Mohon tunggu...
helen_s.maria
helen_s.maria Mohon Tunggu... Administrasi - #exploreIndonesia #exploretheworld ... Bersyukur untuk kesempatan, waktu, kesehatan dan rezeki yang Tuhan berikan

@helen_s.maria

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Walau Sering Diambil, Keindahan Alami Gunung Rinjani Tetap Abadi

22 Desember 2017   19:40 Diperbarui: 23 Desember 2017   10:27 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada banyak pedoman yang harus ditaati oleh para pendaki, salah satu diantaranya adalah tidak mengambil apapun selain foto. Mendokumentasikan gambar di gunung selalu dilakukan karena pemandangan dari atas gunung memang tiada duanya dan hanya bisa dinikmati ketika kita berada di puncak. 

Kini, keindahan Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, memanggil hasrat berpetualang untuk mendokumentasikan keindahannya. Nyatanya gunung ini tak hanya cantik tapi fotogenik, tampak  dari  foto-foto tentang Rinjani yang saya lihat di media sosial. Setiap foto, diambil dari sisi manapun selalu  menampilkan kecantikannya.

Dalam bahasa Indonesia, fotogenik/ a memiliki wajah dan sikap tubuh yang menghasilkan potret yang menyenangkan"  kbbi.web.id. Setelah pengalaman pertama, sepertinya saya akan  mengikuti jejak teman-teman  yang sudah lebih dari satu kali mendaki Rinjani; 

Kakak @dwitaz tiga kali mendaki Rinjani dan katanya "gak pernah bosan dengan kecantikannya".

Bro @ngail_nguy dua kali mendaki Rinjani, dan masih mau naik untuk yang ketiga kalinya.

Mbak @mueeza_ken katanya "...baru tiga kali, masih mau lagi" mendaki Rinjani


Dan pasti banyak teman-teman lain yang seperti mereka, ingin dan sudah mendaki Rinjani berulangkali. Ini bukti kalau Rinjani memang sungguhan cantik dan bikin kangen. Padahal mendaki gunung itu kan melelahkan, tapi kok malah mau balik lagi? Ketagihan!

Hari Pertama (14-10-2017)

Dini hari saya dan Dewi naik taksi sambil melanjutkan tidur dari Tangerang menuju Bandara Halim. Dewi dari Medan tiba di Tangerang tanggal 13-10-2017.

Di Bandara Halim, kami bergabung dengan Aida, dan Eric. Kami terbang sekitar jam 5.30 WIB  menuju Lombok. Saat Pulau Lombok sudah dekat, terdengar suara Kapten Pilot dari pengeras suara pesawat yang memberitahu bahwa di sebelah kanan adalah Gunung Agung yang saat itu kondisinya sedang menjadi perhatian.

Gunung Agung dari ketinggian (dokumentasi pribadi)
Gunung Agung dari ketinggian (dokumentasi pribadi)
Sepertinya ini cukup membangunkan para penumpang yang mengantuk atau tertidur untuk melihat pemandangan Gunung Agung, Bali dari angkasa. Sampai di Bandara Lombok, dua teman kami,  Liem Liang dan Bayu sudah menunggu karena mereka mendarat lebih dulu. Jadilah enam orang ini lengkap dan siap menapaki Gunung Rinjani.
Parkiran Bandara Lombok (dokumentasi pribadi)
Parkiran Bandara Lombok (dokumentasi pribadi)
Dengan mobil sewaan kami  memasuki kota Mataram untuk  mencari makan siang yang kepagian. Kota Mataram adalah ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Setelah makan kami meluncur menuju desa Senaru di Lombok Utara. Jalan mulus ditambah dengan pemandangan pantai yang cantik yang kami nikmati dari dalam mobil yang terus melaju. Saya tertidur dan terbangun saat sudah hampir sampai di alamat rumah Pak Suriyadi (Pak Surya), pemandu sekaligus porter dalam perjalanan kami mendaki Gunung Rinjani.

Dalam Perjalanan (dokumentasi pribadi)
Dalam Perjalanan (dokumentasi pribadi)
Dalam perjalanan (dokumentasi pribadi)
Dalam perjalanan (dokumentasi pribadi)
Beristirahat di rumah Pak Surya sambil menunggu Bayu belanja dan mempersiapkan tambahan logistik. Kalau ada  Bayu, urusan logistic aman,  ada menu bubur kacang hijau, es ketimun, minuman segar, dan nata de coco. Sambil mengisi waktu saya bermain dengan anak-anak Desa Senaru.
Teman-teman Senaru (dokumentasi pribadi)
Teman-teman Senaru (dokumentasi pribadi)
Sekitar jam 3 WITA kami mulai bergerak meninggalkan rumah Pak Surya, naik mobil bak terbuka sambil ditemani angin. Di kantor Taman Nasional di daerah Sembalun, kami mencatat identitas diri kami masing-masing di buku tamu, membeli tiket dan mendapat izin mendaki. 

Tercatat 6 orang pendaki; 4 orang dari Jakarta, 1 orang dari Tangerang dan 1 orang dari Medan. Untuk membawa barang-barang, kami dibantu oleh 3 bapak porter yakni Pak Surya, Pak Adi dan Pak Kidarsah.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kantor Taman Nasional Rinjani (dokumentasi pribadi)
Kantor Taman Nasional Rinjani (dokumentasi pribadi)
Ternyata ada CCTV-nya loh, terlihat situasi di Pelawangan camping ground. Yang terpikir saat itu adalah tidak boleh pipis sembarangan, bahaya ada rekamannya #tutupmata.

Diinfokan juga bahwa disana sudah ada sekitar 100 orang yang berkemah, dan kami bakal menjadi orang asing di negeri sendiri. Kebanyakan dari pendaki Rinjani adalah warga asing. Setelah melapor, kami menuju Senaru untuk  memulai pendakian.

Warning (dokumentasi pribadi)
Warning (dokumentasi pribadi)
Hari sudah sore, matahari tidak lagi menyengat, kami mulai  langkah demi langkah untuk terus maju sampai ke tujuan. Sudah dibicarakan kalau perjalanan ini tidak akan  terlalu tergesa, santai saja. Agenda kami adalah bisa sampai di Pos 1 sebelum gelap lalu  bermalam disana.
Naik-naik ke puncak gunung (dokumentasi pribadi)
Naik-naik ke puncak gunung (dokumentasi pribadi)
Di awal perhentian,  nafas sudah mulai bekerja keras, keringat sudah mulai mengalir. Bertemu dengan bapak tukang ojek yang menawarkan tumpangan sampai ke Pos 1, tapi kami abaikan,  mosok baru mulai sudah menggunakan fasilitas, malu dong sama ransel! 

Sampai di Pos 1, tenda sudah berdiri. Para bapak sedang menyiapkan makan malam, menu sayur sop dan nasi begitu nikmat disantap dibawah atap langit dan lantai tanah beralas matras.

Makan malam di Pos 1 (dokumentasi pribadi)
Makan malam di Pos 1 (dokumentasi pribadi)
Tidak banyak yang bermalam di Pos 1, hanya ada group kami dan 1 group lain. Saat tengah malam memang agak berisik karena ada rombongan yang melewati dan singgah tanpa bermalam. Tidur pulas malam ini untuk besok pagi yang cerah. 

Hari Kedua (15-10-2017)

Pagi pertama di Rinjani, semangat! Agenda hari ini kami akan melangkah dari Pos 1 sampai ke Pelawangan. Sarapan  omelet pisang, pisang goreng, buah nanas dan minuman hangat.

sarapan pagi (dokumentasi pribadi)
sarapan pagi (dokumentasi pribadi)
Pagi cerah (dokumentasi pribadi)\
Pagi cerah (dokumentasi pribadi)\
Jalan menanjak, jalan menurun dilewati sambil menikmati pemandangan alam yang luar biasa indah sejauh mata kami memandang. Padang rumput, pohon, jalan setapak semua menjadi latar alam yang membuat  foto kami tampak keren hehehe. 

Foto-foto dalam perjalanan dari Pos 1 sampai Pelawangan.

Istirahat di jembatan sebelum Pos 2 (dokumentasi pribadi)
Istirahat di jembatan sebelum Pos 2 (dokumentasi pribadi)
langit biru dan pohon favorite (dokumentasi pribadi)
langit biru dan pohon favorite (dokumentasi pribadi)
Pos 2 (dokumentasi pribadi)
Pos 2 (dokumentasi pribadi)
Wefie (dokumentasi pribadi)
Wefie (dokumentasi pribadi)
Lihat indahnya latar alam (dokumentasi pribadi)
Lihat indahnya latar alam (dokumentasi pribadi)
Berteduh (dokumentasi pribadi)
Berteduh (dokumentasi pribadi)
Pos 3 (dokumentasi pribadi)
Pos 3 (dokumentasi pribadi)
makan siang (dokumentasi pribadi)
makan siang (dokumentasi pribadi)
terus melangkah, lelah tapi jangan menyerah (dokumentasi pribadi)
terus melangkah, lelah tapi jangan menyerah (dokumentasi pribadi)
Kami tiba di Pelawangan sekitar pukul tiga sore, kami senang karena perjalanan hari ini sudah kami lalui dan bisa bersantai menikmati sore. Rencana bersantai menjadi istirahat di tenda, karena turun hujan. 

Saya tidak punya foto untuk mengabadikan situasi Pelawangan di sore itu. Suara-suara para pendaki tadinya masih terdengar, tapi saat petir menggelagar, semua jadi sunyi, sepertinya masuk ke tenda masing-masing. Semakin sore dan gelap, hujan malah semakin deras. Tenda yang saya tempati bersama Aida dan Dewi mulai basah karena air meresap dari bawah. Pak Surya membuat parit untuk aliran air di sekitar tenda. 

Saya mulai pasrah, makan cemilan yang ada di tenda dan mulai berencana untuk tidur. Tapi tiba-tiba makanan datang, Pak Surya bolak balik membawakan bubur kacang hijau. Tidak lama kemudian, saaat saya sudah berbaring, diantar lagi  mangkuk berisi sayur sop panas dan nasi. wah, saya sampai terharu, saat hujan seperti ini pun mereka masih melayani kami. Setelah makan, perut kenyang, kami mengatur posisi untuk bisa tidur . Agenda selanjutnya kami harus bangun dinihari untuk bersiap mendaki menuju puncak Gunung Rinjani. 

Hari Ketiga (16-10-2017)

Sekitar jam 2 dini hari, kami dibangunkan. Saya memasang telinga mencari suara hujan, aaah lega tak lagi terdengar, berarti hujannya sudah berhenti. Segera bangun,  bersiap-siap lalu berkumpul bersama teman-teman. Pak Surya menjadi guide di perjalanan ini. Pagi buta yang masih gelap dan dingin di jam yang enak untuk terlelap di dalam sleeping bag. Tetap semangat!

Dibantu cahaya senter kami berjalan menembus gelap dan kabut dingin. Saya harus pasrah setiap kali  disalip oleh para pendaki bule yang berkaki panjang dan melangkah ringan hiksss. Rencana  pertama saya adalah bisa  menikmati matahari terbit di puncak. Tapi apa daya, rencana tinggal rencana saat pagi gelap mulai habis dan berganti terang. Puncak masih nun jauh disana #tepokjidat. Setiap pijakan maju berarti ikut mundur karena pasir berbatu yang diinjak malah jadi merosot. "Matahari tidak bisa menunda agenda  untuk  terbit demi siapapun" ~h e l e n_s.maria ~

matahari telah terbit (dokumentasi pribadi)
matahari telah terbit (dokumentasi pribadi)
Matahari tidak bisa menunggu saya tiba disana, oke, fine, baiklah, bye! Ehhh tidak pakai "bye" dong, karena saya tetap akan mendaki, saya akan tetap sampai disana. 

Entah mulai kapan dan dimana kami berenam terpisah langkah. Aida, Bayu dan Om Liem ada di belakang saya. Dewi dan Eric ada di depan saya. Saya berjalan kadang ditemani Pak Surya, sering juga sendiri karena Pak Surya mendahului atau kadang di belakang saya. Menikmati semua langkah demi langkah. Sebisanya saya mengejar Eric dan Dewi juga. Walaupun puncak bukanlah tujuan, tapi dari awal saya memang ingin menjalani proses ini.  

Eric dan Dewi (dokumentasi pribadi)
Eric dan Dewi (dokumentasi pribadi)
Pemandangan Danau Segara Anak di bawah terlihat jelas. Berharap setelah turun dari puncak, bisa turun kesana juga. Tetapi tidak kesampaian karena kami tidak mau mengambil risiko dengan memaksakan kondisi fisik.
Danau Segara Anak. Foto oleh Pak Surya
Danau Segara Anak. Foto oleh Pak Surya
Hati tambah bergetar saat melihat para pendaki bule berkaki panjang itu sudah mulai turun karena acara sunrise sudah selesai. Semakin keatas, tiupan angin semakin dingin. Akhirnya sekitar jam  8 saya baru tiba di puncak, berbarengan dengan Dewi dan Eric. Para bule sepertinya sudah turun semua, hanya tinggal para pendaki Asia seperti dari Malaysia dan Singapura. 

beberapa foto dari puncak Gunung Rinjani :

Helen, Eric, Pak Surya, Dewi (dokumentasi pribadi)
Helen, Eric, Pak Surya, Dewi (dokumentasi pribadi)
Seseorang (dokumentasi pribadi)
Seseorang (dokumentasi pribadi)
Danau Segara Anak Gunung Rinjani (dokumentasi pribadi)
Danau Segara Anak Gunung Rinjani (dokumentasi pribadi)
Mereka Disana (dokumentasi pribadi)
Mereka Disana (dokumentasi pribadi)
Tak Terlupakan (Dokumentasi pribadi)
Tak Terlupakan (Dokumentasi pribadi)
Teman yang ikut mendaki (dokumentasi pribadi)
Teman yang ikut mendaki (dokumentasi pribadi)
Photographer (dokumentasi pribadi)
Photographer (dokumentasi pribadi)
Kami yang sudah di puncak, menunggu Aida, Om Liem dan Bayu, setelah beberapa saat tidak muncul menyusul, menurut Pak Surya mereka tidak melanjutkan mendaki sampai puncak. Jadi kami turun dan tidak lagi menunggu. 

Saat turun adalah saat yang lebih menegangkan untuk saya. Terang membuat semua jelas terlihat; jalan menurun berpasir licin dan batu, medan berliku dan ada yang menyempit, jurang di samping kiri tampak berkabut di bawah, jurang di sebelah kanan beberapa tampak  bawah. Saya ngeri, merasa kecil hati dan takut. Emosi bermain, jadinya "baper" banget sampai sempat duduk sendirian lalu menangis hiks hiks. Pak Surya yang tidak menyangka saya menangis sungguhan malah menggoda "duluan ya mbak, saya tunggu di bawah" lalu dia membantu Dewi hahahaah. Woy pak, ini takut beneran Pak!

Dengan segala yang bisa dilakukan, proses turun gunung dilalui. Beberapa kali Pak Surya sempat membantu memegangi saya dan Dewi supaya bisa berjalan turun dengan setengah langkah lari. Cara semacam ini memang membantu, menjadi lebih cepat dan malah tidak terlalu terasa licin karena sudah seperti main perosotan. 

Tetap sempat foto-foto juga selama di perjalanan turun gunung. 

Menikmati Edelweis Rinjani. Foto oleh Dewi
Menikmati Edelweis Rinjani. Foto oleh Dewi
Jurang di belakang kami. Foto oleh Eric
Jurang di belakang kami. Foto oleh Eric
Puncak Rinjani yang tidak lagi terlihat (dokumentasi pribadi)
Puncak Rinjani yang tidak lagi terlihat (dokumentasi pribadi)
Saat hampir sampai di Pelawangan, karena sudah terang, terlihat pemandangan yang kurang enak dipandang karena sampahh ada dimana-mana. Sayang sekali tempat seindah ini harus "dihiasi" sampah yang pastinya ulah manusia. Sedih melihat hal ini. Semoga menjadi perhatian dari Taman Nasional Gunung Rinjani, para pemandu, para pedagang dan tentu saja semua pendaki yang datang kesini. Bau sampah dan asap pembakaran sampah juga sangat mengganggu. Harusnya semua sampah yang dibawa saat naik ke gunung harus dibawa turun juga saat turun gunung. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Walaupun ada juga yang ikut menjaga kebersihan, dan pastinya saya adalah salah satu diantara yang susah hati melihat sampah-sampah di tempat indah yang seharusnya dikelilingin udara segar ini. Tapi sedikit orang tidaklah cukup untuk menjaga kebersihan, karena ini adalah tanggung jawab semua orang.
dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Senangnya kami bisa sampai  di Pelawangan lagi, sekitar jam 11 siang. Aida, Bayu dan Om Liem sudah ada disini. 

Ternyata Bayu turun duluan karena tidak fit. Aida dan Om Liem tidak terus sampai puncak karena kembali juga. Lapar melanda, mie instan kuah sudah hampir siap, langsung disantap. Setelah makan, saatnya bersiap untuk turun gunung lagi. Agenda kami hari ini bisa sampai di Pos 3.

Lapar (dokumentasi pribadi)
Lapar (dokumentasi pribadi)
Saat kami turun, ternyata bertemu dengan para pendaki yang naik dan sepertinya jumlahnya lebih banyak daripada yang kami temui saat naik bareng bersama kami. Foto-foto dari Pelawangan menuju Pos 3.

Yang sedang naik saat kami turun (dokumentasi pribadi)
Yang sedang naik saat kami turun (dokumentasi pribadi)
rehat (dokumentasi pribadi)
rehat (dokumentasi pribadi)
Malam ini kami tidur di Pos 3, ditemani teman-teman kera penghuni Gunung Rinjani. Tingkah mereka menjadi hiburan, mereka asing dengan manusia karena banyaknya orang yang sering mereka temui. Untungnya kera-kera ini tetap sopan dan menjaga jarak.
Makan tomat (dokumentasi pribadi)
Makan tomat (dokumentasi pribadi)
Saling memandang (dokumentasi pribadi)
Saling memandang (dokumentasi pribadi)
Hari Keempat (17-10-2017)

Pagi terbangun, saya mulai khawatir dengan seluruh bagian wajah yang membengkak. Lotion aloe vera sepertinya tidak banyak membantu. ini adalah akibat sun burn saat kami turun dari puncak di hampir tengah hari. 

Walaupun angin menerpa dan terasa dingin, tapi matahari tengah hari saat itu tanpa terasa dan tanpa disadari tetap membakar wajah. Ditambah saat belakangan ini kondisi saya yang sedang terserang alergi dan banyak mengkonsumsi obat menjadi salah satu sebab. 

Hal ini kemudian  saya konsultasikan juga melalui whatsapp dengan dokter Iqbal yang adalah seorang pendaki gunung. tentu saja ini menjadi pengalaman dan pelajaran berharga untuk pendakian-pendakian selanjutnya. Maklum saya adalah pendaki pemula, jadi tidak ada persiapan dan antisipasi untuk hal ini.

Pos 3 dengan wajah bengkak ala (dokumentasi pribadi)
Pos 3 dengan wajah bengkak ala (dokumentasi pribadi)
Kondisi wajah bengkak yang  rasanya sangat tidak nyaman ini harus diterima dan ditahan. Agenda hari ini, kami  turun gunung sampai kembali ke Desa Senaru. Sebisa mungkin saya harus banyak menutup wajah agar tidak bertambah kena sinar matahari. 

Foto-foto dari Pos 3 sampai Desa Senaru.

teman perjalanan (dokumentasi pribadi)
teman perjalanan (dokumentasi pribadi)
meditasi alam (dokumentasi pribadi)
meditasi alam (dokumentasi pribadi)
pemandu (dokumentasi pribadi)
pemandu (dokumentasi pribadi)
Yang kuat pun butuh rehat (dokumentasi pribadi)
Yang kuat pun butuh rehat (dokumentasi pribadi)
Ibu dan anak (dokumentasi pribadi)
Ibu dan anak (dokumentasi pribadi)
Sepanjang perjalanan dari mendaki dan kembali turun, saya terharu dan takjub dengan pekerjaan,  usaha, perjuangan mencari rejeki para bapak-bapak porter yang membantu membawakan barang. Tanpa bantuan dan jasa mereka saya tidak akan bisa  membawa semua barang yang saya bawa. Memindahkan beban ke pundak mereka, ya seperti itu yang saya lihat, walaupun tenaga mereka dibayar dengan uang, tapi untuk saya pribadi jasa mereka besar karena membuat saya bisa sampai dan mengalami Gunung Rinjani. 

Terima kasih untuk semua bapak porter yang saya temui di sepanjang perjalanan Rinjani. Terima kasih Pak Surya, Pak Adi dan Pak Kidarsa yang menjadi bagian team kami. Membawakan barang, memasak, membantu kami di medan yang sulit, dan yang penting mereka juga sangat menjaga agar kami semua  tetap selamat. 

Mereka tidak menggunakan carrier untuk membawa barang, tetapi dengan pikulan.  Oh ya, luar biasanya juga  mereka semua hanya memakai sandal jepit, malah ada juga yang bertelanjang kaki. 

Bila ada yang membutuhkan bantuan jasa porter / pemandu, bisa menghubungi Pak Surya di nomor 085337306790.

tangguh (dokumentasi pribadi)
tangguh (dokumentasi pribadi)
kekuatan Rinjani (dokumentasi pribadi)
kekuatan Rinjani (dokumentasi pribadi)
Akhirnya, kami semua sampai di "bawah", lega rasanya saat kembali melihat jalan raya beraspal. Mobil menjemput dan menagntar kami kembali ke rumah Pak Surya di Desa Senaru. Belum sempat istirahat, kami kesenangan saat boleh memetik buat jambu mete yang  menjadi tanaman salah satu  penghasil uang di desa ini. Rasanya enak, manis dan banyak air.
Memetik buah (dokumentasi pribadi)
Memetik buah (dokumentasi pribadi)
jambu Mete (dokumentasi pribadi)
jambu Mete (dokumentasi pribadi)
Serunya memetik jambu harus berhenti karena hujan turun dan bertambah deras. Agenda sore mengunjungi air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep harus ditunda sampai hujan berhenti tidak lama kemudian. Kami diantar dengan mobil ke hotel yang ada di Senaru untuk menyimpan barang lalu diantar lagi sampai  ke gerbang masuk ke sendang. Oh, ternyata kaki-kaki ini masih terus  harus bekerja, belum saatnya beristirahat, karena kami harus trekking untuk sampai di tempat air terjun. Pohon rindang dan udara segar sehabis hujan membuat lelah sedikit berkurang. Lelah terbayar saat bisa menikmati segarnya percikan air terjun.
Air Terjun Tiu Kelep (dokumentasi pribadi)
Air Terjun Tiu Kelep (dokumentasi pribadi)
segarnya (dokumentasi pribadi)
segarnya (dokumentasi pribadi)
Dalam perjalanan kembali dari Sendang, kami melewati goa yang adalah  saluran air. Ada-ada saja, saluran air seperti ini juga malah bisa menjadi bagian dari wisata ha ha ha. 

kegiatan air selokan .. jernih, bersih dan dingin (dokumentasi pribadi)
kegiatan air selokan .. jernih, bersih dan dingin (dokumentasi pribadi)
wisata air (dokumentasi pribadi)
wisata air (dokumentasi pribadi)
Oke, sehari ini sampai sore sudah dilewati. kembali ke hotel untuk beristirahat sampai besok pagi kami harus kembali ke Kota Mataram. 

Hari Kelima (18-10-2017)

Bangun tengah malam dengan wajah yang semakin membengkak dan sakit hiiks. Tidur lagi berharap pagi bengkaknya kempes. Bangun pagi malah semakin bengkak dan sangat sangat tidak nyaman. Saya sampai minta tolong Aida untuk diambilkan sarapan, makasih yah tante Aida. 

Setelah sarapan kami dijemput mobil untuk kembali ke kota Mataram. Singkat cerita hari ini saya sendiri kembali pulang. Teman-teman masih akan melanjutkan liburan sampai tanggal 21 Oktober 2017. Besok saya harus kembali bekerja karena tidak mungkin menambah waktu cuti dengan meninggalkan banyak pekerjaan di kantor. 

Terima kasih Tuhan, semua boleh dilalui  dan dinikmati. Terima kasih untuk semua pemandangan indah Gunung Rinjani. Terima kasih untuk penyertaan dan keselamatan kami semua. 

Terima kasih juga teman-teman yang telah mengatur dan membuat perjalanan ini bisa kita alami. 

Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya.

Salam,

helen_s.maria

Life Is A Great Journey

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun