Pagi masih sangat terlalu, udara terasa tipis dan dingin, selapis kabut mengambang di atas hamparan rerumputan. Â Anehnya hatinya terasa hangat, serasa langit di jam sepuluh siang.
Jalan kakinya terhenti di titik sudut jalan yang masih sepi. Â Menjemput janji.
Langkah yang riang itu tak lama datang, samping halte pinggir jalan. Â Turun dari bus yang ditunggunya entah berapa lama.
Mata yang membulat dan untaian kisah yang tak henti-henti mengalir dan bersambut begitu saja. Â Seakan tak pernah ada jeda waktu sebelumnya. Â Bercerita mengejar waktu-waktu yang lewat, sambil sesekali menyerapahi pemerintah yang kadang tak jelas.
Arunika terus saja semangat berbagi kata dengan Taksa yang hanya senyum memandanginya.
"Aku tak bisa memberimu apa-apa, tak apakah?" Â Tiba-tiba saja interupsi itu ada.
"Eh?"
"Tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu ada.."
Arunika menunggu..
".. dan tak kemana-mana.."
Hening sejenak.
".. kecuali.."
".ya?"Â
" berusaha kemana kamu ada.."
"Kamu ini kenapa Ksa?" Â Arunika yang tersenyum sambil merasakan hangat dari genggaman tangan yang menyatu.
Yang ditanya hanya balas tersenyum.
"Hari ini milikmu, sehat selalu kamu, ya"
Arunika mengangguk saja. Â Wajahnya menghangat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI