Mohon tunggu...
Rizky C. Saragih
Rizky C. Saragih Mohon Tunggu... Administrasi - Public Relations

Lihat, Pikir, Tulis. Communications Enthusiast | @rizkycsaragih

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apa yang Diharapkan Media dari Humas?

23 Juli 2021   23:47 Diperbarui: 24 Juli 2021   01:10 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
What Media Wants from PR in the New Era & During Crisis.

"Ini adalah era audio-visual di mana generasi digital native beriringan di dalamnya dengan generasi visual native. Sebuah tulisan mengatakan bahwa visual itu setara dengan 60.000 kata dan 63% dari konsumen kita adalah orang-orang kinestetik yang tertarik dengan daya gerak. Itu semua didapatkan pada audio-visual," ujar Don Bosco Selamun.

Tidak untuk "Bad News is a Good News"

Perubahan lanskap media dan kebiasaan orang untuk mencari serta menelan informasi, menyebabkan munculnya media daring baru yang sangat banyak, yakni lebih 47.000 media (Data Dewan Pers). Persaingan merebut tingkat keterbacaan sebuah artikel (hits/jumlah klik) menjadi bola emas yang diperebutkan, dan tidak sedikit pula yang membuat gaya "click bait" pada judul artikel demi menorehkan tingkat keterbacaan. Belum lagi "bad news" menjadi salah satu amunisi andalan.

Maria Benjamin Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia.
Maria Benjamin Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia.

"Kami sebagai media selalu kembali mengikuti marwah kami yakni follow the truth dan gain the trust. Media tidak boleh lagi memegang slogan lama yakni Bad News is a Good News. Saat ini yang paling penting adalah membangun optimisme dan semangat, bila tidak demikian bisa terbayangkan bagaimana semua akan semakin keruh," pungkas Maria Benjamin, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia.

Prinsip utama yang selalu dijaga oleh Bisnis Indonesia baik cetak maupun daring ialah, ketika mengeluarkan berita apakah berita tersebut membangun optimisme atau justru menimbulkan ketakutan di masyarakat, terutama kebanyakan pembacanya adalah pelaku ekonomi dan bisnis. Akan tetapi ini bukan berarti hanya memuat berita yang bagus  dan baik saja, melainkan tetap menjalankan fungsi kritik. Misalnya, ada sebuah kebijakan pemerintah yang perlu dikritisi dan hal ini tetap harus ditegakkan. Kritik yang membangun, kritik dengan dasar dan alasan yang jelas serta tentunya bukan sesuatu hal untuk menciptakan suasana yang mengarah kepada ketakutan maupun pesimisme.

Senada, jelas bahwa kita (media dan humas) bersama-sama berfungsi sebagai "clearing house" di tengah "infodemic", ditambah lagi dengan komunikasi publik oleh pemerintah  yang tidak clear. Ada kekhawatiran yang sangat tinggi ketika masyarakat menjadi apatis terhadap informasi, dan itu merupakan bahaya besar untuk kita di saaat kondisi seperti saat ini. Bersama-sama kita memiliki tujuan untuk memutus mata rantai Covid-19. Ini  menjadi pekerjaan rumah bersama untuk media dan humas.

Dukungan Kredibilitas Media

Humas harus mendukung berdirinya media yang kredibel. Media kredibel yang didasarkan aktifitas jurnalisme yang baik,  inilah yang dibutuhkan oleh negara. Relasi antara humas dan media yang baik serta bersama-sama membangun pondasi ekosistem media yang lebih baik.

Tangkapan layar presentasi Arifin Asydhad. Dok. Kumparan
Tangkapan layar presentasi Arifin Asydhad. Dok. Kumparan

Bicara tentang ekosistem media saat ini, keras diungkapkan oleh Arifin Asydhad sedang tidak baik. Kondisi industri media saat ini memaksa media hanya untuk mengejar page views, duplikasi konten, belum lagi jamak terjadi membuat berita yang bersumber dari media sosial, alhasil standar jurnalisme merosot. Kongkritnya seperti apa? Jangan sampai terjadi ada pejabat yang sungkan diundang oleh media mainstream namun sangat berkenan bila diundang dan tampil di media sosial.

Saat ini di Dewan Pers sudah memiliki Task Force Media Sustainability, terdiri dari ragam organisasi yang mencoba untuk merumuskan bagaimana mewujudkan ekosistem media yang lebih baik lagi, salah satunya adalah bagaimana media bisa menghindari page views oriented melainkan content quality yang jadi utama. Perihal ini merupakan proses yang sangat panjang, namun saat ini sedang diperjuangkan.

Arifin Asydhad Pemimpin Redaksi Kumparan.
Arifin Asydhad Pemimpin Redaksi Kumparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun