Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usaha-Usaha yang Tergerus Zaman dan Teknologi

29 Februari 2024   10:42 Diperbarui: 29 Februari 2024   10:50 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar:voaindonesia.com

Kemarin pas pulang kantor, saat melewati daerah pasar lama yang sebagian besar telah direlokasi, tersadarkan akan beberapa usaha yang dulunya ada dan ramai dengan pelanggan, sekarang sudah tidak ada lagi.  

Tampaknya tak cuma di kota kecil ini,di tempat lainpun sepertinya ada beberapa usaha yang sama, yang sudah sekarat atau malah tenggelam, terkalahkan oleh lajunya zaman dan teknologi.

Ada beberapa yang sempat terpikirkan dan terbersit di pikiran, seperti:

1.  Rental Video

Usaha ini dulu sempat ramai di tahun 90-an.  Saya teringat ada rental kaset video ini di dekat pintu masuk pasar.  Dulu kaset video jenis betamax yang biasa disewakan.  Sementara video player termasuk langka, tak semua orang punya karena harganya yang cukup mahal pula. 


Di awal tahun 2000-an, rental video perlahan hilang, berganti dengan rental VCD.  Video compact disc adalah teknologi yang lebih maju yang lebih ringkas, ringan dan murah.  VCD player pun harganya terjangkau, rasanya nyaris setiap rumah memilikinya.  Seiring menjamurnya vcd bajakan yang murah dan ada dimana-mana.  Walaupun demikian rental vcd original tetap banyak pelanggan setianya karena kualitas gambar dan suaranya pun terjamin bagus.

sumber gambar: quora.com
sumber gambar: quora.com

Rental video dan vcd ini pun akhirnya lenyap seiring semakin bagusnya jaringan internet dan semakin canggihnya gadget.  Orang lebih memilih menonton hiburan atau apapun dari gadget atau telepon pintar.  Apalagi tarif internet semakin terjangkau pula.  Ditambah banyak pilihan dan kebanyakan gratis pula.  Selain lebih praktis dan mobile.

2. Cuci Cetak Foto

Walaupun jenis usaha ini masih ada, tapi tak lagi sebanyak dulu.  Fotografi adalah hal yang berat dan cukup merepotkan sebelum beberapa belas tahun terakhir.  Foto harus pake gulungan klise/negatif film.  Setelah selesai fot0-foto pun harus dicuci cetak untuk melihat hasilnya.  Itu pun harus menunggu beberapa waktu.

Di kota ini dulu rasanya ada sekitar sepuluh toko yang menyediakan jasa cuci cetak foto.  Kemarin pas lewat, jasa cuci cetak foto yang di dekat pasar sudah tidak ada lagi. Tinggal tersisa dua yang ada di pinggir jalan raya.  Itupun tak selengkap dulu lagi. Walau masih ada saja yang suka bikin pasfoto dan cuci cetak untuk keperluan administrasi.

Malahan dulu pernah ada yang menyediakan jasa cetak foto kilat di kios kecil di pinggir jalan.  Pernah dulu menggunakan jasanya saat mencetak pasfoto saat mau mendaftar kuliah.   Sepertinya hal yang dulu pun sudah jarang ada sekarang sudah tiada.

sumber gambar: wartaniaga.com
sumber gambar: wartaniaga.com

Sekarang sih, seirin perkembangan zaman.   Foto sudah bisa dilihat langsungdi gadget.  Tak perlu dicetak pun tak mengapa.  Karena file tersimpan di memori atau di cloud. Untuk administrasi pun seringkali cukup melampirkan file secara online.  Edit foto pun bisa pakai perangkat lunak.  Serba mudah dan tak serepot dulu lagi.  Walau imbasnya ada usaha yang harus tutup atau mencoba bertahan dengan pelanggan yang tampaknya tak lagi sebanyak dulu.

 
3. Toko Kaset

Seiring tamatnya kaset sebagai sumber musik, berevolusi menjadi compact disc sebelum akhirnya punah juga tergeser dengan file mp.3 dan sejenisnya.  Ditambah dengan munculnya aplikasi streaming seperti youtube yang bisa memutar musik tak terbatas waktu dan jumlah.  Habislah sudah usaha jualan kaset.

Input sumber gambar: nuranwibisono.net
Input sumber gambar: nuranwibisono.net

Dulu ada toko kaset yang biasa disambangi di jejeran toko dekat parkiran.  Melihat-lihat sampul kaset dan lagu yang baru terbit.  Memutarnya pun harus sabar, menggunakan tape recorder, dengan keterbatasan lagu yang cuma sekitar 12 judul per kasetnya.  Sekaang lagi-lagi tinggal buka gadget,  mau memutar lagu apapun dan kapanpun bisa.  Tak perlu memencet tombol rewind atau ff sampai mengira-ngira batas lagu yang diinginkan.

4. Kios Majalah

Walaupun koran dan majalah masih eksis. Tapi toh kios majalah langganan saya di dekat gerbang barat pasar lama ternyata sudah tutup total.  Dulu biasa beli koran (utamanya hari minggu yang penuh hiburan), tabloid yang menarik, atau sebulan sekali menanti majalah kecil bernama intisari terbit.

Sekarang berita lebih update dilihat dan dibaca lewat internet.  Teramat update malahan.  Berita bisa tersebar dalam hitungan detik.  Lewat jalur media maupun sosial media.   Koran dan majalah cuma sebagai pelengkap saja rasanya sekarang.  Terakhir melihat majalah cetak malah tipis sekali adanya.  

Beberapa koran dan majalah cetak malah tak lagi hadir.  Beralih ke versi online yang sepertinya lebih gampang dan menguntungkan.  Apa boleh buat.  Kesenangan melihat-lihat kios majalah pun tinggal kenangan.

5. Rental Komputer

Komputer selain ukurannya besar dan harganya mahal, tentu saja adalah hal mewah bagi mahasiswa.  Di masa kuliah sebelum masa reformasi.  Usaha yang merebak di sekitar kampus adalah rental komputer.  Membantu sekali bagi mahasiswa kere yang tak punya fasilitas komputer untuk mengetik tugas.

Tarifnya per jam di luar jasa pencetakan.   Rental komputer dulu seperti rumah ketiga saja bagi mahasiswa selain rumah dan kos-kosan.  Keuntungannya bisa mengerjakan tugas tak sendirian, dan kalau ada masalah bisa minta bantuan sama operator rental.

Tapi harga komputer yang akhirnya berevolusi jadi laptop semakin terjangkau.  Rental komputer pun menjadi memori masa lampau.

6. Wartel

Itu adalah singkatan untuk warung telekomunikasi.  Jauh sebelum tarif pulsa menjadi murah dan telepon genggam hadir di awal milenium, wartel adalah solusi untuk menelepon keluarga, kerabat atau kekasih nun jauh di sana.

Tarifnya per detik.  Itu pun kebanyakan untuk interlokal.  Tarif menelpon keluar daerah adalah mahal.  Makanya seringkali interlokal dilakukan dijam-jam tertentu biar ada diskon tarif.  Lebih-lebih monopoli telkom sebagai penyedia sarana telekomunikasi menjadikan wartel bertebaran dimana-mana.

sumber gambar:tvonenews.com
sumber gambar:tvonenews.com

Menelpon biasanya di KBU (kamar bicara umum), sembari kebat kebit melihat tagihan telepon yang terus bertambah seiring detik yang berlalu.  Detik pun terus berlalu hingga wartel pun tak lagi ada, dikalahkan oleh telepon genggam yang jauh lebih murah dan praktis.  Menelpon sekarang bahkan tak pulsa, hanya bermodalkan kuota.  Percakapan pun tak lagi monoton berupa suara.

7. Sewa Komik

Dulu sering menyewa komik atau serial legendaris Kho Ping Ho, untuk dibaca di kos.  Adanya di Gang Purnama dekat simpang empat.  Entah kapan persewaan komik tinggal nama.  Selama di Jogja malahan mau-maunya menyewa komik atau novel sampai ke daerah Candi Gebang.  Sewaktu di Surabaya, malah sering nongkrong di kios penyewaan punya kawan di mulut gang Dharmawangsa.

sumber gambar: hipwee.com
sumber gambar: hipwee.com

Menyewa adalah solusi murah demi hiburan membaca. Sekarang sepertinya kesenangan membaca pun terkalahkan dengan kegiatan mengamati sosial media.  Ketiga tempat penyewaan komik di tiga kota yang berbeda itu pun sepertinya sekarang tinggal sejarah belaka.

8. Servis Mesin Tik

Ini jasa usaha yang termasuk unik dan langka namun pernah ada.  Sekarang yang namanya mesin tik pun entah masih ada atau tidak di perkantoran.  Sepertinya sudah tak ada lagi yang menggunakannya.  Dulu pernah ada yang menawarkan jasa ini sewaktu kantor sebagian kegiatan masih menggunakan mesin tik.

Input sumber gambar: kumparan.com
Input sumber gambar: kumparan.com

Sekarang, hasil ketikan pun tergantikan hasil print/cetakan.  Mesin tik pun sudah tak jelas rimbanya, entah apakabar mamang yang punya jasa servis mesin tik itu sekarang.

Perkembangan zaman dan teknologi yang relatif cepat, mau tidak mau membuat manusia lebih kreatif dan inovatif dalam transformasi usaha.  Mau tak mau semua akan berubah dan diversifikasi usaha pun harus dilakukan demi bertahan hidup.

Walau bagaimanapun jasa usaha-usaha yang pernah ada di atas, tak akan pernah bisa terlupa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun