Mohon tunggu...
Ratu Nandi
Ratu Nandi Mohon Tunggu... Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Lain Pesta Laut

6 November 2017   16:35 Diperbarui: 6 November 2017   16:55 1457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto sumber : pribadi

Penduduk di sekitar pantai pasti tidak asing dengan sebutan "pesta laut". Ada beberapa nama untuk sebutan pesta laut ini, ada yang menamainya dengan Nadran, larungan, sedekah laut, dll.

Hari Minggu tanggal 04 November 2017, di sungai Bondet tepatnya di desa Mertasinga, Kabupaten Cirebon. Penduduk sekitar sungai sedang mengadakan pesta laut, atau kata penduduk setempat di sebut "Nadran" sebuah kata yang sederhana namun memiliki makna yang dalam bagi penduduk sekitar sungai. Ritual ini dilakukan setiap tahun di Sungai Bondet.

Apa sih pesta laut?....  

Pesta laut adalah sebuah ungkapan syukur para nelayan kepada Tuhan, melalui upacara menghanyutkan kepala kerbau dan sesajen lainnya ke laut. Melakukan ritual di laut ini dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat di sekitar sungai tersebut. Mereka adalah para nelayan yang kesehariannya mencari nafkah di laut. Para nelayan yang kesehariannya menggantungkan hidupnya di laut. 

Sehari sebelum diadakan pesta laut, para pemilik perahu menghias perahu-perahu mereka dengan berbagai hiasan berupa makanan dan minuman yang digantungkan di sekeliling perahu. Mereka juga menyiapkan perbekalan makanan yang dibawa menuju ke laut atau sekedar ke muara laut. Sesampainya di laut makanan dan minuman dibagikan kepada para penumpang di dalam perahu yang umumnya penumpanya adalah sanak saudara, atau kerabat pemilik perahu yang ingin menikmati acara pesta laut. Tak jarang pula mereka melemparkan makanan hanya sekedar ingin bertukar menu dengan penumpang perahu lain yang bertemu di laut.

Mengapa diadakan pesta laut?....

Pesta laut diadakan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur terhadap pencipta alam semesta yang sudah melimpahkan karunianya, berupa hasil  tangkapan dari laut. Bagi penduduk di sekitar Sungai Bondet, sangat mengharapkan penghasilan yang berlimpah dari laut berupa berbagai ikan, rajungan, cumi, kepiting, dll. Penduduk percaya dengan melakukan ritual pesta laut akan memberikan penghasilan mereka berlimpah, selain itu juga mengharapkan keselamatan saat sedang mencari ikan di laut. 

Acara ini dinanti-nantikan oleh warga sekitar sungai. Kegiatan ini  dihadiri pula oleh perangkat pemerintahan setempat, baik dari kelurahan, kecamatan dan kabupaten setempat. Adat istiadat seperti ini masih terus dipertahankan oleh penduduk sekitar sungai. Seperti yang kita ketahui, kebudayaan daerah memperkaya kebudayaan nasional. Kebudayaan daerah yang semakin lama semakin pudar seiring perkembangan jaman.  Maka lebih baik kalau anak cucu yang meneruskannya.

Selain itu ada sisi lain yang dapat kita petik hikmahnya dari acara pesta laut tersebut.

1. Menjadi objek wisata sesaat.

Dalam kenyataanya tidak hanya nelayan di sekitar sungai saja yang mengikuti upacara pesta laut ini. Banyak warga dari luar desa di sekitar Sungai Bondet yang mengikuti kegiatan tersebut. Mereka datang dari luar desa-desa di sekitar sungai,  bisa juga dinamakan turis domestik. Mereka yang datang dari luar perkampungan nelayan tersebut, yang ingin beriwisata ke laut, hanya dengan membayar beberapa ribu saja perorangnya kalau ingin naik perahu. Tentunya menguntungkan bagi pemilik perahu yang sengaja menyewakannya untuk orang-orang yang datang dari luar desa.

2. Menambah penghasilan bagi warga sekitar sungai

Bagi nelayan yang memili perahu, mereka bisa menyewakan perahunya untuk mengantarkan turis domestik yang ingin ikut merasakan kemeriahan pesta laut. Selain itu banyak juga warung tenda/pedagang kaki lima dadakan yang berdiri di sepanjang jalan yang dilalui menuju sungai ataupun yang menuju ke tempat pelelangan ikan. Mereka yang belum pernah naik perahu umumnya penasaran ingin menikmati sensasi digoyang gelombang laut, ada juga yang hanya ikut-ikutan saja menikmati pemandangan sekitar sungai dengan berperahu.

3. Tempat hiburan sesaat

Disetiap acara pesta laut biasanya ada beberapa pertunjukkan yang sengaja disewa/dibayar panitia untuk menghibur warga setempat. Salah satunya adalah pertunjukkan wayang kulit yang dilakukan semalam suntuk. Pertunjukan sandiwara yang merupakan salah satu kesenian khas cirebonan (kalau orang jawa timur bilang ludruk/ketoprak). Dan masaih banyak lagi pertunjukan lainnya. Umumnya warga antusias untuk menonton pertunjukan tersebut.     

4. Tempat mencari pasangan

Biasanya muda-mudi  berkumpul bersama  saat acara pesta laut tersebut, bagi yang jomblo tentunya acara pesta laut juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang mencari jodoh. Mereka biasanya bergerombol dengan teman-teman sebayanya kemudian saling lirik-lirikan akhirnya berkenalan, tidak menutup kemungkinan mereka berjodoh dari perrtemuan di acara pesta laut tersebut.

5.  Ajang membuang ari-ari/ Plasenta bayi.

Penduduk sekitar suangai percaya kalau ada yang melahirkan, ari-arinya tidak langsung dikuburkan seperti ditempat-tempat lain. Maka tak jarang di rumah-rumah yang memiliki bayi masih menyimpan ari-arinya walaupun sudah berbulan-bulan menunggu saat pesta laut diadakan. Mereka mengumpulkan ari-ari orang yang melahirkan itu untuk di jeburkan/dibuang ke laut. 

Penduduk sekitar percaya kalau ari-arinya dibuang ke laut maka anaknya akan memiliki pemikiran yang luas, pemberani. Prosesnya sama seperti akan menguburkan ari-ari di dalam tanah. Sebelum di buang ke laut, ari-ari tersebut diadzankan dan dikomatkan terlebih dahulu, baru kemudian di buang ke laut.

Penduduk dan dinas pariwisata bisa memanfaatkan momen seperti ini untuk meningkatkan turis domestik untuk datang ke acara pesta laut. Seyogyanya adat istiadat daerah tetap dipertahankan agar tidak punah. Sebagai aset kekayaan budaya, jangan sampai terkalahkan oleh budaya luar yang kurang baik atau tergerus dengan peradaban yang semakin maju. Sehingga masyarakat yng masih melakukan adat istiadatnya itu dianggap kuno atau ketinggalan jaman. Marilah kita tetap menjaganya dan melestarikannya agar anak-cucu kita kelak masih merasakan kebudayaannya nenek moyangnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun