Mohon tunggu...
Ratna Fiesta Khairunnisa
Ratna Fiesta Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran

Memiliki ketertarikan tinggi akan topik budaya, politik, sosial dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Clash di Qatar, Sang Tuan Rumah Piala Dunia 2022

21 Desember 2022   15:36 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:44 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo Piala Dunia 2022. Sumber: Tokopedia

Lalu, baru-baru ini kabar yang menjadikan Qatar menjadi pusat perhatian dunia adalah dikecamnya negara tersebut atas perlakuan terhadap komunitas LGBTQ+ dan perempuan. Ada pula kecurigaan tentang bagaimana berawalnya negara tersebut dapat ditetapkan sebagai penyelenggara Piala Dunia.

Pernyataan Duta Piala Dunia, Khalid Salman yang mengatakan, homoseksualitas adalah ''kerusakan spiritual dan "haram" di negara emirat yang mayoritasnya Muslim. Pernyataan mantan pemain sepak bola nasional Qatar itu langsung menarik perhatian banyak pihak, khususnya para aktivis LGBTQ+ yang hingga meminta pemboikotan turnamen sepak bola internasional itu. Sebelumnya sejumlah aktivis LGBTQ+ juga menggelar aksi protes di depan markas FIFA di Zurich, markas FIFA.

Cenderung tertutupnya (konservatif) masyarakat di Qatar yang mana memang berlandaskan nilai-nilai yang dianut, contohnya nilai agama yang mayoritas di negara tersebut adalah islam. Seperti dibatasinya  meminum minuman alkohol. 

Para penonton komunitas LQBT+ di Piala Dunia 2022. Sumber: Tribun Pekanbaru
Para penonton komunitas LQBT+ di Piala Dunia 2022. Sumber: Tribun Pekanbaru

Qatar melihat LGBT sebagai sebuah budaya asing yang akan sangat berlawanan dengan budaya sosial masyarakat Qatar. Kekhawatiran ini berangkat dari kemungkinan konflik yang akan terjadi, bila kampanye LGBT dilakukan kepada masyarakat yang menolak paham tersebut.

Namun penggunaan bahasa atau istilah sikap konservatif pada kasus ini tidak dapat disamakan dengan sifat kolot, yang mana sikap mempertahankan kebiasaan atau tradisi itu berbeda dengan menolak kemajuan. Sedangkan masyarakat Qatar sendiri sudah dapat dikategorikan melek teknologi, sadar baca, dan kuat secara ekonomi sehingga bukan sebagai masyarakat yang kolot.


Qatar yang terpilih jadi tuan rumah Piala Dunia 2022 sejak awal terus dihujani kritik terkait situasi hak asasi manusia di negara kecil Timur Tengah itu. Organisasi pembela hak asasi, Human Rights Watch (HRW) menyatakan tidak merasa terkejut atas pernyataan Khalid Salman yang disiarkan dalam sebuah acara televisi kanal dua Jerman ZDF.

Ilustrasi Masyarakat Qatar. Sumber: Goal.com
Ilustrasi Masyarakat Qatar. Sumber: Goal.com

Pada saat yang sama, para komentator baik dari dalam maupun luar negara yang berbahasa Arab juga bertanya-tanya mengapa Qatar dikritik begitu keras. Mereka berpendapat bahwa sebagian kritik justru cenderung tidak ada kaitannya dengan masalah kebijakan Qatar dan lebih berkaitan dengan rasisme, orientalisme, bahkan islamofobia.

Organisasi pembela hak asasi Amnesty International mengkritik tajam FIFA, dan menyerukan agar organisasi sepak- bola itu menanggapi isu hak asasi manusia lebih serius lagi.Akhirnya, setelah banyaknya kritik, Qatar mengeluarkan statement sebagai berikut : Members of the LGBTQ+ community will be allowed to openly hold hands, cuddle and kiss during the World Cup in Qatar. 

Menurut hukum Syariah Islam, homoseksualitas dilarang di Qatar. Tindakan homoseksual terhadap laki-laki dapat dihukum hingga tiga tahun penjara, denda, dan potensi hukuman mati bagi umat Islam; namun, tidak ada catatan tindakan homoseksual menerima hukuman mati di Qatar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun