"Midas... dia tidak pernah datang langsung ke transaksi," ujar kurir itu dengan suara gemetar. "Dia selalu berkomunikasi melalui perantara. Tapi... aku tahu tempat persembunyiannya."
Informasi dari kurir itu mengarah pada sebuah vila mewah di kawasan elit. Elang dan timnya segera bergerak menuju lokasi tersebut. Dengan hati-hati, mereka melakukan penggerebekan. Di dalam vila, mereka menemukan sebuah bengkel rahasia yang dilengkapi dengan peralatan canggih untuk memalsukan emas. Dan di ruang kerja yang mewah, duduk seorang pria paruh baya dengan tatapan dingin dan arogan. Dialah Midas.
Saat Elang membuka borgol dan membacakan hak-haknya, Midas hanya tersenyum sinis. "Kalian tidak akan bisa membuktikan apa pun," ujarnya dengan nada meremehkan.
Namun, Elang telah mengumpulkan bukti yang kuat. Batangan emas palsu dengan sidik jari Midas, catatan transaksi ilegal, dan keterangan dari para pelaku yang tertangkap sudah cukup untuk menjeratnya.
Di kantor polisi, kilau palsu emas Midas tidak lagi memukau. Kedoknya sebagai pengusaha sukses yang disegani runtuh seketika. Elang, dengan penyamarannya yang sempurna, berhasil membongkar jaringan kejahatan yang merugikan banyak orang.
Malam itu, Elang kembali ke rumah dengan rasa lega. Penyamarannya memang melelahkan dan penuh risiko, namun keberhasilannya mengungkap kebenaran dan menangkap para pelaku memberikan kepuasan tersendiri. Di balik penampilan seorang pedagang pasar gelap, tetaplah seorang intelijen polisi yang berdedikasi tinggi dalam memberantas kejahatan, betapa pun licin dan berkilaunya kedok mereka.
Ready Brahmana Yudha
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI