Sedang tren di media sosial video -- video pendek berisi kalimat "Laki -- laki tidak bercerita, tiba -- tiba sudah memancing aja" atau "Laki -- laki tidak bercerita, tiba -- tiba di panggung aja" dan kalimat -- kalimat lain yang diawali dengan ungkapan laki -- laki tidak bercerita. Video -- video itu dikemas dengan humor untuk menghibur. Kita yang menonton dibuat cekikikan sambil mengamininya.
Tren laki -- laki tidak bercerita tentu tidak muncul begitu saja, tetapi lahir dari fenomena yang terjadi di masyarakat. Ada sebuah stigma bahwa laki -- laki tidak boleh bercerita. Hal ini karena adanya sistem patriarki. Sistem tersebut menuntut laki-laki untuk lebih kuat.
Sistem patriarki membuat banyak orang percaya bahwa bercerita identik dengan tindakan perempuan. Karenanya laki -- laki yang bercerita dianggap sebagai laki -- laki yang lemah yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, cengeng dan toxic. Laki -- laki yang bercerita akan mengurangi kelelakian atau kejantanannya.
Terhadap stigma ini kita seharusnya mengambil posisi seperti yang dilakukan oleh Paddy Pimblett, seorang petarung UFC. Ia dengan tegas mengatakan bahwa laki -- laki harus mulai bercerita atau bila perlu menangis.
"Dengar, jika kamu laki-laki, jika kamu memiliki beban di pundakmu, dan jika kamu merasa bahwa bunuh diri adalah cara satu-satunya untuk menyelesaikan masalah, saya mohon berbicaralah dengan seseorang. Bicaralah dengan siapapun. Aku lebih suka seseorang menangis di bahuku, daripada harus menghadiri pemakaman minggu depan."Katanya sebagaimana yang dikutip dari akun instagram @catatanenterpreneur.
Mengapa? Karena sangat konyol jika bercerita itu identik dengan perempuan dan menunjukkan kelemahan sebagai seorang laki - laki. Bercerita itu tidak mengurangi kejantanan seseorang melainkan menunjukkan keberanian. Lebih dari itu bercerita dapat membantu  seorang laki -- laki melepaskan beban emosional, mencari solusi, dan menjaga kesehatan mentalnya.
Laki -- laki yang tidak bercerita justru menunjukan kelemahannya melawan stigma dan cengkeraman budaya patriarki yang kuat. Karena dengan tidak bercerita, laki -- laki dipaksa untuk menangani persoalannya sendiri, dipaksa menunjukan kekuatannya yang palsu, dan berupaya memenuhi harapan masyarakat. Di sisi yang lain laki -- laki menjadi rapuh, kesehatan mentalnya terganggu dan bunuh diri menjadi satu -- satunya pilihan.
Mengutip data Estimasi Kesehatan Global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2021, dari 6.544 angka bunuh diri di semua usia di Indonesia, sebanyak 5.095 kasus terjadi pada laki-laki. Hal ini menunjukkan tingginya angka bunuh diri pada laki -- laki dibandingkan perempuan. Padahal menurut data yang sama ide bunuh diri lebih banyak muncul di benak perempuan daripada laki -- laki. Karena laki -- laki yang tidak bercerita ketika ide bunuh diri itu muncul biasanya langsung disertai dengan tindakan bunuh diri.
Laki -- laki mulailah bercerita. Karena bercerita menjaga kesehatan mentalmu dan membebaskan dirimu dari belenggu emosi. Bercerita juga membuatmu menemukan solusi. Kamu juga dapat mengekspresikan perasaanmu dengan aman, membangun kepercayaan dirimu dan mengembangkan keterampilan sosial yang sehat serta terhubung secara emosional dengan diri sendiri dan orang lain.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI