Pernahkah Anda membuka laptop, lalu mendapati sistem tidak bisa booting karena SSD tidak terbaca? Atau lebih parah lagi, semua file kerja, foto, hingga dokumen penting tiba-tiba lenyap begitu saja? Situasi seperti ini bukan hanya bikin frustasi, tapi juga bisa berdampak besar bagi pekerjaan, bisnis, bahkan kehidupan pribadi.
SSD (Solid State Drive) memang dikenal lebih cepat dan tahan benturan dibandingkan harddisk (HDD). Namun, banyak orang salah kaprah mengira bahwa SSD nyaris tidak bisa rusak. Faktanya, meski lebih modern, SSD tetap punya masa pakai terbatas dan risiko kerusakan yang unik.
SSD bekerja dengan menyimpan data pada chip memori NAND Flash. Tidak ada komponen mekanis seperti piringan berputar atau head baca tulis yang rapuh seperti pada HDD. Itulah mengapa SSD bisa lebih cepat, hemat daya, dan tahan guncangan.
Namun, keunggulan ini datang dengan keterbatasan. NAND Flash memiliki siklus tulis-baca (program/erase cycle) terbatas. Artinya, semakin sering SSD dipakai menulis dan menghapus data, semakin dekat pula usia pakainya menuju akhir.
Produsen biasanya menyebutkan parameter TBW (Terabytes Written) sebagai acuan daya tahan SSD. Jika SSD dengan TBW 300 TB sudah dipakai menulis data mendekati angka tersebut, performa dan keandalannya akan menurun drastis.
Penyebab Umum SSD Rusak
Kerusakan SSD bisa terjadi karena berbagai faktor, di antaranya:
Umur Sel NAND Flash
Setiap chip NAND punya siklus terbatas. Saat melewati batas, sel memori tidak lagi mampu menyimpan data dengan baik.Kerusakan Firmware atau Kontroler
SSD memiliki kontroler yang mengatur semua proses tulis-baca. Jika bagian ini rusak atau firmware-nya error, seluruh SSD bisa tidak terdeteksi.Tegangan Listrik Tidak Stabil
Lonjakan listrik dari adaptor atau power supply bisa merusak sirkuit SSD, terutama bagian kontroler yang sangat sensitif.Suhu Panas Berlebih (Overheating)
Laptop yang sering panas bisa mempercepat kerusakan chip NAND maupun kontroler SSD.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!