Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." Hadits ini menunjukkan bahwa pada fase ini, anak mulai dipersiapkan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan kelak bagi keluarganya.
Lima Metode Pendidikan AnakÂ
 1. Keteladanan (Al-Qudwah)
Keteladanan adalah metode paling efektif dalam mendidik anak. Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umatnya, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Anak-anak adalah peniru ulung yang belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, konsistensi antara perkataan dan perbuatan orang tua menjadi sangat penting.
2. Pembiasaan (Al-'Adah)
Rasulullah SAW membiasakan kebaikan sejak dini, seperti mengajari anak mengucap basmalah, makan dengan tangan kanan, dan shalat sejak usia tujuh tahun. Pembiasaan yang konsisten akan membentuk karakter dan kepribadian anak di masa depan.
3. Pemberian Nasihat (An-Nasihat)
Nasihat yang efektif harus disampaikan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Rasulullah SAW memberikan nasihat kepada Ibnu Abbas dengan kata-kata yang ringkas namun mendalam: "Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu."
Waktu-waktu terbaik untuk memberikan nasihat antara lain saat akan bepergian atau berpisah sementara, saat suasana hati anak sedang senang dan tenang, saat anak mengalami peristiwa emosional dan secara konsisten namun tidak terlalu panjang.
"Wahai anak kecil! Aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat:
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.
Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah.
Jika engkau memohon tolong, maka mohonlah pertolongan kepada Allah.
Ketahuilah, bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya jika hamba itu bersama Allah." (HR. Tirmidzi)
4. Pengawasan (Al-Mutaba'ah)
Mendidik anak bukan hanya sekedar memberi perintah, tetapi juga memantau pelaksanaan, mengoreksi dengan lembut, dan membangun kedekatan agar anak merasa diperhatikan dan dicintai.
5. Hukuman (Al-'Uqubah)
Hukuman dapat diterapkan sebagai alternatif terakhir dengan syarat-syarat tertentu: sudah diberi peringatan, sesuai dengan usia dan tingkat kesalahan, serta bersifat edukatif bukan menyakiti. Tujuan hukuman adalah pembelajaran dan perbaikan, bukan pembalasan.
"Dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) ketika mereka berusia sepuluh tahun." (HR. Abu Dawud)
Optimalisasi Waktu dalam Pendidikan Anak
Islam mengajarkan pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Imam Ali dalam Nahjul Balaghah menyatakan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang beruntung, yang sama adalah orang merugi, dan yang lebih buruk adalah orang celaka.
Nahjul Balaghah, Imam Ali juga berpesanÂ
"Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi. Â Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia adalah orang yang celaka."
Dalam konteks pendidikan anak, orang tua harus menyadari bahwa setiap hari adalah kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan. Allah SWT menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa di antara kita yang paling baik amalnya, dan mendidik anak dengan baik adalah salah satu amal terbaik yang dapat dilakukan orang tua.
Di era digital saat ini, orang tua menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Pengaruh media sosial, games online, dan pergaulan bebas dapat mengikis nilai-nilai yang telah ditanamkan di rumah. Oleh karena itu, penerapan rumus 7x3 harus diadaptasi dengan konteks zaman tanpa mengubah prinsip dasarnya.
Orang tua perlu lebih kreatif dalam menerapkan keteladanan, pembiasaan, dan nasihat. Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu pendidikan, namun tidak boleh menggantikan peran fundamental orang tua sebagai pendidik utama.
Rumus 7x3 dalam mendidik anak bukanlah formula yang kaku, melainkan panduan fleksibel yang dapat diadaptasi sesuai dengan karakter dan kebutuhan setiap anak. Yang terpenting adalah konsistensi dalam menerapkan nilai-nilai Islam, kesabaran dalam proses pendidikan, dan doa yang tidak pernah putus untuk kebaikan anak-anak.
Sebagaimana doa yang sering dipanjatkan: "Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyyatina qurrata a'yun waj'alna lil muttaqina imama" - "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri dan anak keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Dengan menerapkan rumus 7x3 dan lima metode Rasulullah dalam mendidik anak, diharapkan generasi Muslim masa depan dapat tumbuh menjadi pribadi yang saleh, berbakti kepada orang tua, bermanfaat bagi masyarakat, dan menjadi kebanggaan umat Islam. Wallahu a'lam bishawab. (ar)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI