"Kalau Bisa Dilakukan Sendiri, Mengapa Harus Mengupah Orang Lain?"
----------
Di zaman harga cabai sering lebih tajam dari sindiran mantan, siapa pun pasti setuju: hidup itu mahal! Tapi tunggu dulu---apa benar semua harus dibayar mahal? Harus panggil tukang tiap kali keran bocor? Bayar teknisi cuma untuk ganti media filter air? Atau menyewa jasa hanya karena tak mau kotor tangan?
Hari ini saya ingin membagikan satu rahasia penghematan yang mungkin terdengar kuno, tapi masih sangat ampuh: kerjakan sendiri kalau bisa! Bahasa kerennya: Do It Yourself alias DIY. Motto yang sederhana tapi revolusioner: "Kalau bisa dilakukan sendiri, mengapa harus mengupah orang lain?"
Ketika Filter Air Jadi Guru Ekonomi Rumah Tangga
Beberapa waktu lalu, filter air di rumah mulai rewel. Air keruh, berbau tanah, dan nyaris membuat teh saya seperti kolam ikan gurame. Kata tukang, "Wah ini harus ganti media, Pak. Biar saya bantu, jasa saya Rp300 ribu, belum termasuk bahan."
Lalu saya berpikir: "Tunggu dulu. Ini cuma ganti karbon aktif, greensand, dan pasir kuarsa. Masa sih saya, manusia dewasa berakal sehat, lulusan universitas, kalah sama tabung plastik?" Maka mulailah perjalanan DIY saya. Dan hasilnya? Total biaya hanya separuh dari yang ditawarkan tukang. Sisanya bisa untuk traktir istri martabak manis dan anak ayam geprek.
DIY Bukan Sekadar Hemat, Tapi juga Penuh Harga Diri
Melakukan sesuatu sendiri itu bukan soal pelit. Ini soal efisiensi, kemandirian, dan kadang-kadang, juga soal harga diri. Kita sering bangga bisa kerja kantoran, bisa presentasi di Zoom dengan dasi dan bahasa Inggris. Tapi ketika harus ganti keran atau bersihkan filter, langsung angkat tangan. Ironis, bukan?
Padahal, di balik keringat DIY, ada kepuasan batin yang tak bisa dibeli. Ada rasa "saya bisa!" yang jauh lebih nikmat daripada transferan OVO atau QRIS.