Produsen dan konsumen adalah dua agen terpenting dalam perekonomian. Produsen adalah pelaku ekonomi yang memberikan nilai tambah terhadap barang/jasa. Dari input menuju output. Sementara, konsumen adalah pelaku ekonomi yang menghabiskan nilai output tersebut. Sebagai balas jasa, konsumen membayar produsen atas output yang dikonsumsi
Untuk memproduksi output, produsen membutuhkan input berupa faktor produksi alam, manusia, modal, dan skill dari konsumen. Produsen memberikan balas jasa berupa sewa (alam), gaji (manusia), bunga (modal), dan keuntungan (skill). "Elu jual, gua beli," adalah ungkapan yang tepat terhadap interaksi produsen dan konsumen di pasar output dan input.
Tanpa interaksi dua sektor ini, produsen dan konsumen tidak akan bisa membayar pajak kepada pemerintah dan berinteraksi dengan masyarakat luar negeri dalam bidang perekonomian. Akhirnya, interaksi ini digambarkan dalam circular flow diagram empat sektor.
Apa itu produktivisme? Istilah ini adalah sebuah doktrin yang menyatakan bahwa meningkatkan produksi adalah tujuan utama dari kegiatan sosial-ekonomi (en.oxforddictionaries.com, 2018). Doktrin ini percaya bahwa semakin tinggi tingkat produksi dalam suatu masyarakat, semakin makmur masyarakat tersebut.
Apa itu konsumerisme? Konsumerisme adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa mendorong konsumsi adalah hal yang bagus bagi perekonomian (merriam-webster.com, 2018). Selain itu, istilah ini juga menggambarkan adanya kecenderungan penduduk untuk membeli barang konsumsi. Membludaknya jumlah orang yang berbelanja di pusat perbelanjaan saat big sale adalah contoh dari konsumerisme.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa konsumerisme berada di sisi permintaan (demand-side), sementara produktivisme berada di sisi penawaran (supply side). Idealnya, tingkat konsumerisme dan produktivisme dalam suatu negara harus seimbang. Tujuannya adalah supaya negara tersebut tidak memiliki pijakan ekonomi yang pincang atau berat sebelah.
Perekonomian yang hanya bergantung pada konsumerisme pasti tidak stabil. Namun, perekonomian yang hanya bergantung pada produktivisme juga tidak baik.
Bagaimana dengan Indonesia? Menurut hemat penulis, konsumerisme masih mendominasi perekonomian kita. Dalam istilah lain, perekonomian kita berat sebelah menuju konsumerisme. Sementara, produktivisme masih kurang berakar dalam perekonomian Indonesia, meskipun pemerintah sudah melakukan berbagai upaya pembangunan untuk meningkatkan unsur ini.
Berakarnya konsumerisme dalam perekonomian Indonesia dibuktikan dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat untuk berbelanja online dan meminjam uang secara online. Lebih parah lagi, kecenderungan konsumerisme ini tidak diiringi pembelajaran risiko pinjaman yang cukup (Kasali dalam Prabowo, 2018).
Fenomena ini sama saja dengan memetik buah durian, tanpa mengerti teknik memanjat pohon durian dan cara memegang buah durian yang berduri tajam.