Mohon tunggu...
Reka Dewi Farid Dua
Reka Dewi Farid Dua Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Seorang istri dan ibu dari dua anak, pembaca, pembelajar, pemikir, penulis

So..when people ask why I left my career (as a diplomat), my answer is to be a mother. Being a mother is one thing, but to be a mother is way beyond. Apparently, 'daster' and 'dapur' doesn't stop my brain from thinking. Cogito ergo sum..I think, therefore I am.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menakar Kedaruratan Radikalisme dari Peristiwa Marawi dan Filipina Selatan

13 November 2019   09:50 Diperbarui: 13 November 2019   16:32 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damaged buildings in war-torn Marawi City after government troops cleared the last area of pro-ISIS militants yesterday. More than 1,000 militants, government troops and civilians have been killed in the conflict which began on May 23.PHOTO: REUTERS

Meskipun Peristiwa Marawi pada akhirnya dapat tertangani dan tidak sampai sepenuhnya melumpuhkan Filipina, namun dilihat dari skala serangannya, jumlah korban dan penduduk sipil yang terdampak, serta tingkat keparahan yang diakibatkannya.

Peristiwa Marawi merupakan tragedi keamanan yang cukup menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan infiltrasi ideologi radikal ISIS.

- Memahami Akar Masalah dalam Peristiwa Marawi (Lessons Learned) -

Seperti Indonesia, Filipina juga merupakan negara kepulauan dan terdiri dari berbagai etnis, suku, ras dan agama yang berbeda. 

Salah satu masalah utama yang dihadapi negara tersebut adalah gagalnya Pemerintahnya dalam mengelola isu separatisme dan insurjensi oleh sejumlah kelompok minoritas Muslim di Filipina Selatan yang muncul sejak tahun 1970-an hingga kini.

Mereka adalah: Moro National Liberation Front (MNLF), Moro Islamic Liberation Front (MILF), Bangsamoro Islamic Freedom Fighters (BIFF), dan New People's Army (NPA).

Selain itu, wilayah Filipina Selatan yang rawan konflik juga menjadi daerah persembunyian sekaligus daerah operasi sejumlah kelompok teroris seperti Abu Sayyaf Group (ASG), Maute Group, Ansar el-Khalifah Philippines (AKP). 

Catatan: ASG adalah kelompok teroris yang secara berulang menculik WNI dan merompak di perairan Sulu (perbatasan Filipina-Indonesia-Malaysia) sepanjang tahun 2016. 

Singkatnya, peristiwa Marawi bukan merupakan suatu isolated case, melainkan bagian dari eskalasi konflik yang berkepanjangan di Filipina Selatan.

Faktor kedua yang mendukung ISIS bisa tumbuh subur di wilayah Filipina Selatan adalah faktor geografis dan sosial ekonomi. Filipina Selatan memiliki pulau-pulau kecil dan hutan-hutan sehingga sulit dijangkau oleh pasukan Pemerintah Filipina. 

Hal ini pula yang membuat kelompok insurjen, kelompok separatis dan kelompok teroris menjadikan Filipina Selatan sebagai markas dan basis pelatihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun