Di era digital saat ini, penyimpanan data dalam skala besar menjadi kebutuhan vital bagi berbagai sektor, mulai dari perusahaan multinasional, lembaga pemerintahan, hingga institusi pendidikan. Salah satu teknologi yang paling banyak digunakan untuk memastikan ketersediaan, kecepatan, dan redundansi data adalah RAID (Redundant Array of Independent/Inexpensive Disks).
Namun, meskipun RAID dirancang untuk meningkatkan reliabilitas, kenyataannya sistem ini tetap tidak kebal dari kerusakan. Ketika terjadi kegagalan, proses data recovery RAID bisa menjadi salah satu tantangan terbesar bagi teknisi IT. Inilah yang menjadi pokok pembahasan dalam sebuah webinar dari ACE Lab, penyedia solusi data recovery kelas dunia, yang berjudul RAID Data Recovery Tips.
Dalam webinar tersebut, teknisi ACE Lab membagikan tips dan strategi tingkat lanjut untuk menangani kasus pemulihan data dari RAID, khususnya untuk para teknisi dengan level intermediate hingga advanced. Artikel ini akan mengulas secara mendalam poin-poin penting dari materi webinar tersebut, serta memberikan konteks mengapa pengetahuan ini sangat relevan di dunia teknologi saat ini.
Mengenal Kembali Konsep Dasar RAID
Sebelum masuk ke teknik recovery, penting untuk mengingat kembali konsep dasar RAID. RAID adalah metode menggabungkan beberapa hard disk drive (HDD) atau solid state drive (SSD) menjadi satu kesatuan logis untuk meningkatkan performa atau memberikan toleransi kesalahan (fault tolerance).
Beberapa level RAID yang umum digunakan antara lain:
RAID 0: Menggunakan striping untuk meningkatkan kecepatan, tetapi tanpa redundansi. Jika satu disk rusak, seluruh data hilang.
RAID 1: Mirroring, yaitu menyalin data ke dua disk secara identik untuk redundansi penuh.
RAID 5: Menggunakan striping dengan parity terdistribusi, memungkinkan toleransi terhadap kerusakan satu disk.
RAID 6: Sama dengan RAID 5, tetapi mampu menahan kerusakan hingga dua disk.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!