kemudian kembali menjadi nama Makassar. Sungguh mengesankan, serta menjadi patron bagi kota-kota minor dibeberapa daerah di Indonesia. Kekuatan dari Sulawesi Selatan adalah kearifan lokal menjadi karakter daerah. Baik itu daerah dengan penduduk mayoritas Bugis, Mandar, Toraja maupun Makassar. Adat istiadat, seni budaya dan muatan lokal serta sejarah adalah nadi dari setiap perilaku masyarakatnya, serta agama menjadi jantung kepribadian warganya. Sehingga dapat mempengaruhi setiap para pendatang yang kini berdomisili di kota Makassar untuk mengikuti nadi dan jantung dari setiap warga masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun