Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diplomasi Aqidah Nabi Musa A.S. dengan Fir'aun (Part 2)

29 Oktober 2019   10:55 Diperbarui: 29 Oktober 2019   11:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita perhatikan bahwa Fir'aun tidak bertanya kepada Nabi Musa tentang Tuhan Pengatur alam atau Tuhan Musa dan Harun dengan maksud bertanya sesungguhnya atau pertanyaan yang bermaksud untuk mengetahui kebenaran tetapi perkataan yang dilontarkan Fir'aun semata-mata hanya untuk mengejek. Nabi Musa as menjawabnya dengan jawaban yang sempurna dan mengena. Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya Tuhan kami adalah Dia yang memberi sesuatu ciptaannya kemudian Dia membimbing ciptaannya. Dialah sang Pencipta. Dia menciptakan berbagi macam makhluk dan Dia juga yang membimbingnya sesuai dengan kebutuhannya sehinga makhluk-makhluk tersebut dapat menjalani kehidupan dengan baik. Allah SWT-lah yang megerahkan segala sesuatu; Allah SWT-lah yang menguasai segala sesuatu; Allah SWT-lah yang mengetahui segala sesuatu; Allah SWT-lah yang menyaksikan segala sesuatu." Al-Qur'an al-Karim mengungkapkan semua itu dalam ungkapan yang sederhana namun padat artinya, yaitu dalam firman-Nya:

"Musa berkata: "Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk." (QS. Thaha: 50)

Kemudian Fir'aun bertanya, "lalu bagaimana keadaan manusia-manusia yang hidup di abad-abad pertama di mana mereka tidak menyembah Tuhanmu ini?" Fir'aun masih ingkar dan mengejek dakwah Nabi Musa. Nabi Musa menjawab: "Bahwa masa-masa yang dahulu di mana mereka tidak menyembah Allah SWT adalah masalah yang semua itu berada di sisi Allah SWT. Atau dalam kata lain, semua itu diketahui oleh Allah SWT. Keadaan di masa-masa yang dahulu tercatat dalam kitab Allah SWT. Allah SWT menghitung apa yang mereka keijakan di dalam kitab. Allah SWT tidak pernah lupa." Jawaban Nabi Musa tersebut berusaha menenangkan Fir'aun tentang orang-orang yang hidup di masa-masa pertama. Jadi Allah SWT mengetahui segala sesuatu dan mencatat apa saja yang dilakukan manusia dan Allah SWT tidak menyia-nyiakan pahala mereka. Kemudian Nabi Musa kembali menyempurnakan dan menyelesaikan pembicaraannya tentang sifat Tuhannya:

"Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadihan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang dernikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan darinya Kami akan mengembalikan kamu dan darinya Kami akan mengeluarkan kamu pada kaliyang lain. " (QS. Thaha: 53-55)

Nabi Musa menarik perhatian Fir'aun tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam semesta. Nabi Musa menunjukkan kepadanya bagaimana gerakan angin, hujan, dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian Nabi Musa juga menunjukkan bagaimana pengaruh semua itu pada bumi. Musa memberitahu kepada Fir'aun bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari tanah dan setelah itu Dia akan mengembalikan padanya dengan kematian lalu mengeluarkan manusia darinya di hari kebangkitan. Jadi, di sana terjadi hari kebangkitan dan pada hari kiamat manusia akan menghadap kepada Allah SWT. Tidak ada seseorang pun yang dikecualikan dari hal itu. Semua hamba Allah SWT akan berdiri dihadapan-Nya pada hari kiamat, termasuk Fir'aun.

Musa datang kepada Fir'aun sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi peringatan dari Musa ini tidak membikin Fir'aun merenung dan mendapatkan pelajaran namun justru dialog antara dirinya dan Musa semakin menajam. Bisa dikatakan bahwa dialog di antara mereka menjadi pertentangan. Ketajaman dialog mulai menghangat. Kemudian berubahlah bahasa dialog itu. Musa berusaha menyampaikan argumentasi yang sangat kuat kepada Fir'aun. Musa berusaha membawa argumentasi rasional tetapi Fir'aun berusaha keluar dari ruang lingkup dialog yang berdasarkan logika yang sehat. Fir'aun berusaha menggunakan dialog dalam bentuk yang baru, yaitu suatu cara yang Musa tidak mampu lagi melawannya. Ia mulai menyerang Musa dan mengancamnya.

Fir'aun menujukkan penentangannya kepada kebenaran yang dibawa oleh Musa. Fir'aun acuh tak acuh terhadap dakwah Nabi Musa. Fir'aun mulai menyerang pribadi Musa. Ia mulai mempersoalkan pakaian Musa dan kedudukan sosialnya bahkan ia pun menyerang cara Musa berbicara. Setelah menghina Musa sedemikian rupa, Fir'aun sengaja memakai metode kekuatan mutlak. Fir'aun bertanya kepada Musa, bagaimana ia berani menentang penyembahan terhadap dirinya; bagaimana Musa menyembah selain dirinya; tidakkah Musa mengetahui bahwa Fir'aun adalah tuhan? Bagaimana Musa tidak mengetahui hakikat ini padahal ia terdidik di istana Fir'aun dan sangat mengenal lingkungan di sekitar Fir'aun? Setelah Fir'aun menyampaikan tentang ketuhanan-nya secara mendasar, ia bertanya kepada Musa, bagaimana Musa berani menyembah tuhan selain dirinya. Ini berarti bahwa Musa ingin dijebloskan ke dalam penjara. Tiada ketentuan di sisi kami bagi orang yang menyembah selain Fir'aun kecuali penjara adalah tempatnya:

"Fir'aun berkata: 'Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.'" (QS. asy-Syu'ara': 29)

Musa mengetahui bahwa argumentasi-argumentasi rasional tidak lagi bermanfaat. Dialog yang tenang dan sehat berubah menjadi ejekan dan hinaan serta pada akhirnya menjadi ancaman hukuman penjara. Musa mengetahui bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan mukjizat yang dibawanya. Setelah diancam akan dijebloskan ke dalam penjara, ia berkata kepada Fir'aun:

"Musa berkata: 'Dan apakah (kamu akan melakukan ini) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?'" (QS. asy-Syu'ara': 30)

Musa menantang kepada Fir'aun dan Fir'aun menerima tantangannya. Fir'aun ingin tahu sejauh mana kebenaran Musa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun