Mohon tunggu...
Ratu Shabrina Nararya S P
Ratu Shabrina Nararya S P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi menonton film dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Meningkatnya Kasus ISPA Gambaran Pentingnya Lingkungan Fisik yang Bersih

20 November 2023   13:18 Diperbarui: 20 November 2023   13:24 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Polusi udara baru-baru ini menjadi kondisi mengkhawatirkan di Jakarta. Bahkan, Presiden Jokowi sampai menjadi korban dari masalah lingkungan tersebut sehingga membuatnya batuk-batuk beberapa minggu. Peningkatan polusi udara di Jakarta sendiri banyak dikeluhkan oleh masyarakat di dunia maya yang berdampak pada kesehatan pernapasannya seperti ISPA. ISPA sendiri adalah kepanjangan dari penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Penyakit ini sendiri dibagi menjadi dua yaitu infeksi saluran pernafasan atas atau upper respiratory tract infections (URI/URTI) dan infeksi saluran pernapasan bawah atau lower respiratory tract infection (LRI/LRTI). Lembaga kesehatan dunia Institute of Health and Metric Evaluation (IHME) bahkan sudah mengeluarkan analisanya bahwa LRI menjadi salah satu isu kesehatan yang perlu diwaspadai di tahun 2023 (Chan, 2022).

IHME menganalisa penyakit yang diakibatkan karena virus pernapasan syncytial (RSV) dan influenza ini pada tahun 2020 saat Covid-19 melanda dunia, terjadi penurunan kasusnya. Hal itu karena langkah-langkah mitigasi seperti penggunaan masker serta penjarakan sosial yang ketat. Namun, sejak 2022 hingga kini aturan tersebut sudah dilonggarkan mulai meningkat banyaknya anak kecil yang terpapar RSV. Oleh karena itu, RSV menjadi wabah penyakit yang melonjak di negara-negara pada semua umur.

Di Jakarta sendiri, dari data Dinas Kesehatan, pada tahun 2020-2021 sendiri penyakit yang mayoritas adalah COVID-19. Lalu setelah pandemik, gangguan signifikan mulai terjadi pada saluran napas akut di tahun 2022 dan di 2023 terlihat pola peningkatannya.  Infeksi saluran pernapasan serta penyakit menular menjadi beban penyakit tidak menular kronis yang ada, sehingga menciptakan beban ganda penyakit yang diperburuk oleh penyakit sosial. kesenjangan yang terjadi secara global. Lalu apakah benar peningkatan kasus ISPA disebabkan oleh karena polusi? Simak fakta kesehatannya.

ISPA adalah salah satu penyakit dunia dengan jumlah kasus mencapai 120 juta jiwa setiap tahunnya dimana 1,4 juta diantaranya meninggal dunia. Menurut, (Sonego, 2015) kematian akibat ISPA akan berpotensi pada negara-negara berkembang yang memiliki pendapatan perkapita rendah dan menengah mencapai 95%. Menurut Global Buden of Disease (GBD), Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPbA) menjadi penyebab kematian sebanyak 2,38 juta jiwa pada tahun 2016 dan penyebab utama kematian ke-6 terbanyak pada semua usia, terutama pada balita dibawah 5 tahun (Troeger, Blacker, & Khalil, 2018).

Penyakit ISPA masih menjadi penyebab utama morbiditas serta mortalitas dari wabah di dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) Tahun 2019, penyakit infeksi saluran pernapasan bawah alias ISPbA menurunkan usia harapan hidup sebesar 2,09 tahun pada penderitanya. Kelompok yang paling beresiko adalah balita. Sekitar 20-40% pasien dirumah sakit dikalangan anak-anak dan pada dewasa angka mortalitas pada dewasa (25-59 tahun) mencapai 1,65 juta. Beberapa faktornya bisa dibedakan menjadi dua antara lain:

  • Faktor Intrinstik: Umur, pemberian ASI, status gizi, berat badan lahir rendah, status imunisasi.
  • Faktor Ekstrinsik: Pengetahuan, faktor pendidikan, kepadatan hunian, kondisi fisik rumah, ventilasi rumah, asap rokok, sosial ekonomi dan pekerjaan.

Oleh karena itu, polusi udara bukan menjadi penyebab utama dari ISPA. Faktor lingkungan menjadi salah satu faktor dari luar (Rahmadania, 2023). Sementara penyebab infeksi saluran pernapasan sendiri datang dari virus atau bakteri yang membuat pernapasan atau kontak langsung dengan benda terkontaminasi. Virus yang menyebabkan ISPA biasanya RSV dan corona, dan bakteri seperti Streptococcus pneumoniae yang berlangsung selama 14 hari. Menurut Sukman (2014), salah satu faktor berpengaruh kejadian akan ISPA adalah lingkungan. Dalam teori tradisional menyebutkan jika lingkungan menjadi faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan seseorang. Lingkungan dalam hal ini adalah lingkungan fisik rumah seperti luas ventilasi, kondisi jamban, dan sarana air bersihnya

Menurut Sabila (2021), seringkali gejala ISPA dimulai dari panas lalu dibarengi salah satu atau lebih dari gejala lain seperti tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak Batuk yang terjadi juga bisa terasakan sesak napas, nyeri dada, demam, kelelahan, sampai kedinginan. Pada kasus lebih berat, gekala dapat semakin parah serta menganggu fungsi pernapasan normal.

Bisa terlihat bahwa ISPA merupakan penyakit yang datang dari adanya virus dan bakter. Penyebabnya sangat kompleks, bisa dari dalam diri penderitanya sendiri ataupun faktor luar dari lingkungan fisik seperti polusi udara. Kita juga tidak perlu abai dengan kondisi rumah yang perlu diperkuat dengan kondisi sirkulasi udara dan air bersih agar virus dan bakteri tidak bersarang.

Daftar Pustaka

Chan, A. 2022. 11 global health issues to watch in 2023, according to IHME experts. Healthdata.org.

Rahmadania, S. R. 2023. Dinkes DKI Buka-bukaan Data Kasus ISPA, Naik gegara Polusi Udara Buruk? Jakarta: detik.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun