Efek Rumah Kaca merupakan grup musik indie asal Jakarta yang berdiri sejak 2001. Efek Rumah Kaca dikenal sebagai grup musik yang dikenal oleh pecinta musik sebagai band yang banyak menyentuh dan memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan.
Efek Rumah Kaca ini merupakan Band yang cukup berprestasi di jagat permusikan Indonesia.
Tak hanya berprestasi, band ini juga sangat peduli terhadap isu-isu sosial yang terjadi. Band ini tidak banyak mengangkat lagu cinta pada musiknya tetapi lebih mengedepankan isu-isu sosial yang ada, lalu disampaikan kepada khalayak. Tak hanya isu-isu sosial yang dikedepankan oleh Efek Rumah Kaca, tetapi band ini juga menyisipkan beberapa lagu yang bernuansa religi, atau bisa disebut terdapat pesan dakwah di dalam lagu mereka. Diantaranya adalah lagu mereka yang berjudul Debu-Debu Berterbangan dan Putih.
Lagu pertama yang akan dibahas adalah Debu-Debu Berterbangan. Kenapa lagu Debu-Debu Berterbangan ini dikatakan lagu yang religius? Menurut vokalis mereka yaitu Cholil Mahmud, lagu Debu-Debu Berterbangan ini merupakan lagu yang terinspirasi dari pengalaman religi, dan memilik keterkaitan dengan surah dalam Al-Qur’an yaitu surah Al-Ashr yang memiliki arti demi masa.
Surah Al-Ashr memiliki makna “Apabila Allah telah bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi manusia yang menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal yang kurang bermanfaat, kecuali orang yang memiliki keimanan, selalu menjalankan amal soleh, saling berwasiat terhadap kebenaran dan kebaikan”.
Sebelum jauh membahas arti dibalik lirik lagu ini, bisa simak atau baca lirik dari lagu ini terlebih dahulu, berikut adalah liriknya:
"Demi masa, sungguh kita tersesat
Membiaskan yang haram, karena kita manusia
Demi masa, sungguh kita terhisap
Ke dalam lubang hitam, karena kita manusia
Pada saatnya nanti, tak bisa bersembunyi
Kitapun menyesali, kita merugi
Pada siapa memohon perlindungan, debu-debu berterbangan"
Dalam lagu Debu-Debu Berterbangan memiliki makna sebuah peringatan. Tentang manusia yang mulai menjadikan hal-hal yang haram menjadi suatu hal yang biasa. Dan apabila kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik maka kita sebagai manusia akan masuk ke dalam lubang hitam yang berarti tempat peristirahatan terakhir kita.
Yang apabila demikian kita sudah masuk ke dalam lubang hitam sedangkan selama ini kita masih belum memanfaatkan waktu dengan baik dan mengisi waktu dengan hal-hal buruk, maka kita adalah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyesal, orang-orang yang merugi dan tidak bisa lagi meminta pertolongan kepada siapapun.
Lagu ini merupakan sebuah intisari dari Surah Al-Ashr. Yang sama-sama memiliki arti tentang mengajarkan manusia untuk memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berguna agar tidak terjerumus kepada kerugian.
Kemudian lagu Putih. Putih adalah lagu yang termasuk dari album ketiga Efek Rumah Kaca yaitu Sinestesia. Sebuah album yang cukup unik yang dimana semua lagu di album ini menggunakan nama Pelangi yaitu “Mejikuhibiniu” lagu Putih ini adalah lagu yang memiliki unsur religi atau dakwah yang kuat.
Lagu ini adalah lagu penutup dari album Sinestesia ini. Ditaruh sebagai penutup bukan tanpa alasan, karena setelah semua lagu dari album ini yang menceritakan tentang segala keadaan sosial dan duniawi yang terjadi. Putih menjadi lagu penutup yang bermaksud sebagai pengingat bahwa setelah semua keadaan duniawi yang terjadi, pasti akan berakhir dengan kematian.
Dalam lagu Putih ini terdapat dua bagian yaitu Tiada (Kematian) dan Ada (Kehidupan). Lagu ini berlatar belakang tentang keluarga, gabungan dari dua lagu tentang "Tiada" dan "Ada".
“Tiada” terinsipirasi dari hasil obrolan Efek Rumah Kaca dengan Adi Amir Zainun, yang pada akhirnya meninggal dunia sebelum lagu ini selesai dikerjakan. Sedangkan, ide “Ada” bermula dari kebahagiaan akan lahirnya Angan Senja putra dari vokalis utama Cholil Mahmud dan Rintik Rindu putri dari Adrian Yunan Faisal (ex-personel Efek Rumah Kaca).
Bagian “Tiada”:
“Saat kematian datang
Aku berbaring dalam mobil ambulan
Dengar, pembicaraan tentang pemakaman
Dan takdirku menjelang
Sirene berlarian bersahut-sahutan
Tegang, membuka jalan menuju Tuhan
Akhirnya aku usai juga
Saat berkunjung ke rumah
Menengok ke kamar ke ruang tengah
Hangat, menghirup bau masakan kesukaan
Dan tahlilan dimulai
Doa bertaburan terkadang tangis terdengar
Akupun ikut tersedu sedan
Akhirnya aku usai juga
Oh, kini aku lengkap sudah
Dan kematian, keniscayaan
(Laa ilaaha illallah)
Di persimpangan, atau kerongkongan
(Laa ilaaha illallah)
Tiba-tiba datang, atau dinantikan
(Laa ilaaha illallah)
Dan kematian, kesempurnaan
(Laa ilaaha illallah)
Dan kematian hanya perpindahan
(Laa ilaaha illallah)
Dan kematian, awal kekekalan
(Laa ilaaha illallah)
Karena kematian untuk kehidupan tanpa kematian”
Dalam bagian ini menggambarkan keadaan dimana seseorang yang telah didatangi oleh ajal atau takdirnya. Diantar oleh mobil ambulans dan diiringi oleh suara sirine yang mengantarkan diri yang sudah terpisah dengan rohnya kepada Sang Pencipta.
Kemudian roh yang sudah terpisah dengan raganya mengunjungi dan mengelilingi rumah seolah sedang bernostalgia, mengingat kenangan yang pernah dilalui. Kemudian mencium aroma masakan yang sedang disajikan kepada tamu yang hadir untuk melaksanakan tahlilan, membacakan doa-doa. Dan pada akhirnya semua yang hidup di dunia ini akan selesai dan semua yang benyawa akan mengalami kematian dan menghadap kepada Sang Pencipta.
Bagian “Ada”
“Lalu pecah tangis bayi
Seperti kata Wiji
Disebar biji-biji
Disemai menjadi api
Selamat datang di samudera
Ombak ombak menerpa
Rekah rekah dan berkahlah
Dalam dirinya, terhimpun alam raya semesta
Dalam jiwanya, berkumpul hangat surga neraka
Hingga kan datang pertanyaan
Segala apa yang dirasakan
Tentang kebahagian
Air mata bercucuran
Hingga kan datang ketakutan
Menjaga keterusterangan
Dalam lapar dan kenyang
Dalam gelap dan benderang
Tentang akal dan hati
Rahasianya yang penuh teka-teki
Tentang nalar dan iman
Segala pertanyaan tak kunjung terpecahkan
Dan tentang kebenaran
Juga kejujuran
Tak kan mati kekeringan
Esok kan bermekaran”
Sedangkan dalam bagian ini memiliki makna tentang kelahiran. Gambaran bagaimana seseorang lahir ke dunia ini dan akan menjalani kehidupan yang penuh akan rintangan dan segala macam persoalan yang akan menempah dirinya untuk tumbuh hingga bisa berkembang dan menjadi keberkahan bagi sesama umat.
Seorang anak merupakan suatu anugrah bagi orang tua. Orang tua tentu akan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anaknya sehingga anak dapat tumbuh. Dan seorang anak akan menjadi pribadi dewasa yang dimana akan memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang pilihan hidupnya yang akan dijalani.
Di hidup ini pasti terdapat kebahagiaan hingga meneteskan air mata. Tetapi juga terdapat ketakutan untuk bertahan menjaga kejujuran dan kebenaran. Karena hidup ini berputar layaknya roda dan dipenuhi dengan teka-teki.
Dan yang terpenting dalam hidup ini adalah menjaga hal-hal baik seperti kejujuran dan kebenaran. Karena itu adalah bekal untuk menghadapi hari yang selanjutnya. Hal-hal seperti itu akan bermanfaat untuk kehidupan hari ini dan di hari nanti.
Dari dua lagu karya Efek Rumah Kaca tersebut terdapat pesan dakwah yang mereka tuangkan. Melalui musik banyak pesan yang bisa disampaikan, tak semata-mata hanya untuk hiburan.
Melihat situasi masyarakat masa kini yang mengikuti alur perkembangan dalam era globalisasi, dakwah perlu digerakkan sebagai membimbing manusia ke jalan yang benar. Dan dakwah melalui musik merupakan suatu hal yang cukup efektif dilakukan di masa sekarang ini.
Daftar Pustaka:
A. Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (Semarang: Walisongo Press IAIN Walisongo, 2005), h.76