Mohon tunggu...
Regina Asteria Riyanto
Regina Asteria Riyanto Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dampak Kepadatan Pemukiman Terhadap Ketersediaan Air Tanah di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

21 Juni 2019   12:42 Diperbarui: 23 Juni 2019   01:13 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terkenal dengan keindahannya serta dijuluki sebagai kota pelajar, kota wisata-kuliner dan kota pendidikan. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah penduduk di kabupaten Sleman mencapai 1.180.479 jiwa. Meskipun demikian dibalik semua itu, kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari berbagai permasalahan. Permasalahan yang sering bahkan selalu terjadi adalah pencemaran, yang dapat terjadi baik disengaja atau ulah manusia maupun yang tidak disengaja atau karena faktor alam. Akibatnya banyak terjadi bencana alam, wabah penyakit, kerusakan lingkungan tempat tinggal makhluk hidup bahkan dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa.

Salah satu pencemaran yang masih terjadi sampai sekarang adalah pencemaran air.  air merupakan kebutuhan manusia yang utama dan terutama yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Air menjadi sumber utama yang keberadaannya sangat penting dan selalu dibutuhkan oleh setiap manusia untuk memenuhi kehidupan sehari -- hari seperti memasak, MCK, mencuci dan minum. Air yang didapat bersumber dari tanah sehingga disebut dengan air tanah. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan air semakin lama semakin meningkat sehingga tak jarang masyarakat mengambil air dengan kapasitas besar. Terjadinya pertambahan jumlah penduduk yang mengakibatkan pemukiman penduduk semakin padat khususnya di daerah perkotaan sehingga dapat menjadi penyebab turunnya kualitas air tanah. Akibatnya ketersediaan air tanah semakin lama semakin sedikit bahkan habis. Hal ini sudah banyak terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, salah satunya berada di kecamatan Godean kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masyarakat  yang tinggal di sekitar hotel besar sekarang sudah merasakan dampaknya dengan mengeluh terhadap permukaan  air  sumur sangat menurun. Masyarakat menduga, penurunan air  tanah  terjadi  akibat  eksploitasi  besar-besaran dari hotel-hotel besar yang ada disekitar pemukiman warga sehingga mengakibatkan banyak  sumur menjadi kering.

Faktor lainnya  adalah  berkaitan dengan ruang peresapan air tanah.  Menurut  Wahana Lingkungan  Hidup  Indonesia (WALHI) Regional  Yogyakarta, banyak pembangunan hotel dikawasan dekat sungai  yang berdampak terhadap penyempitan ruang peresapan air tanah. Sedangkan menurut  ESDM  DIY, telah  terjadi  penurunan  muka  air  tanah sebesar 30 cm setiap tahun di Yogyakarta karena tumbuhnya permukiman penduduk, sehingga  mengurangi  ruang  peresapan  air.

Penurunan air tanah tidak hanya terjadi didekat hotel, namun  juga  terjadi di wilayah  lain seperti di Kabupaten Sleman yang  jumlah  penduduk semakin bertambah. Pertumbuhan  penduduk  yang  cukup besar  merupakan  awal  masalah lingkungan karena terjadinya peningkatan luas permukiman warga.  Menurut Balai  Pemantapan  Kawasan  Hutan Wilayah  Xi  Jawa-Madura (2007) penduduk  di  Daerah Istimewa  Yogyakarta  pada  sensus  tahun 1971  tercatat  hanya  2.488.544 jiwa, sedangkan  pada  tahun  2010  jumlahnya mencapai  3.457.491  jiwa,  sehingga  ada kenaikan  40%.

Pertumbuhan  penduduk menjadi akibat dari pertumbuhan  permukiman. Hal tersebut dapat dilihat dari  luas  hutan  yang berubah  menjadi  permukiman  dari  tahun 2000  hingga  2004  sebesar  tiga  hektar, sedangkan  areal  penggunaan  lain  seperti sawah,  ladang,  pekarangan,  yang  berubah menjadi  permukiman  seluas  84  hektar. Bangunan-bangunan  besar  yang  sudah dibangun  merupakan  bukti bahwa terjadinya pertambahan  luas  wilayah permukiman.

Dengan demikian, ruang untuk  peresapan  air  sudah semakin  berkurang sehingga dapat mengakibatkan cadangan air tanah menjadi menipis. Berkurangnya  ruang  peresapan air hujan menjadi dampak terjadinya banjir, baik di wilayah perkotaan  maupun  banjir  bandang beberapa  sungai  yang  semuanya  mengalir kearah selatan. Jika hal tersebut terus terjadi maka akan berakibat buruk bagi masyarakat seperti kekurangan ketersediaan air bersih yang akan menimbulkan berbagai macam wabah penyakit dan dapat menyebabkan korban jiwa.

  Berdasarkan Buku Data Status Lingkungan Hidup  Daerah  DIY  tentang   penggunaan lahan  di  DIY  (SLHD  DIY,  2012),  luas hutan  di  Sleman yaitu 1.335  Ha  dari  luas kabupaten Sleman 57.482. Perlu diketahui bahwa  luas  seluruh  hutan  di  DIY 31.077,18  Ha,  sedangkan luas wilayah DIY 318.580 Ha. Terlalu  sempitnya  luas  hutan berdampak  pada  tingginya  debit  sungai pada musim penghujan dan kecilnya debit sungai  pada  musim  kemarau. Akibatnya pada musim hujan akan terjadi banjir dan musim kering terjadi kekeringan air. Kesadaran masyarakat akan pentingnya ketersediaan air tanah bagi kehidupan juga merupakan solusi yang sangat dibutuhkan. Tindakan seperti penebangan atau membakar hutan secara liar untuk membuka lahan baru dapat menimbulkan permasalahan.

Maka dari itu, diperlukannya strategi pengendalian yang dapat menjadi solusi dalam mengurangi atau menanggulangi percemaran air tanah. Salah satunya dengan membuat resapan air tanah. Resapan air tanah dapat berupa pembuatan resapan buatan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan agar air tanah sebagai sumberdaya kehidupan tetap terjaga, menghambat  penurunan permukaan  air  tanah, mengurangi penurunan atau penenggelaman lahan. Resapan buatan dapat berupa pembuatan sumur resapan air hujan yang dangkal, sumur resapan air yang dalam dan pembuatan waduk.

Menurut Kusnaedi (2011), resapan air tanah seperti sumur  resapan  bermanfaat secara langsung dalam menampung air hujan dan meresapkannya ke tanah.  Namun, dalam mencegah  terjadinya genangan air, dibutuhkan waktu sehingga tidak terjadi secara langsung. Selain itu, manfaaat sumur resapan adalah mencegah penurunan atau amblasan akibat pengambilan  air  tanah  berlebihan, serta  mengurangi  konsentrasi  pencemaran air tanah. Menurut Fetter (1988), resapan  buatan  yang  efektif  adalah dengan  cara  pembangunan  bendungan sehingga banyak air yang dapat meresap masuk dalam  tanah. Selain itu, irigasi atau pengairan di lahan pertanian juga merupakan cara peresapan air tanah yang efektif dan menjadi keuntungan dalam bidang pertanian.

Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintahan kota Yogyakarta dengan masyarakat dimana pemerintah sebagai pemimpin dapat mengambil tindakan tegas dalam hal pembangunan. Diperlukan aturan -- aturan yang jelas dalam pembangnan rumah -- rumah atau hotel -- hotel dengan mempertimbangkan ketersediaan air tanah. Selain itu, pemerintah dapat melakukan sosialisai bagi masyarakat sehingga lebih menyadarkan pentingnya sumber air tanah. Sebagai masyarakat juga seharusnya sudah menyadari pentingnya air tanah bagi kehidupan. Strategi yang paling mudah yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan reboisasi kota dengan penanaman tanaman di pemukiman padat penduduk. Hal ini dapat menjadi langkah awal yang sederhana. Selain itu, pembuatan resapan buatan juga menjadi solusi yang dapat dilakukan di daerah perkotaan yang padat penduduk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun