Mohon tunggu...
Recovery Data Indonesia
Recovery Data Indonesia Mohon Tunggu... Tech Enthusiast

Kami dari Recovery Data Indonesia (RDI) 085212346601 Akun edukatif yang membahas seputar kerusakan media penyimpanan, teknik pemulihan data, dan fakta-fakta penting di balik kegagalan perangkat digital. Kami hadir untuk mengedukasi publik agar lebih bijak menghadapi kehilangan data, tanpa tertipu mitos atau langkah keliru yang justru memperparah kerusakan. Ikuti kami untuk insight teknis, tips pencegahan, dan pembahasan kasus nyata seputar data recovery dari sudut pandang profesional. "Jasa Recovery Data No. 1 di Indonesia" Dibina Langsung Oleh Amin Yahya Ze Tim Alumni ITB Beralamat di Jalan Cigadung Raya Timur No. 56, Cigadung, Kec. Cibeuying Kaler, Kota Bandung, Jawa Barat 40191

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

SSD Rusak, Apakah Data Masih Bisa Diselamatkan? Begini Penjelasannya

21 Agustus 2025   03:59 Diperbarui: 20 Agustus 2025   11:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda membuka laptop, lalu mendapati sistem tidak bisa booting karena SSD tidak terbaca? Atau lebih parah lagi, semua file kerja, foto, hingga dokumen penting tiba-tiba lenyap begitu saja? Situasi seperti ini bukan hanya bikin frustasi, tapi juga bisa berdampak besar bagi pekerjaan, bisnis, bahkan kehidupan pribadi.

SSD (Solid State Drive) memang dikenal lebih cepat dan tahan benturan dibandingkan harddisk (HDD). Namun, banyak orang salah kaprah mengira bahwa SSD nyaris tidak bisa rusak. Faktanya, meski lebih modern, SSD tetap punya masa pakai terbatas dan risiko kerusakan yang unik.

SSD bekerja dengan menyimpan data pada chip memori NAND Flash. Tidak ada komponen mekanis seperti piringan berputar atau head baca tulis yang rapuh seperti pada HDD. Itulah mengapa SSD bisa lebih cepat, hemat daya, dan tahan guncangan.

Namun, keunggulan ini datang dengan keterbatasan. NAND Flash memiliki siklus tulis-baca (program/erase cycle) terbatas. Artinya, semakin sering SSD dipakai menulis dan menghapus data, semakin dekat pula usia pakainya menuju akhir.

Produsen biasanya menyebutkan parameter TBW (Terabytes Written) sebagai acuan daya tahan SSD. Jika SSD dengan TBW 300 TB sudah dipakai menulis data mendekati angka tersebut, performa dan keandalannya akan menurun drastis.

Penyebab Umum SSD Rusak

Kerusakan SSD bisa terjadi karena berbagai faktor, di antaranya:

  1. Umur Sel NAND Flash
    Setiap chip NAND punya siklus terbatas. Saat melewati batas, sel memori tidak lagi mampu menyimpan data dengan baik.

  2. Kerusakan Firmware atau Kontroler
    SSD memiliki kontroler yang mengatur semua proses tulis-baca. Jika bagian ini rusak atau firmware-nya error, seluruh SSD bisa tidak terdeteksi.

  3. Tegangan Listrik Tidak Stabil
    Lonjakan listrik dari adaptor atau power supply bisa merusak sirkuit SSD, terutama bagian kontroler yang sangat sensitif.

  4. Suhu Panas Berlebih (Overheating)
    Laptop yang sering panas bisa mempercepat kerusakan chip NAND maupun kontroler SSD.

  5. Penggunaan Tidak Tepat
    Misalnya sering mencabut paksa SSD eksternal tanpa "safely remove", atau memaksa menulis data terus-menerus tanpa jeda pendinginan.

Tanda-Tanda SSD Mulai Bermasalah

Sebagai pengguna, kita perlu peka pada gejala berikut:

  • Kinerja menurun drastis meski kapasitas belum penuh.

  • File corrupt atau hilang tiba-tiba.

  • Laptop freeze/hang secara acak.

  • SSD tidak terbaca di BIOS atau hanya muncul sesekali.

  • Blue Screen of Death (BSOD) muncul berulang tanpa sebab jelas.

Jika tanda-tanda ini terjadi, segera lakukan backup data. Jangan menunggu sampai SSD benar-benar mati total.

Bisakah Data dari SSD yang Rusak Diselamatkan?

Inilah pertanyaan utama yang sering muncul. Jawabannya: tergantung kondisi kerusakan.

  1. Kerusakan Ringan (Logical Error)
    Jika hanya error sistem file, partisi hilang, atau ada bad block, software recovery bisa membantu menyalin data yang masih utuh.

  2. Kerusakan Firmware/Kontroler
    Jika kontroler SSD error, recovery lebih rumit. Teknisi bisa mencoba perbaikan firmware atau bypass kontroler untuk membaca langsung chip NAND.

  3. Kerusakan Fisik pada NAND Flash
    Dalam kasus ini, metode chip-off recovery digunakan. Chip NAND dilepas dari papan SSD, lalu dibaca dengan alat khusus. Proses ini membutuhkan keahlian tinggi dan biaya tidak murah, tapi peluang menyelamatkan data tetap ada.

Apa yang Harus Dilakukan Pengguna?

Ketika SSD mulai bermasalah, jangan panik. Lakukan langkah berikut:

  • Jangan menulis data baru ke SSD, karena bisa menimpa file lama yang masih bisa dipulihkan.

  • Hindari format ulang berulang kali. Banyak orang keliru mencoba install ulang Windows berkali-kali, justru memperparah kerusakan.

  • Gunakan software recovery hanya untuk error ringan. Misalnya Recuva, R-Studio, atau EaseUS. Tapi jika SSD tidak terdeteksi, hentikan percobaan.

  • Jika data sangat penting, serahkan pada profesional. Jasa recovery data memiliki alat khusus yang tidak tersedia untuk pengguna biasa.

Pencegahan Lebih Baik daripada Perbaikan

Karena proses recovery SSD bisa mahal dan rumit, langkah terbaik adalah pencegahan.

  1. Backup Rutin
    Gunakan HDD eksternal atau layanan cloud seperti Google Drive, OneDrive, atau Dropbox. Terapkan aturan 3-2-1 backup: 3 salinan data, 2 media berbeda, 1 cadangan di lokasi berbeda.

  2. Hindari Panas Berlebih
    Pastikan laptop/PC punya sistem pendingin yang baik. Tambahkan cooling pad jika sering bekerja berat.

  3. Gunakan Listrik Stabil
    Pakai UPS atau stabilizer untuk PC. Untuk laptop, gunakan adaptor original.

  4. Monitor Kesehatan SSD
    Gunakan software seperti CrystalDiskInfo atau aplikasi bawaan pabrikan (Samsung Magician, Crucial Storage Executive, dll.) untuk memantau kondisi SSD.

  5. Hindari Menyimpan Data Penting di Satu Media
    Jangan bergantung sepenuhnya pada SSD. Bagi data penting ke media penyimpanan lain.

SSD memang menawarkan performa luar biasa, tapi bukan berarti bebas risiko. Jika rusak, recovery data tetap mungkin dilakukan, meski lebih rumit dan mahal dibanding HDD. Oleh karena itu, kunci utama adalah kesadaran untuk rutin backup.

Ingat, data adalah aset berharga. Foto keluarga, dokumen pekerjaan, hingga skripsi yang dikerjakan berbulan-bulan, nilainya jauh lebih tinggi daripada harga sebuah SSD baru. Jangan menunggu sampai kehilangan untuk sadar pentingnya menjaga data.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun