Mohon tunggu...
Rehan Ronan
Rehan Ronan Mohon Tunggu... MAN

touring cb dan nonton sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Kebersamaan di Hari Raya: Bakar- Bakar Daging Kurban Bersama Warga Desa"

14 Juni 2025   19:01 Diperbarui: 14 Juni 2025   19:01 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potret saya waktu bakar-bakar bersama teman desa

Hari Raya Idul Adha bukan hanya momen untuk beribadah dan memperingati kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, tetapi juga menjadi saat yang penuh makna dalam mempererat tali silaturahmi antarwarga. Di berbagai pelosok Indonesia, suasana kebersamaan ini terasa begitu kental, apalagi ketika warga desa berkumpul untuk menyembelih hewan kurban dan kemudian mengolahnya bersama-sama. Salah satu tradisi yang paling dinanti adalah momen "bakar-bakar" daging kurban---acara sederhana namun penuh kehangatan.

Di sebuah desa kecil di pinggiran kota, tepat setelah salat Idul Adha selesai dilaksanakan, warga secara bergotong-royong mempersiapkan prosesi penyembelihan hewan kurban. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua, semuanya turut serta dalam kegiatan ini. Ada yang bertugas memegang hewan, menyembelih sesuai syariat, membersihkan, hingga membungkus daging untuk dibagikan kepada yang berhak. Setelah proses penyembelihan selesai, biasanya sebagian daging kurban dimasak bersama-sama.

Inilah saat yang dinanti: bakar-bakar daging kurban. Warga yang sejak pagi sudah sibuk bekerja pun kini berkumpul di sekitar tungku atau bakaran. Daging yang baru saja dipotong dipersiapkan menjadi sate atau sekadar dibakar sederhana dengan bumbu kecap dan sambal. Meski tidak mewah, suasana yang tercipta begitu hangat dan akrab.

Anak-anak tertawa riang bermain di halaman, sementara para remaja sibuk mengipasi arang dan membalik-balik tusukan daging di atas bara. Kaum ibu menyiapkan nasi, sambal, dan lalapan untuk menemani santapan hasil bakar-bakar itu. Obrolan ringan pun mengalir begitu saja---tentang hasil panen, harga sembako, kabar anak-anak yang merantau, hingga rencana pembangunan jalan desa. Semua terjadi dalam suasana penuh kekeluargaan.

Bakar-bakar daging kurban ini bukan sekadar soal makan bersama. Ia telah menjadi simbol dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan masyarakat desa: gotong royong, kesederhanaan, dan kebersamaan. Tak ada batasan status sosial di sini---semua duduk melingkar, makan dari nampan yang sama, dan tertawa dalam satu irama.

Bagi banyak orang desa, Hari Raya Idul Adha bukanlah tentang pakaian baru atau makanan mewah. Justru momen seperti ini---dimana bisa duduk dan makan bersama warga lain---adalah yang paling membekas. Momen ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu berasal dari hal-hal besar, melainkan dari kebersamaan yang tulus.

Tradisi bakar-bakar ini juga sering dimanfaatkan untuk mempererat hubungan antar generasi. Para orang tua bisa berbagi cerita tentang masa muda mereka kepada anak-anak, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, dan mengenalkan tradisi-tradisi desa yang mulai tergerus zaman. Bagi generasi muda, ini adalah pelajaran hidup yang tak bisa ditemukan di bangku sekolah.

Selain itu, kegiatan ini memperkuat rasa memiliki terhadap komunitas. Ketika semua orang berkontribusi---baik dalam bentuk tenaga, bahan makanan, atau sekadar tawa---rasa solidaritas tumbuh secara alami. Inilah yang membuat kehidupan desa terasa begitu dekat dan penuh makna.

Meskipun terlihat sederhana, persiapan acara ini memerlukan kerja sama yang baik. Biasanya, beberapa hari sebelum Idul Adha, warga telah membentuk panitia kecil yang mengatur teknis pembagian daging, penentuan lokasi bakar-bakar, hingga siapa saja yang membawa alat masak dan bumbu. Semua dilakukan secara sukarela dan tanpa pamrih.

Tahun ini, suasana terasa lebih istimewa karena banyak perantau yang pulang kampung untuk merayakan Idul Adha bersama keluarga. Mereka membawa cerita dari kota, tetapi yang mereka rindukan tetaplah suasana desa---dengan segala kesederhanaan dan kehangatannya. Bahkan, beberapa di antaranya ikut membantu dari pagi hingga malam, seolah mengisi kembali energi silaturahmi yang sempat renggang karena jarak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun