Mohon tunggu...
rezapratama
rezapratama Mohon Tunggu... -

Planology Engineering, Kalimantan Institute of Technology

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Permasalahan terhadap Pengelolaan dalam Pengembangan Kawasan Pesisir

12 Oktober 2017   09:07 Diperbarui: 12 Oktober 2017   09:13 6402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN    

Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam hal keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Saat ini, kondisi ekosistem pesisir di sebagian wilayah di Indonesia telah mengalami kerusakan dan pencemaran yang tinggi, yang digambarkan dengan kerusakan rata-rata terumbu karang sebesar 40 persen, penurunan luasan mangrove, dan pencemaran yang tinggi di beberapa wilayah pesisir/laut Indonesia. Sebagai salah satu upaya pengurangan perusakan, dilakukan program perlindungan dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan perikanan dengan cara melakukan rehabilitasi terumbu karang, penanaman mangrove, dan pengelolaan konservasi kawasan dan konservasi jenis.

Tulisan ini mengangkat pentingnya pengelolaan wilayah raja ampat dengan potensi wisata bahari yang besar dipadukan dengan upaya konservasi untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Raja Ampat yang lebih baik dan  berkelanjutan dan tentu saja sangat bergantung kepada keberlanjutan sumberdaya alam.

ESSAY

Membicarakan wilayah pesisir adalah hal menarik yang bisa menguras banyak energi dan perdebatan panjang tentang apa, siapa, dan bagaimana seharusnya wilayah pesisir tersebut dikelola. Tetapi pembicaraan tersebut lebih banyak pada hal-hal yang sifatnya wacana, strategi dan upaya untuk memanfaatkan potensi yang ada tanpa mau melihat kondisi riil wilayah pesisir itu sendiri.

Apabila berbicara terkait dengan kebijakan makro dan mikro dalam konsep, strategi dan metode dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah dua hal yang saling terkait. Sinkronisasi adalah kata kunci, karena kompleksitas persoalan di pesisir butuh solusi yang cepat dan tepat dalam penanganannya sehingga nilai manfaat dari ketersediaan sumberdaya tersebut dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan), mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proporsionality) antar dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan (stakeholders). Dengan cara demikian, maka pengelolaan pesisir yang terpadu dan berkelanjutan, berbasis masyarakat dan lingkungan dapat menjadi kenyataan.

Suatu wilayah yang memiliki kawasan pesisir secara tidak langsung memiliki suatu keistimewaan tersendiri. Melalui kawasan pesisirnya, wilayah tersebut dapat menggali berbagai aspek yang bisa membawa manfaat kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Wilayah  yang berada di kawasan pesisir merupakan jalan akses masuk orang atau barang di suatu pulau. Keberadaan wilayah tersebut menjadi sangat strategis dan sayang apabila tidak dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Namun untuk mengembangkan kawasan pesisir diperlukan kajian mendalam tentang ekosistem dan struktur pesisir daerah tersebut agar pengelolaan yang dilakukan bisa tepat sasaran dan tidak menimbulkan efek samping.

Salah satu dari wilayah pesisir dan pulau yang menjadi perhatian serta merupakan salah satu tempat marine world heritage site yaitu Kepulauan Raja Ampat. Dari data dan informasi penting yang telah berhasil diidentifikasi tentang Kepulauan Raja Ampat ini dapat disimpulkan bahwa kekayaan alam laut dan darat Kepulauan Raja Ampat sangat luar biasa. Apabila tidak dilindungi, maka kekayaan alam ini akan rusak oleh kegiatan-kegiatan eksploitasi. Sehubungan dengan itu Kepulauan Raja Ampat perlu mendapatkan dukungan untuk pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan di kawasan kaya ini. Keanekaragaman hayati yang dimiliki serta kekayaan lautnya, menjadikan alasan pembangunan di kawasan Raja Ampat difokuskan pada pembangunan wisata bahari.

Secara geografis Kepulauan Raja Ampat berada pada 01o15' LU -- 2o15' LS dan 129 o10' -- 121o10' BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2  terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Bisa dikatakan sekitar 85% dari luasnya tersebut merupakan lautan, sisanya merupakan daratan yang terdiri dari 610 pulau yang tidak berpenghuni. Sedangkan pulau yang berpenghuni  penduduk asli hanya dapat dijumpai hanya di 35 pulau yang tersebar saja.

 Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving sitedi seluruh dunia. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Sering disebut juga sebagai "surga para penyelam".

Sekali pun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non-penyelam karena memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau-pulau Karst nan mempesona serta flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beranekaragam burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis anggrek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun