Mohon tunggu...
Rendinta Delasnov Tarigan
Rendinta Delasnov Tarigan Mohon Tunggu... Praktisi Perpajakan

Menulis untuk Bertumbuh menjadi Manusia yang Utuh. Inquiry: rendi.tarigan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love

Tentang Bahasa Cinta Words of Affirmation: Saat Cinta Butuh Kata-Kata

11 Juli 2025   05:00 Diperbarui: 11 Juli 2025   04:39 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya sekarang, bagaimana jika kita bukan tipe orang yang pandai berkata-kata? Haruskah kita memaksakan diri? Tidak. Tapi kita dapat belajar. Karena cinta bukan hanya tentang nyaman, tapi juga tentang tumbuh bersama. Kita dapat memulai dari hal kecil: mencatat hal positif yang kita lihat dari pasangan atau teman dan mengatakannya. Dan jika masih terasa canggung, tidak masalah. Karena cinta tidak selalu fasih sejak awal. Tapi ia akan tumbuh bersama keinginan untuk memahami.

Begitu juga sebaliknya—bagi “si words of affirmation”, tidak masalah untuk menyuarakan kebutuhan itu. Tidak semua orang tahu bagaimana mencintai kita. Maka, daripada memendam kekecewaan, kita dapat menyampaikan bahwa kita merasa lebih dihargai saat pasangan kita mengatakan langsung apa yang dirasakan. Kita bukan menuntut mereka, tapi kita sedang membuka jalan. Karena cinta bukanlah hanya soal siapa yang paling banyak memberi, tapi siapa yang paling mampu membuat kita merasa layak dicintai—dengan cara yang bisa kita pahami. Dan jika cara itu adalah lewat kata-kata, it is okay. Itu bukanlah kelemahan. Itu adalah emosional yang valid.

Kita hidup di era dimana segalanya serba cepat, serba visual, serba instan. Tapi, kata-kata tetap punya tempat. Satu pesan teks jujur dapat menghangatkan hari. Satu pesan suara dapat menguatkan langkah. Satu ucapan yang tulus dapat menjadi jembatan di antara dua hati yang mulai dingin atau menjauh. Mungkin kita terlalu sering menganggap kata-kata sebagai hal remeh. Padahal, dari sanalah banyak cinta dimulai. Dan jika kita dapat memilih untuk lebih sadar—untuk lebih hadir lewat kata—barangkali hubungan kita dapat menjadi lebih dalam, lebih lembut, dan lebih manusiawi.

Pada akhirnya, mungkin kita bisa memulai dengan satu kalimat. Kalimat yang selama ini kita pikirkan tapi belum kita ucapkan. Pada pasangan, teman, anak, orang tua, atau, bahkan pada diri sendiri. Kalimat yang sederhana tapi tulus. Dalam satu kalimat yang tepat, cinta yang selama ini kita cari dapat tumbuh.

Referensi:

  • Gary Chapman, 2015, The Five Love Language: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate, LifeWay Press.
  • Gary Chapman & Paul White, 2019, The Five Languages of Appreciations in the Workplace: Empowering Organisations by Encouraging People, Moody Publishers
  • Daniel Sherman, Self-affirmation: Understanding the effects, Social and Personality Psychology Compass, 7(11), 2013, 834–845

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun