Saya sempat menuliskan pesan itu di catatan ponsel saya. Entah kenapa, terasa seperti doa yang ingin saya amini.
Fitrah: Suara Perempuan dalam Bencana
Kisah Fitrah dari Sigi juga nggak kalah menggetarkan hati. Saat gempa dan tsunami melanda pada 2018, ia langsung bergerak membangun tenda ramah perempuan, ruang aman bagi perempuan dan anak-anak untuk beristirahat, belajar, dan saling menguatkan.
Dari situ, Fitrah sadar bahwa bencana berdampak berbeda bagi laki-laki dan perempuan. Karena itu, perempuan harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan agar kebutuhan mereka tidak terabaikan.
Sebagai anggota Badan Perwakilan Desa termuda, Fitrah aktif mengadvokasi hak perempuan dan anak, menangani kasus kekerasan, serta mencegah pernikahan dini.Â
Ia rutin mengadakan lokakarya dan mendampingi korban kekerasan, menunjukkan bahwa kepemimpinan perempuan bukan hanya simbol, tapi fondasi bagi masyarakat yang tangguh dan inklusif.
Pesannya tegas dan membakar semangat:
"Tetap jadi diri sendiri, berani bersuara, dan pantang menyerah."
Dari Akar Rumput untuk Perdamaian
Dari keempat perempuan ini, saya belajar bahwa perdamaian tidak selalu lahir dari ruang besar atau meja perundingan. Kadang, ia tumbuh dari dapur-dapur sederhana, dari tangan yang sabar menanam, dari air mata yang jatuh tapi tak memadamkan harapan.
Sebagai perempuan, saya merasa beruntung bisa menyaksikan kisah mereka pada acara UN Women ini. Saya datang hanya untuk menonton film, tapi pulang dengan hati yang berat, seolah disadarkan bahwa di tempat-tempat kecil seperti Sulawesi Tengah, ada perjuangan yang begitu panjang, melelahkan, namun nyaris tak terdengar.
Itu baru satu wilayah. Saya jadi berpikir, bagaimana dengan daerah lain yang lebih terpencil yang belum pernah kita dengar ceritanya? Atau bahkan di negara-negara konflik, seperti Palestina?
Di balik semua kisah itu, saya nggak hanya melihat semangat, tapi juga kenyataan yang menyentuh dan menyedihkan. Bahwa menjaga perdamaian bukan hal yang indah atau mudah, melainkan perjalanan panjang yang sering tak terlihat, namun tetap dijalani dengan hati yang besar.