Mohon tunggu...
Dian Alifirdaus
Dian Alifirdaus Mohon Tunggu... Petani - Penulis Pembaca dan Pendengar

Tidak semua yang mengkilap itu emas atau berlian.Tak penting bagaimana bangkainya, namun lihatlah! Apakah ada yang istimewah dalam hatinya💕 Instagram @dian_alifirdaus 💕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Prahara Gadis Malam

28 Januari 2020   16:21 Diperbarui: 28 Januari 2020   22:32 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit semakin gelap dan pekat, dewi malam bersembunyi dibalik awan yang hitam. Dan sesekali lolongan anjing mengusik ke sunyian. Ruang persegi ada ranjang dan bantal guling bergelatakan seperti menyuruhku untuk tidur, namun mata ini engan terpejam, menatap dari bilik dari jendela ke latar belakang yang gelap. Rasa lelah hati batin berkecamuk di sanubariku, rasa ingin teriak menyeruak dari dasar nuraniku ingin mengutuk lelaki yang baru saja memperdayaiku, dengan meng-imingiku menawari pekerjaan ke kota. Anto lelaki yang membius kedua orang tuaku dengan kata perkata kamuflasenya, dia menjanjikan kepadaku bahwa aku bisa belekerja di sebuah perusahaan sebagai tenaga admnistrasi. Butiran kristal bening mengalir dari pipihku, itu adalah air mata keperihan yang ku rasakan saat ini dan seterusnya. Haruskah orang tuaku tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku,  jika mereka tahu pastilah mereka akan hancur sehancurnya. Dinding bisu menjadi saksi curahan hatiku yang tak sempat terucap lewat lisan. Dingin malam tak membuatku bergerak dari lamunanku.
Aku bahkan benci mengingat Anto pria yang sudah beristri itu telah menikmati tubuhku, aku masih ingat saat dia mengajakku pergi ke kota hinga tiba saat magrib, ku pikir aku akan di sebuah tempat yang dia janjikan. Tapi dia mengajakku ke salah satu tempat yang banyak gadis seumuranku.

Membayangkan saja sudah ngeri, begitu banyak gadis-gadis berpakain minim memakai rok sepaha, alunan musik layaknya bak konser . Gesekan kulit antara laki-laki dan perempuan di tempat ini sudah tidak canggung, bahkan gadis di situ tersenyum manja mengoda bagaikan madu yang memanggil semut, laki-laki mana yang tak terbakar birahinya jika memasuki tempat ini, sebelum terlambat seharusnya laki-laki yang telat nakal bisa mengunjungi tempat ini, bahkan laki-laki yang datang ke sana bebas bisa memilih gadis mana yang mau mereka tiduri. Meskipun gadis di sana tergolong belia dan ranum api permainan mereka bisa mengalahkan laki-laki yang gampang turn-on, di sana mau durasi berapapun kau akan di layani oleh gadis yang kau pilih dengan catatan semakin lama durasi yang kau sewa bayaranya semakin mahal. Bagi laki-laki yang berkantong tipis jangan mimpi bisa ke sini, ini khusus buat mereka yang tajir dan banyak duit, namun sebanyak apapun duit yang kamu miliki jangan pernah datang ke tempat ini, tempat ini menjauhkan kesetiaanmu pada istrimu di rumah.

" Cantik putih dan manis, " puji perempuan seperti tante-tante girang.
" Dia kembang desa mami,"  Ujar Mas Anto.

Aku masih terbayang saat mas Anto , memberiku minuman dan bilang itu air mineral. Rasanya memang tawar, dan bangsat sesuatu apa yang dia masukan ke dalam minumanku, kepalaku pusing badanku merasa seperti melayang. Tubuh mungil ini akhirnya lunglai, saat tak berdaya seperti itu mas Anto mengendongku ke sebuah ruangan berbentuk kamar dan ia dia meletakkan tubuhku di atas ranjang itu.

Dan saat aku terjaga di pagi hari dan berselimukan selimut, ku rasakan yang menutup badanku cuma selimut hangat . Kemana pakainku. Dan di sampingku ada lelaki dewasa yang tak lain ada mas Anto. Keparat teriakku padanya yang masih terlelap. Baru ku sadari ternyata dia telah menikmati tubuhku dia telah merenggut kesucianku. Aku menangis seduh sedan rasa tidak percaya. Dan lelaki bangsat ini masih sempatnya memelukku dan minta maaf, dia bilang sejak melihat ku pertama kali sudah tak tahan dengan kemolekkan tubuhku, benar-benar alasan tolol seharusnya jika ia tidak tahan dengan kemolekan tubuhku yang harus ia jamahi adalah  istrinya bukan aku, mengapa harus aku. Andai saja aku punya ilmu bela diri mungkin sudah aku hajar dia sampai babak belur. Apalah ini cuma bisa menangis meratapi semua yang terjadi susah susah aku menjaga diri ini, dengan tanpa perasaan kasihan ia nodai lahirku. Kenapa aku dipertemukan dengan kejadian seperti ini, rasanya langit beserta bebanya menimpah kepalaku. Oh Tuhan kuat kan aku. Benar dalam hidup ini jangan percaya seratus persen dengan orang yang baru dikenal dengan niat mau membantu, seperti mas Anto ini.

" Anjing kamu mas, biadab jauh-jauh aku dari desa meninggalkan ke dua orang tuaku demi sebuah pekerjaan, tapi yang ku dapatkan ini, " isakku yang memaki.

" Kau tahu aku membawahmu ke kota ini bukan dengan tangan kosong, sewaktu aku membawahmu kesini, aku telah memberi kepada orang tuamu senilai lima juta," balasnya sengit.

" uang lima juta itu tidak setara dengan harga diriku, dan kamu licik," umpatku.
" Harusnya kamu berterima kasih sama aku , dengan uang lima juta itu orang tuamu sudah terselamatkan dari penjara, apa kamu tidak tau orang tuamu terlilit hutang untuk kebutuhan hidup kalian, sudahlah meskipun kau semalam mabuk kau juga menikmati kan ", sengit mas Anto.

Akhirnya aku merebahkan  tubuhku di ranjang minimalis di kost-anku. Aku ngeri membayangkan kejadian yang menimpaku, rasanya ingin ku putar waktu dan mengulang supaya semua ini tidak terjadi. Mataku terpejam dan tertidur melanglang buana kealam mimpi.

******
Aku terlanjur frustasi di kota ini,  aku mulai berteman dengan gadis ibu kota, mereka cantik-cantik. Memiliki betis jenjang yang putih dan bening, memakai produk smartphone kelas menengah dan atas.  Bibir merah dan mata tajam seperti mata orang bule karena memakai lensa kontak, dan aku punya teman namanya Clara dia berasal dari medan sungguh cantik dia juga baik, yang tidak baik hanya nasib kehidupanya karena di Medan sana kehidupanya sangat miskin dan berkubang kemelaratan, dia bilang lelah dengan kondisi tersebut hampir setiap hari orang tuanya memarahinya karena menambah beban ekonomi. Tentu saja Clara sangat sedih, dia bilang kalau diberi kesempatan ia lebih memilih tidak untuk dilahirkan dari orang tua yang miskin tapi takdir lebih indah dari keinginan manusia, akupun merasakan hal yang serupa namun bibir kecil dan penuh kepandaian ini menutup rapat rapat rahasia kehidupanku. Dan setelah merantau ke kota ini Clara tumbuh jadi gadis yang cantik, bahkan setiap bulan ia mentransfer uang dengan nominal yang super wah. Aku turut senang mendengarnya.
" Pokoknya orang tuaku di kampung kehidupanya sudah lumayan baik Stell," ceritanya.
" Kamu kerja apa memangnya Cla ?, maksudku kamu mendapatkan uang dari mana," tanyaku penasaran.
Clara membisu diam seribu bahasa dia seperti membeku dalam mesin pendingin, dan menatap mataku tajam. Aku merasa tidak enak mengajukam dengan pertanyaanku.
" Hmmm ya sudah kalau kamu keberatan tidak usah jawab,"

Kami pun berpisah masing-masing, Clara pulang ke tempatnya aku aku pulang ke tempatku. Dia memberiku nomer telepon gengamnya, aku senang sekali mendapat teman baru yang baik  dan rendah hati. Meski senang tetap saja rasa pusing mengikutiku, pusing karena aku harus membayar uang kostanku di bulan pertama. Sementara duit yang diberi mas Anto pria bangsat itu  mulai berkurang. Dan ibu kost sudah menagih. Aku mencoba menghubungi Clara prihal yang ku hadapi sekarang. Bersyukurnya Clara sangat concern mau membantuku, aku ceritakan panjang lebar. Bak seorang motivator dia memberiku semangat jangan mengeluh dan putus asa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun