Mohon tunggu...
Raul Ananda
Raul Ananda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tugas

Do what you want

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Sebuah Dakwah dalam Lagu Efek Rumah Kaca

14 September 2021   23:20 Diperbarui: 14 September 2021   23:26 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Efek Rumah Kaca merupakan grup musik indie asal Jakarta yang berdiri sejak 2001. Efek Rumah Kaca dikenal sebagai grup musik yang dikenal oleh pecinta musik sebagai band yang banyak menyentuh dan memotret keadaan sosial masyarakat di sekitar mereka pada semua tingkatan.

Efek Rumah Kaca ini merupakan Band yang cukup berprestasi di jagat permusikan Indonesia. 

Tak hanya berprestasi, band ini juga sangat peduli terhadap isu-isu sosial yang terjadi. Band ini tidak banyak mengangkat lagu cinta pada musiknya tetapi lebih mengedepankan isu-isu sosial yang ada, lalu disampaikan kepada khalayak. Tak hanya isu-isu sosial yang dikedepankan oleh Efek Rumah Kaca, tetapi band ini juga menyisipkan beberapa lagu yang bernuansa religi, atau bisa disebut terdapat pesan dakwah di dalam lagu mereka. Diantaranya adalah lagu mereka yang berjudul Debu-Debu Berterbangan dan Putih.

Lagu pertama yang akan dibahas adalah Debu-Debu Berterbangan. Kenapa lagu Debu-Debu Berterbangan ini dikatakan lagu yang religius? Menurut vokalis mereka yaitu Cholil Mahmud, lagu Debu-Debu Berterbangan ini merupakan lagu yang terinspirasi dari pengalaman religi, dan memilik keterkaitan dengan surah dalam Al-Qur’an yaitu surah Al-Ashr yang memiliki arti demi masa.

Surah Al-Ashr memiliki makna “Apabila Allah telah bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi manusia yang menyia-nyiakan waktu untuk melakukan hal yang kurang bermanfaat, kecuali orang yang memiliki keimanan, selalu menjalankan amal soleh, saling berwasiat terhadap kebenaran dan kebaikan”.

Sebelum jauh membahas arti dibalik lirik lagu ini, bisa simak atau baca lirik dari lagu ini terlebih dahulu, berikut adalah liriknya:

"Demi masa, sungguh kita tersesat

Membiaskan yang haram, karena kita manusia

Demi masa, sungguh kita terhisap

Ke dalam lubang hitam, karena kita manusia

Pada saatnya nanti, tak bisa bersembunyi

Kitapun menyesali, kita merugi

Pada siapa memohon perlindungan, debu-debu berterbangan"

Dalam lagu Debu-Debu Berterbangan memiliki makna sebuah peringatan. Tentang manusia yang mulai menjadikan hal-hal yang haram menjadi suatu hal yang biasa. Dan apabila kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik maka kita sebagai manusia akan masuk ke dalam lubang hitam yang berarti tempat peristirahatan terakhir kita. 

Yang apabila demikian kita sudah masuk ke dalam lubang hitam sedangkan selama ini kita masih belum memanfaatkan waktu dengan baik dan mengisi waktu dengan hal-hal buruk, maka kita adalah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyesal, orang-orang yang merugi dan tidak bisa lagi meminta pertolongan kepada siapapun.

Lagu ini merupakan sebuah intisari dari Surah Al-Ashr. Yang sama-sama memiliki arti tentang mengajarkan manusia untuk memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berguna agar tidak terjerumus kepada kerugian.

Kemudian lagu Putih. Putih adalah lagu yang termasuk dari album ketiga Efek Rumah Kaca yaitu Sinestesia. Sebuah album yang cukup unik yang dimana semua lagu di album ini menggunakan nama Pelangi yaitu “Mejikuhibiniu” lagu Putih ini adalah lagu yang memiliki unsur religi atau dakwah yang kuat.

Lagu ini adalah lagu penutup dari album Sinestesia ini. Ditaruh sebagai penutup bukan tanpa alasan, karena setelah semua lagu dari album ini yang menceritakan tentang segala keadaan sosial dan duniawi yang terjadi. Putih menjadi lagu penutup yang bermaksud sebagai pengingat bahwa setelah semua keadaan duniawi yang terjadi, pasti akan berakhir dengan kematian.

Dalam lagu Putih ini terdapat dua bagian yaitu Tiada (Kematian) dan Ada (Kehidupan). Lagu ini berlatar belakang tentang keluarga, gabungan dari dua lagu tentang "Tiada" dan "Ada".

 “Tiada” terinsipirasi dari hasil obrolan Efek Rumah Kaca dengan Adi Amir Zainun, yang pada akhirnya meninggal dunia sebelum lagu ini selesai dikerjakan. Sedangkan, ide “Ada” bermula dari kebahagiaan akan lahirnya Angan Senja putra dari vokalis utama Cholil Mahmud dan Rintik Rindu putri dari Adrian Yunan Faisal (ex-personel Efek Rumah Kaca).

Bagian “Tiada”:

“Saat kematian datang

Aku berbaring dalam mobil ambulan

Dengar, pembicaraan tentang pemakaman

Dan takdirku menjelang

Sirene berlarian bersahut-sahutan

Tegang, membuka jalan menuju Tuhan

Akhirnya aku usai juga

Saat berkunjung ke rumah

Menengok ke kamar ke ruang tengah

Hangat, menghirup bau masakan kesukaan

Dan tahlilan dimulai

Doa bertaburan terkadang tangis terdengar

Akupun ikut tersedu sedan

Akhirnya aku usai juga

Oh, kini aku lengkap sudah

Dan kematian, keniscayaan

(Laa ilaaha illallah)

Di persimpangan, atau kerongkongan

(Laa ilaaha illallah)

Tiba-tiba datang, atau dinantikan

(Laa ilaaha illallah)

Dan kematian, kesempurnaan

(Laa ilaaha illallah)

Dan kematian hanya perpindahan

(Laa ilaaha illallah)

Dan kematian, awal kekekalan

(Laa ilaaha illallah)

Karena kematian untuk kehidupan tanpa kematian”

Dalam bagian ini menggambarkan keadaan dimana seseorang yang telah didatangi oleh ajal atau takdirnya. Diantar oleh mobil ambulans dan diiringi oleh suara sirine yang mengantarkan diri yang sudah terpisah dengan rohnya kepada Sang Pencipta.

Kemudian roh yang sudah terpisah dengan raganya mengunjungi dan mengelilingi rumah seolah sedang bernostalgia, mengingat kenangan yang pernah dilalui. Kemudian mencium aroma masakan yang sedang disajikan kepada tamu yang hadir untuk melaksanakan tahlilan, membacakan doa-doa. Dan pada akhirnya semua yang hidup di dunia ini akan selesai dan semua yang benyawa akan mengalami kematian dan menghadap kepada Sang Pencipta.

Bagian “Ada”

“Lalu pecah tangis bayi

Seperti kata Wiji

Disebar biji-biji

Disemai menjadi api

Selamat datang di samudera

Ombak ombak menerpa

Rekah rekah dan berkahlah

Dalam dirinya, terhimpun alam raya semesta

Dalam jiwanya, berkumpul hangat surga neraka

Hingga kan datang pertanyaan

Segala apa yang dirasakan

Tentang kebahagian

Air mata bercucuran

Hingga kan datang ketakutan

Menjaga keterusterangan

Dalam lapar dan kenyang

Dalam gelap dan benderang

Tentang akal dan hati

Rahasianya yang penuh teka-teki

Tentang nalar dan iman

Segala pertanyaan tak kunjung terpecahkan

Dan tentang kebenaran

Juga kejujuran

Tak kan mati kekeringan

Esok kan bermekaran”

Sedangkan dalam bagian ini memiliki makna tentang kelahiran. Gambaran bagaimana seseorang lahir ke dunia ini dan akan menjalani kehidupan yang penuh akan rintangan dan segala macam persoalan yang akan menempah dirinya untuk tumbuh hingga bisa berkembang dan menjadi keberkahan bagi sesama umat.

Seorang anak merupakan suatu anugrah bagi orang tua. Orang tua tentu akan mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anaknya sehingga anak dapat tumbuh. Dan seorang anak akan menjadi pribadi dewasa yang dimana akan memiliki pertanyaan-pertanyaan tentang pilihan hidupnya yang akan dijalani.

Di hidup ini pasti terdapat kebahagiaan hingga meneteskan air mata. Tetapi juga terdapat ketakutan untuk bertahan menjaga kejujuran dan kebenaran. Karena hidup ini berputar layaknya roda dan dipenuhi dengan teka-teki. 

Dan yang terpenting dalam hidup ini adalah menjaga hal-hal baik seperti kejujuran dan kebenaran. Karena itu adalah bekal untuk menghadapi hari yang selanjutnya. Hal-hal seperti itu akan bermanfaat untuk kehidupan hari ini dan di hari nanti.

Dari dua lagu karya Efek Rumah Kaca tersebut terdapat pesan dakwah yang mereka tuangkan. Melalui musik banyak pesan yang bisa disampaikan, tak semata-mata hanya untuk hiburan.

Melihat situasi masyarakat masa kini yang mengikuti alur perkembangan dalam era globalisasi, dakwah perlu digerakkan sebagai membimbing manusia ke jalan yang benar. Dan dakwah melalui musik merupakan suatu hal yang cukup efektif dilakukan di masa sekarang ini.

Daftar Pustaka:

A. Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (Semarang: Walisongo Press IAIN Walisongo, 2005), h.76

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun