Mohon tunggu...
Christopher Reinhart
Christopher Reinhart Mohon Tunggu... Sejarawan - Sejarawan

Christopher Reinhart adalah peneliti sejarah kolonial Asia Tenggara. Sejak 2022, ia merupakan konsultan riset di Nanyang Techological University (NTU), Singapura. Sebelumnya, ia pernah menjadi peneliti tamu di Koninklijke Bibliotheek, Belanda (2021); asisten peneliti di Universitas Cardiff, Inggris (2019-20); dan asisten peneliti Prof. Peter Carey dari Universitas Oxford (2020-22).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Seorang K-Popers adalah Menjadi Seorang Sejarawan

20 Mei 2019   11:54 Diperbarui: 20 Mei 2019   16:02 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BTS 'Burn the Stage' beats out One Direction in US theaters (The Jakarta Post, 2018)

Perkembangan pemikiran pragmatisme di Korea Selatan telah mendorong adanya ekspansi kebudayaan yang sangat hebat. Sejak paruh kedua dekade 1990, kebudayaan Korea yang dibawa oleh tokoh-tokoh Korea Selatan telah mencapai Asia Tenggara. Perkembangan ini menjadi semakin hebat pada dekade 2010 dengan menguatnya pengaruh kebudayaan Korea Selatan dalam pasar musik Amerika Serikat. 

Dengan perkembangan yang demikian hebat, grup musik semacam Bangtan Boys (BTS), Blackpink, EXO, dan sederetan nama besar lain menjadi agensi ekspansi kebudayaan yang memengaruhi selera pasar global. Bertolak dari kenyataan ini, nama-nama besar itu tentu telah memenuhi 'standar kelayakan' untuk menjadi tokoh sejarah.

Bila seorang sejarawan dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mengamalkan metode kesejarahan, para fans (K-Popers) dari grup musik tadi juga dapat dimasukkan dalam kategori sejarawan. Perlu kita ungkapkan terlebih dahulu pertalian antara metode kesejarahan itu dengan semangat pengidolaan yang dimiliki oleh para fans grup musik Korea Selatan tadi. 

Secara umum, Gottschalk mengungkapkan bahwa terdapat empat tahapan metode kesejarahan yang idealnya diamalkan dalam penelitian sejarah. Keempat tahapan itu adalah pencarian sumber atau heuristik, penilaian sumber atau kritik, analisis sumber atau interpretasi, dan penulisan atau historiografi. Dalam perkembangan zaman yang sekarang ini, standar yang ditetapkan untuk masing-masing tahapan telah banyak mengalami perubahan.

Sumber sejarah yang semula dibatasi pada dokumen tertulis meluas pada bentuk-bentuk lainnya termasuk kelisanan dan audio visual. Dengan perubahan garis pembatasan terhadap bentuk sumber sejarah, terdapat tiga tahapan yang terpengaruh secara langsung, yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi. 

Dengan demikian, kita dapat memandang dengan jelas bahwa tersedianya himpunan sumber yang luas mengenai BTS, Seventeen, atau EXO ada pada bentuk kelisanan dan audio visual tadi. 

Semangat pengidolaan pada beberapa grup musik itu mendorong para fans untuk mengumpulkan berbagai 'sumber sejarah' yang berkaitan dengan idola mereka. Lagipula, kegiatan ini tidak ada bedanya dengan kegiatan heuristik yang dilakukan oleh para sejarawan kepada tokoh politik yang menjadi seleranya.  

Pada tahap kritik, seorang sejarawan akan memilih sudut pandang dan mengesampingkan sumber yang dinilainya tidak relevan dengan fakta yang ingin dibangun olehnya. 

Demikian pula, seorang fans grup musik Korea Selatan akan mengumpulkan berbagai sumber berdasarkan sudut pandang yang ingin dilihatnya pada idolanya. Perbedaan yang mendasar antara seorang fans dan seorang sejarawan pada tahap ini adalah persentase subjektivitas. Namun demikian, sebaik-baiknya seorang sejarawan menyingkirkan subjektivitas, subjektivitas itu akan tetap ada.

Super Junior Member Kim Heechul (Channel-Korea, 2018)
Super Junior Member Kim Heechul (Channel-Korea, 2018)

Suatu kasus yang menarik terlihat dari salah satu himpunan video yang ditampilkan oleh seorang fans Kim Heechul pada laman daring Youtube. Pada himpunan video itu, fans mengumpulkan berbagai sumber yang menunjukkan banyak bukti audio visual terhadap rumor homoseksual yang melingkupi Kim Heechul. Bukti audio visual itu merupakan himpunan sumber dengan periode penayangan dari tahun 2006 hingga tahun 2018. 

Pada kenyataan ini, terdapat dua kesamaan antara fans dan sejarawan, yaitu pengumpulan sumber yang baik dan pemilihan sudut pandang. Tentu fans tersebut dapat memilih sudut pandang lain yang menunjukkan fakta bahwa Kim Heechul merupakan idola dengan kemampuan ingatan yang tinggi misalnya. 

Demikian pula ketika sejarawan memilih untuk menulis tentang Soekarno, dapat saja memilih sudut pandang sebagai proklamator ataupun mengenai kisah cintanya. Keduanya merupakan hak prerogatif sejarawan.

Pada kasus di atas, seorang fans telah mengamalkan tahap interpretasi dalam metode kesejarahan. Interpretasi bahwa rumor homoseksual memang kuat melingkupi Kim Heechul didapatkan dari penghimpunannya pada berbagai macam sumber yang mendukung asumsi awalnya itu. Demikian pula, hal semacam ini adalah hal yang seharusnya diamalkan seorang sejarawan ketika melakukan interpretasi. 

Pada akhirnya fans tadi melaksanakan tahapan historiografi ketika menayangkan rangkaian audio visual yang telah disunting sedemikian rupa agar memberikan informasi mengenai rumor-rumor homoseksual yang melingkupi Kim Heechul. Bagaimanapun, bentuk historiografi masa kini tidak dapat dibatasi pada tulisan ilmiah semata. Karya film dokumenter dan berbagai bentuk lain juga dapat dikategorikan sebagai historiografi.

Dengan demikian, terdapat dua pelajaran yang dapat ditarik dari berbagai kemiripan tadi, yaitu pelajaran kepada sejarawan dan pelajaran kepada fans. Sejarawan masa kini seharusnya membuka pikirannya untuk pengelolaan sumber yang lebih beragam. 

Keterbatasan sejarawan untuk mengungkapkan berbagai fakta sejarah terkadang justru terbentur pada 'penulisan' yang tidak mencapai khalayak ramai. Dengan demikian, historiografi dalam bentuk lain perlu dipertimbangkan. 

Selain itu, seorang sejarawan juga cenderung mengabaikan berbagai sumber sejarah yang dinilai sebagai sumber sejarah yang akan datang. Yang dimaksudkan sebagai sumber sejarah yang akan datang itu adalah berbagai informasi mengenai peristiwa masa kini. Dalam kasus ini, fans grup musik Korea memiliki kualitas yang sangat baik untuk menangkap berbagai informasi mengenai idolanya pada masa kini, yang pada masa depan dapat digunakan sebagai sumber sejarah.

K-pop group BTS stages grand performance at Billboard Music Awards (Asia-One, 2018)
K-pop group BTS stages grand performance at Billboard Music Awards (Asia-One, 2018)

Di samping pelajaran bagi sejarawan, terselip pula beberapa pesan bagi fans atau K-Popers yang populasinya sangat banyak itu. Pada bagian awal, telah diterangkan peran vital fans dalam pencatatan sejarah idolanya. Oleh sebab itu, terselip pesan kehati-hatian yang seharusnya diamalkan oleh fans dalam 'penulisan sejarah' atau upaya narasi yang dilakukannya terhadap idolanya.

 Hal ini tidak kurang karena catatan-catatan mereka itulah yang akan dinilai sebagai sumber primer sezaman tentang idola mereka oleh para sejarawan masa depan. Video, catatan daring, dan berbagai perbincangan di forum akan menjadi sumber informasi masa depan untuk menilai tokoh idola yang telah memenuhi syarat sebagai tokoh sejarah tadi. 

Dengan demikian, pencatatan sejarah yang baik bagi tokoh idola juga berasal dari pencatatan baik yang dilakukan oleh para fans yang hidup sezaman dengan tokoh idola itu. 

Dengan kemiripan yang telah diterangkan di atas itu, tidakkah seorang K-Popers juga memenuhi kaidah untuk serupa dengan seorang 'sejarawan'? Atau dapat pula dipertanyakan lebih lanjut, tidakkah semua manusia merupakan seorang sejarawan bagi dirinya dan bagi dunianya?

Daftar Sumber

Breisach, Ernst. 1983. Historiography: Ancient, Medieval & Modern. New York: University of Chicago Press.

Budd, Adam. 2009. The Modern Historiography Reader: Western Sources. London: Routledge.

Fischer, David Hackett. 1970. Historians' Fallacies: Towards a Logic of Historical Thoughts. New York: Harper Press.

Fitzsimons, Matthew A., et. al. 1954. The Development of Historiography. Harrisburg: The Stackpole Company.

Gottschalk, Louis. 1975. Mengerti Sejarah: Pengantar Metode Sejarah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Kendall, Lauren dan Griffin Dix. 1989. "Religion and Ritual in Korean Society" dalam Korea Research Monograph No. 12.

Rowse, A. L. 1946. The Use of History. London: Hodder and Stoughton Ltd.

Yang, Seung Yoon. 2016. Spirit Budaya dan Politik Korea. Jakarta: Kosa Kata Kita.

Penulis

C. Reinhart adalah asisten peneliti pada Departemen Sejarah Universitas Indonesia dengan fokus pada Sejarah Kuno dan Sejarah Kolonial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun