Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hidup di Dunia Mimpi

10 Februari 2022   14:17 Diperbarui: 10 Februari 2022   14:18 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

            Peristiwa ini telah terjadi 10 tahun yang lalu tapi masih segar di ingatanku. Aku tidak mengutuk, aku malah bersyukur karena dengan cara inilah Tuhan mengubah hidupku. Tuhan membongkar aku lalu memasang kembali aku sesuai yang Dia inginkan. Aku pun menerima dengan sepenuh hati sebab aku percaya bahwa bersama Tuhan aku akan diselamatkan. Kadang -- kadang jika aku melihat diriku yang sekarang dengan diriku sebelum peristiwa ini aku merasa jauh lebih baik, lebih fleksibel dalam pergaulan dan mampu menempatkan diri dalam segala situasi kemasyarakatan.

            Dahulu aku aku sangat kaku, pemalu, pendiam dan minderan. Aku bahkan tidak berani bergaul dengan teman sebaya perempuan sejak SD sampai SMA. Aku baru punya pacar pada saat duduk di bangku SMA kelas 3, itupun sebulan kemudian diputuskan dengan alasan KUPER (kurang pergaulan) dan kaku. Waktu itu aku berusaha untuk bisa bergaul dengan semua orang tapi ujung -- ujungnya aku selalu merasa rendah diri dan tidak dianggap. Padahal sejatinya semua orang bersikap baik dengan aku. Hanya saja aku terlanjur telah mendoktrinasi diriku sendiri dengan pikiran - pikiran negatif.

            Aku tidak bisa memungkiri bahwa karakter rendah diri yang aku miliki saat itu tidak lepas dari pengaruh kehidupan masa kecilku yang dibayang-bayangi oleh kemiskinan. Ayahku hanyalah seorang tukang kayu dengan penghasilan yang sangat rendah sedangkan ibuku cuma seorang ibu rumah tangga biasa.  Keadaan ini menempatkan aku dalam situasi sulit sehingga mau tidak mau aku pun turut mencari penghasilan tambahan untuk membantu orangtuaku. Tanpa sepengetahuan orangtua aku memulung kaleng aluminium, logam tembaga, besi tua, tulang hewan dan bahkan ojek gerobak di pasar sepulang sekolah sekedar untuk memenuhi kebutuhan sekolahku. Karena itu penampilanku di sekolah agak berbeda dengan teman -- temanku yang lain dan hampir tidak punya waktu bermain. Wajahku kelihatan kumal, rambut awut -- awutan, ingusan dan bau karena aku pun jarang mandi. Pakaianku banyak tambalnya dan tidak putih bersih melainkan berwarna agak kecoklatan karena penuh noda getah buah Jambu Mede yang kucuri dari kebun tetangga. Hal ini sangat mempengaruhi psikologiku dan membuat aku menarik diri dari pergaulan dengan teman -- temanku. Aku menjadi minder, malu dan kadang menghukum diriku sendiri.

            Karena merasa tidak diterima di dalam pergaulan setiap hari baik di rumah, di lingkungan masyarakat maupun sekolah, aku pun mulai berpikir untuk masuk biara sebab aku merasa bahwa hanya Tuhan yang bisa menerima aku apa adanya. Ternyata apa yang aku pikirkan dijawab oleh Tuhan. Suatu hari seorang Pastor asal Meksiko dari Kongregasi Scalabrinian bernama P. Ignatio Rodrigues, Cs mengunjungi sekolahku. Dengan gayanya yang khas dan penuh jenaka serta ajakannya yang seolah penuh sihir aku akhirnya tertarik memilih biara ini untuk mewujudkan keinginanku saat itu. Pada saat ujian masuk, tanpa disangka -- sangka aku mendapat nilai tertinggi dan hasil test IQ-- ku sempurna serta mendapat predikat genius oleh sang Pater. Aku sangat bahagia. Aku mulai yakin bahwa aku akan menjadi seorang imam suatu hari nanti.

            Pada tahun 2006 aku resmi diterima sebagai salah satu calon imam di biara Scalabrinian Ruteng, di Manggarai. Setelah sebulan di biara ini bukannya aku merasa lebih baik tapi malah suasana batinku bergejolak. Aku yang pendiam berubah menjadi pemberontak karena gaya hidupku yang lama tidak sama dengan tuntutan biara. Aku harus hidup sesuai aturan yang baku, aku harus bisa berbicara di depan orang banyak, aku harus bisa menari, aku harus bisa memimpin teman -- teman dan aku tidak boleh menyendiri kecuali pada saat tenang. Aku sulit menerima ini dan selalu memberontak dengan kemalasan, kemarahan dan acuh tak acuh. Akibatnya aku sering dibina oleh para formatur secara khusus.


            Di lain pihak aku mendapat perhatian berbeda dari orang -- orang di sekitar biara. Mereka memberi perhatian lebih kepadaku. Aku mendapat banyak teman dan akhirnya berpacaran dengan seorang gadis cantik asal kota Ruteng. Padahal saat itu masih dalam proses pembinaan di dalam biara. Pemberontakan dalam biara pun bertambah, aku sampai bingung harus melanjutkan untuk hidup di dalam biara atau keluar. Aku masuk di dalam kapel menangis di sana. Seorang formatur ternyata melihatku. Ia mendekatiku diam -- diam sambil memberi Alkitab. Ia memintaku untuk membaca Kitab Yesus Bin Sirakh 2: 1 -18. Membaca naas kitab ini tangisku makin hebat. Aku pun akhirnya memilih tetap bertahan dalam biara. 

            Pada tahun kedua kami memulai pendidikan di biara Scalabrinian Maumere, di Sikka. Di sini pemberontakan yang sudah redup, mulai bangkit kembali. Tapi lebih sering jadi pemarah, dan pemalas. Aku sering telat bangun tidur. Aku juga sering tidak mandi saat misa. Sering mengantuk saat berdoa dan kalau ditegur sering malas tahu. Melihat sikapku yang demikian formatur baru akhirnya secara sepihak mengeluarkan aku dari biara. Aku bingung, mau bahagia atau sedih. Karena di satu sisi aku ingin bebas tapi di sini lain aku masih ingin dibina di dalam biara. Dengan berat hati aku menerima keputusan tersebut. Ternyata keputusan ini membuat aku stres berkepanjangan sampai akhirnya aku jatuh sakit dan sakit ini menghantarku ke dalam dunia mimpi di mana Tuhan dengan campur tangannya sendiri membongkar dan memasang kembali aku sesuai yang Dia inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun