Hiruk pikuk mengenai impor beras 500 ribu ton terus menggenlinding. Pro dan Kontra kian tringginas. Pemerintah di sisi lain berjanji untuk menggalakkan swasembada pangan. Dan akan berusaha untuk menyejahterakan petani untuk itu harga beras petani wajib dilindungi dan berani menyatakan untuk menghentikan impor beras yang dianya akan mengancam musim panen petani yang akan datang di awal February nanti.
Hasil monitoring pasokan dan eskalasi harga beras pada 10-12 January 2018 yang dilakukan oleh Ombusdman Republik Indonesia mengungkapkan ada gejala cacat administrasi pada pengelolaan data impor beras. Diantaranya adalah penyampaian informasi stok beras yang tidak akurat kepada public. Stok beras nasional mencukupi dan sebaran tidak merata.Â
ORI atau Ombusdman memberikan tujuh saran kepada pemerintah yakni melakukan pemerataan stok , penghentian opini surplus dan kegiatan panen raya yang berlebihan dan memberikan dukungan maksimum kepada BPS untuk menyediakan data produksi dan stok lebih akurat.
Beras sangat penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia bahkan merupakan komoditi yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Indonesia .Â
Rilis data BPS tentang tingkat kemiskinan pada semptember 2017 menyatakan bahwa beras menjadi komoditas makanan yang paling berpengaruh terhadap nilai garis kemiskinan.Â
Sumbangan komoditas beras mencapai 16,14 persen di perkotaan dan 21,99 persen di pedesaan. Bahkan beras merupakan makanan yang memiliki andil cukup besar terhadap tingkat inflasi artinya harga beraas cukup berpengaruh terhadap stabilitas harga komoditi lainnya.
Indonesia masih juga mengimpor beras padahal menurut data FAO menyebutkan Indonesia adalah Negara penghasil beras terbesar ketiga dunia setelah Tiongkok dan India. Produksi beras Indonesia mencapai 77, 29 juta Ton pada 2016 dan anehnya harga beras Indonesia menjadi harga beras Indonesia tertinggi ke 3 di Asia. Fakta ini dapat dilihat dari harga beras yang naik dari tahun ke tahun.
Kebijakan Impor beras pemerintah patut ditinjau kembali sangat kasihan jika para petani yang mengahabiskan uang dan modalnya untuk menanam padi namun rugi.Â
Akibat beras impor yang terserak-serak di pasar Impor. Apakah Mungkin lebih baik untuk meninggalkan desa dan mengadu nasib di kota karena di desa sudah tidak prospektif lagi untuk bertani?