Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Kekaisaran Turki Utsmani dengan Aktor Negara Non-Islam Era Sultan Murad I-Sultan Sulaiman Qanuni

30 Oktober 2019   22:06 Diperbarui: 1 November 2019   08:31 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Sultan Murad I adalah sultan ke-3 yang memimpin Daulah Turki Utsmani. Langkah awalnya untuk mengembangkan pengaruh Islam ialah dengan menaklukan Edirne pada tahun 1362 dan menjadikannya ibu kota kerajaan ke-2 setelah Provinsi Bursa. Sultan Murad merupakan kepala negara pertama yang menstruktur ulang organisasi Janissari menjadi satuan militer yang layak untuk mendapat bayaran dalam masa pengabdian kepada Sultan (Sansal, 2019). 

Aliansi pertama Kekaisaran Ottoman atau Khalifah Utsmaniah dengan pemerintah Kristen adalah negara-kota maritim yang bernama Republik Ragusa dengan Dubrovnik sebagai ibukota. Kondisi geografis Republik Ragusa yang berbentuk maritim membuat pemimpinnya berpikir untuk bersifat kooperatif dengan tetangga raksasanya, yaitu Kekasairan Turki Utsmani. Alih-alih menjadi target penaklukan, Republik Ragusa memilih untuk bersedia membayar jizyah sebesar 500 keping emas per tahun kepada Kekaisaran Turki Utsmani. Imbalannya, Kekaisaran Turki Utsmani yang kala itu dipimpin oleh Murad I berjanji dan menjamin keamanan Republik Ragusa dari serangan asing. 

Republik Ragusa selama ratusan tahun merasakan perdamaian dan kestabilan di bawah perlindungan Turki Usmani sampai pada tahun 1806, suatu fase dimana Perancis mulai menginvasi negara tersebut. Ragusa kini masuk ke dalam teritori negara Kroasia. Kesultanan Utsmaniyyah paska Mehmed II (Al-Fatih), dilanjutkan oleh anaknya Sultan Beyezid II. Hubungan diplomatik dimasanya bertambah luas, jika sebelumnya relasi antar negara berdaulat hanya difokuskan di sekitaran perbatasan, maka pada masa Sultan Beyezid II banyak negara Eropa mulai melunak dan menginisiasi penyelenggaraan diplomasi dengan Kekaisaran Utsmani. 

Jika diperhatikan, kebanyakan negara-negara Eropa kala itu memilih untuk berlindung dibawah nama Utsmani karena faktor agama, terbukti dengan dibangunnya hubungan diplomatik antara Daulah Utsmaniyyah dengan Keuskupan di Roma, Kerajaan Florence (Firenze), Naples (Napoli), dan Perancis. Begitupula merambat ke kerajaan Venesia dan Hungaria. Rusia untuk pertama kalinya mengirimkan Duta Besar ke Turki pada 1492 M tatkala Rusia masih berbentuk kerajaan yang dibawahkan oleh Grand Duke of Moscow (Ivan III Vasilyevich). Meningkatnya berbagai bentuk penindasan di Semenanjung Iberia---pada masa Sultan Bayazid II---dipicu oleh konsentrasi orang-orang Kristen Spanyol untuk menyatukan wilayah-wilayah mereka dan merampas semua wilayah yang masih ada di tangan kaum Muslimin. Hal ini terjadi setelah Spanyol tunduk di bawah satu kepemimpinan, setelah pernikahan antara Ratu Kastila Isabel I dan Raja Aragon Fernando II pada 19 Oktober 1649. Selanjutnya, kerajaan-kerajaan Spanyol yang telah bersatu itu bergerak membersihkan eksistensi Islam di seluruh wilayah Spanyol, beberapa saat sebelum jatuhnya Granada. Kemudian mereka memfokuskan seluruh perhatian mereka kepada Granada, satu-satunya Kerajaan Islam yang merupakan simbol dari Dunia Islam yang hilang. Orang-orang Kristen Spanyol memberlakukan prosedur yang keras terhadap kaum Muslimin. Mereka berupaya mengkristenkan kaum muslimin secara paksa dan mempersempit ruang geraknya, sehingga banyak umat Islam yang pergi meninggalkan Semenanjung Iberia (Irawan, 2019). 

Raja Asyraf dari mamalik Mesir mengirim surat ancaman kepada para paus dan pemimpin di Spanyol agar menghentikan tindakan tidak berprikemanusiaan kepada umat muslim di Spanyol. Namun para paus dan pemimpin di Spanyol kompak tidak menghiraukan ancaman yang dilontarkan oleh raja Asyraf. Muslimin yang masih bertahan di Granada akhirnya memberanikan diri untuk mengirim surat kepada Sultan Beyezid II berbentuk baitan syair yang menggambarkan bagaimana parahnya krisis kemanusiaan yang sedang mereka hadapi di tanah mereka. Raja Asyraf dan Sultan Beyezid II mencapai kesepakatan untuk membantu sisa-sisa kaum muslim di Spanyol yaitu Raja Asyraf akan membantu penyerangan ke wilayah tersebut dari sisi daratan Afrika sedangkan Sultan Beyezid II mengirimkan bantuan kekuatan armada kapal laut yang ditempatkan di perairan Sisilia. Pelayaran dengan misi membantu saudara seiman di tanah sendiri yang tengah dihadapkan dengan kezaliman tersebut dipimpin oleh Laksamana kenamaan Angkatan Laut Turki Usmani bernama Kemal Reis yang berhasil menggentarkan angkatan laut kristen di perairan kekuasaan Andalusia.

Dalam rentang waktu jabatan khalifah ke-10 Turki Utsmani Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada tahun 1520-1566, kekuasaan Islam mencapai perolehan yang terbesar dan belum pernah dicapai di peiode sebelumnya. Cakupan kekuasaan terbentang luas tersebar di tiga benua; Asia, Afrika, dan Eropa. Bahkan orang-orang Jerman saat itu mengenal reputasi para tentara Turki Usmani yang sangat disiplin dan menunjukkan kualitas personil yang mampu membuat lawan gentar dari pandangan pertama. Istilah orang Jerman untuk menyebut para tentara Turki saat itu adalah Turkengehfar atau "Bahaya Turki". Gugusan kerajaan Eropa yang berdiri semasa Turki Utsmani berkuasa tentu merasa keberadaan dan perkembangan cepat dari khalifah Turki Utsmani adalah suatu ancaman besar, baik dari ssegi politik, keamanan, dan agama. Walaupun begitu, ternyata di dalam tubuh kerajaan di Eropa terjadi perselisihan untuk saling berebut kekuasaan tertinggi. Raja Charles II yang berasal dari Imperium Romawi Suci bersaing dengan Francis II dari Perancis untuk menduduki singgasana tertinggi kekaisaran Romawi Suci. Sedangkan edangkan Paus Leo X bersaing dengan pendeta Jerman yang bernama Martin Luther, pemimpin kelompok Protestan. Berpangkal dari pergolakan politik diantara sesama pembesar kerajaan di Eropa, Francis II melihat peluang jika dirinya memilih untuk menjadi "teman" dengan Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Dirinya mempunyai motivasi dengan beraliansi bersama Turki Utsmani maka akan menurunkan kekuataan rival politiknya yaitu Charles V. 

Maka dimulailah usaha perundingan dengan Turki Utsmani, setelah perang Pavia berakhir dan Francis II menjadi tawanan pada tahun 1525 M. Setelah Francis II dibebaskan dari masa penahanan dirinya, Francis II mengirim utusan bernama Jean de Lapoure kepada Sultan Sulaiman Al-Qanuni. Pengiriman utusan itu bertujuan untuk membuat persekutuan dalam bentuk perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Istemewa Perancis-Turki Utsmani. Isinya yaitu: 

1.Kebebasan penuh untuk bongkar muat dan pelayaran bagi kapal-kapal laut yang bersenjata maupun yang tidak bersenjata. 

2.Hak jual beli dan tukar menukar barang di seluruh bagian wilayah Daulah Utsmaniyah untuk semua rakyat Kerajaan Prancis. 

3.Pembayaran bea cukai dan pajak-pajak lainnya kepada Daulah Utsmaniyah hanya dilakukan sekali dalam setahun. 

4.Pajak-pajak yang dibayarkan oleh orang-orang Prancis kepada Daulah Utsmaniyah jumlahnya sama dengan yang dibayarkan oleh rakyat Turki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun