Jika kita menangis menatap dokumen sumpah itu, berarti kita sadar:
Indonesia butuh restorasi moral dan hukum.
Indonesia butuh perlindungan terhadap fakta yang terkubur.
Dan yang paling penting: Indonesia tidak boleh dijejali gagasan bahwa peristiwa mubahalah tanpa pengecualian adalah alarm paling murni dari nurani yang nyaris mati.
Akhir Kata:
Mubahalah---walau tampak menjadi sumpah kutukan dramatis---adalah seruan paling jujur dan agung dari mereka yang sudah tidak punya tujuan lagi kecuali Tuhan, bicara, dan kebenaran.
Inilah titik nadir dari sebuah bangsa: dimana keadilan manusia telah gagal, dan doa suara rakyat menjadi saksi yang tak bisa dibungkam lagi.
Jika kita ingin menjaga kejayaan hukum, maka terlebih dahulu kita harus menjaga nurani yang rela dipertaruhkan---sebelum sumpah semacam itu menjadi satu-satunya bahasa yang bisa membela kebenaran.
——-
Renungan:
“Saat hukum berubah jadi sandiwara, mubahalah jadi jeritan nurani melawan kekuasaan yang bungkam fakta.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI