Kitapun menyesali, kita merugi
Pada siapa memohon perlindungan, debu-debu berterbangan"
Dalam lagu Debu-Debu Berterbangan memiliki makna sebuah peringatan. Tentang manusia yang mulai menjadikan hal-hal yang haram menjadi suatu hal yang biasa. Dan apabila kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik maka kita sebagai manusia akan masuk ke dalam lubang hitam yang berarti tempat peristirahatan terakhir kita.
Yang apabila demikian kita sudah masuk ke dalam lubang hitam sedangkan selama ini kita masih belum memanfaatkan waktu dengan baik dan mengisi waktu dengan hal-hal buruk, maka kita adalah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menyesal, orang-orang yang merugi dan tidak bisa lagi meminta pertolongan kepada siapapun.
Lagu ini merupakan sebuah intisari dari Surah Al-Ashr. Yang sama-sama memiliki arti tentang mengajarkan manusia untuk memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berguna agar tidak terjerumus kepada kerugian.
Kemudian lagu Putih. Putih adalah lagu yang termasuk dari album ketiga Efek Rumah Kaca yaitu Sinestesia. Sebuah album yang cukup unik yang dimana semua lagu di album ini menggunakan nama Pelangi yaitu “Mejikuhibiniu” lagu Putih ini adalah lagu yang memiliki unsur religi atau dakwah yang kuat.
Lagu ini adalah lagu penutup dari album Sinestesia ini. Ditaruh sebagai penutup bukan tanpa alasan, karena setelah semua lagu dari album ini yang menceritakan tentang segala keadaan sosial dan duniawi yang terjadi. Putih menjadi lagu penutup yang bermaksud sebagai pengingat bahwa setelah semua keadaan duniawi yang terjadi, pasti akan berakhir dengan kematian.
Dalam lagu Putih ini terdapat dua bagian yaitu Tiada (Kematian) dan Ada (Kehidupan). Lagu ini berlatar belakang tentang keluarga, gabungan dari dua lagu tentang "Tiada" dan "Ada".
“Tiada” terinsipirasi dari hasil obrolan Efek Rumah Kaca dengan Adi Amir Zainun, yang pada akhirnya meninggal dunia sebelum lagu ini selesai dikerjakan. Sedangkan, ide “Ada” bermula dari kebahagiaan akan lahirnya Angan Senja putra dari vokalis utama Cholil Mahmud dan Rintik Rindu putri dari Adrian Yunan Faisal (ex-personel Efek Rumah Kaca).
Bagian “Tiada”:
“Saat kematian datang