Mohon tunggu...
Regine DarynneTan
Regine DarynneTan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - X IPS 1

SMAK 6 PENABUR JAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Sikap Konsumerisme Berkedok Tren TikTok di Kalangan Remaja

3 Maret 2022   11:54 Diperbarui: 11 November 2022   01:52 3264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi TikTok. (businessinsider.com)

Konsumerisme, sebuah istilah yang erat kaitannya dengan sikap pemborosan atau berlebihan. Sebuah istilah yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan gaya hidup seseorang yang diluar batas wajar orang pada umumnya. 

Menurut KBBI pun konsumerisme merujuk pada sebuah ideologi atau pemahaman bahwa barang mewah merupakan sumber dari kebahagiaan.

Apabila digali lebih dalam, sikap konsumerisme tidak hanya berpusat pada barang mewah atau barang “branded”

Saat seseorang membeli suatu barang secara berlebih diluar kebutuhannya dan hanya untuk memuaskan kesenangan pribadi, itu juga disebut sebagai sikap konsumerisme. 

Bahkan menurut ahli Collin Campbell pun, sikap konsumerisme merupakan tujuan hidup yang berfokus pada kata “konsumsi”.

Tidak benar adanya apabila seseorang mengatakan bahwa sikap konsumerisme hanya dapat terjadi di kalangan orang dewasa. Anak-anak remaja zaman sekarang pun tidak lepas dari adanya sikap konsumerisme. 

Terlebih pada zaman sekarang, betapa mudahnya bagi kita untuk top up saldo dan membeli suatu barang di pusat e-commerce atau kerap disebut online shop

Hanya dengan satu genggaman tangan, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk melakukannya. Satu barang…Dua barang…. 

Dan seterusnya akan begitu. Sebuah perbuatan yang berulang ulang tentu lama lama akan menjadi suatu kebiasaan. Yang lebih parahnya lagi, kita akan menganggap bahwa kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang wajar.

Selain mudahnya akses untuk membeli suatu barang, tren di sosial media juga merupakan salah satu faktor terjadinya sikap konsumerisme di kalangan remaja. 

Pasti di antara kita pernah mendengar kata-kata “racun tiktok atau “racun olshop”. Terlebih bagi para pengguna setia aplikasi tiktok, kata kata tersebut tentu sudah tidak asing lagi. 

Konten tersebut meraup ribuan bahkan jutaan penonton yang menurut analisis, sebagian besar penontonnya merupakan anak anak remaja dibawah 17 tahun. 

Tren seperti itu akan menjadi bibit tumbuhnya sebuah penyimpangan sosial berupa gaya hidup yang negatif bagi penerus bangsa kita apabila tidak ditanggapi dengan tegas. 

Bahkan menurut riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indonesia menduduki peringkat ke-3 sebagai negara dengan tingkat kepercayaan diri konsumerisme paling tinggi.

Penyimpangan gaya hidup berupa konsumerisme balik lagi terjadi akibat sosialisasi primer yang tidak sempurna. 

Biasanya para orang tua membiarkan, memanjakan, serta memberi kebebasan kepada anaknya untuk membeli barang barang yang diinginkannya meski tidak membutuhkannya. 

Sifat FOMO (Fear Of Missing Out) diikuti dengan sifat gengsi dari remaja Indonesia juga merupakan salah satu penyebab tingginya tingkat konsumerisme di Indonesia.

Memangnya apa sih dampak dari sikap ini jika dilihat dari sudut pandang masyarakat? Berdasarkan sdgsummit.id, sifat konsumerisme dapat menyebabkan diskriminasi antar anggota masyarakat, kesenjangan sosial, bahkan meningkatnya tingkat kemiskinan di Indonesia. 

Bahkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pun berpendapat bahwa maraknya sikap konsumerisme ini menyebabkan banyak orang meninggalkan kebiasaan menabung.

Lantas, tindakan apa yang bisa kita ambil untuk menanggapi kasus tersebut? Sekali lagi saya tekankan bahwa, peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk kebiasaan dan karakter anaknya. 

Terlebih apabila mereka masih dalam fase remaja. Dimana seorang remaja biasanya masih “labil” , dan itu wajar adanya. 

Namun, di dalam fase itulah para remaja kita membutuhkan dampingan dari orang tua untuk mengawasi dan memberitahu mereka mana yang baik dan mana yang tidak. 

Menanamkan sifat hemat dan rajin menabung juga berperan penting dalam mencegah adanya sikap konsumerisme tersebut. 

Tren yang ada di sosial media tidak dapat kita hapus, namun yang bisa kita lakukan adalah bijak dalam menanggapinya. Dan bagi kita para generasi penerus bangsa, yuk bijak menggunakan sosial media agar masa depan bangsa kita tercinta dapat terjamin adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun