Mohon tunggu...
Larasati i
Larasati i Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Religi dengan Kampung Arap Pekojan

16 Oktober 2017   18:32 Diperbarui: 17 Oktober 2017   02:47 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih warga jakarta yang belum pernah atau tidak tau kota tua?Jika sudah, apakah kamu sudah pernah mengunjungi kampung arab pekojan? Jika belum cobalah sesekali kunjungi tempat ini terutama bagi kamu yang suka wisata religi. Banyak anak muda jaman sekarang yang kurang tertarik dengan wisata religi ataupun tempat-tempat bersejarah. Jadi mungkin beberapa dari kalian tidak tau tentang keberadaan pekojan kampung arab ini. Disini saya akan berbagi cerita saat saya berkunjung ke pekojan bersama teman-teman saya.

Sebelumnya kami sudah menyewa seorang guide dan meeting point kami di Museum Bank Mandiri. Setelah bertemu dengan guidenya kami pun di ajak pergi, perjalanan menuju pekojan cukup jauh bagi saya. Ketika sudah mulai memasuki wilayah pekojan kami melihat beberapa perumahan orang-orang tionghoa. Sekedar informasi pekojan memang dulu di juluki sebagai kampung arab, namun sekarang penduduk pekojan yang berketurunan arab hanya sedikit dan sekarang lebih banyak orang tionghoa yang tinggal.

Pemberhentian Pertama, kami berhenti di sebuah Jembatan yang dikenal sebagai Jembatan Kambing. Di sekitar jembatan tersebut terdapat kios-kios yang berjualan kambing, yang dimana dikatakan sudah berdagang turun menurun sejak ratusan tahun yang lalu. Disebut sebagai jembatan kambing karna dahulu banyak kambing-kambing yang sebelum dipotong dilewati jembatan kali angke ini.

Jembatan Kambing (Doc:Pribadi)
Jembatan Kambing (Doc:Pribadi)
Kemudian kami melanjutkan perjalanan, tidak lama berjalan kami berhenti di sebuah bangunan yang dinamakan Langgar Tinggi. Langgar Tinggi ini adalah sebuah masjid tua di pekojan. Langgar Tinggi terletak dekat dengan kali Angke, biasanya para pedagang datang melalui kali Angke menggunakan perahu dan rakit. Langgar Tinggi memiliki dua lantai dimana lantai kedua merupakan masjidnya dan lantai pertama dulu digunakan sebagai tempat penginapan para pedagang dan sekarang di jadikan kios dagang.

Papan nama (Doc:Pribadi)
Papan nama (Doc:Pribadi)
Langgar Tinggi bagian depan (Doc:Pribadi)
Langgar Tinggi bagian depan (Doc:Pribadi)
Pintu masuk masjid (Doc:Pribadi)
Pintu masuk masjid (Doc:Pribadi)
Langgar Tinggi bagian belakang (Doc:Pribadi)
Langgar Tinggi bagian belakang (Doc:Pribadi)
Perjalananpun berlanjut ke Masjid An Nawier. Masjid An Nawier merupakan masjid terbesar di pekojan. Masjid ini memiliki dua pintu masuk yang pertama terletak di depan jembatan kambing,

Pintu masuk 1 (DOc:Pribadi)
Pintu masuk 1 (DOc:Pribadi)
Pintu kedua terletak di samping bangunan ini, biasanya warga lebih sering masuk melalui pintu kedua ini.

Pintu masuk 2 (Doc:Pribadi)
Pintu masuk 2 (Doc:Pribadi)
Didalam masjid initerdapat sebuah menara seperti mercusuar yang dulu berfungsi sebagai tempat berkumandangnya adzan.

Menara Masjid An Nawier(Doc:Pribadi)
Menara Masjid An Nawier(Doc:Pribadi)
Setelah mengelilingi masjid An Nawier kami di bawa ke sebuah rumah penduduk setempat yang bernama Husain Al-Habsyie atau bisa di panggil bang ucin. Beliau merupaka seorang keturanan arab yang masih tinggal di pekojan. Rumah bang ucin ini merupakan rumah yang sudah ada pada saat zaman belanda.

Rumah bang Ucin(Doc:Pribadi)
Rumah bang Ucin(Doc:Pribadi)
Saat bertamu di rumah bang ucin kami di suguhi segelas kopi hitam yang campurannya terdiri dari beberapa kopi. Campuran kopi pertama menggunakan kopi instan yang biasa kita minum dan sisa campuran yang lain merupakan kopi racikan sendiri.

Kopi racikan(Doc:Pribadi)
Kopi racikan(Doc:Pribadi)
Kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumahnya bang ucin. Di dalamnya terdapat foto-foto keluarga bang ucin. Memasuki lebih dalam rumah saya melihat sebuah gundukan kayu beserta wewangian di sekitar ruangan. Bang ucin pun menjelaskan dari mana asal bau wewangian tersebut berasal dari dupa arab yang masih dalam tahap proses pembuatan. Dupa arab atau biasa di sebut setanggi berasal dari kayu gaharu yang telah di hilangkan getahnya dan di campurkan dengan wewangian.

Bang Ucin & Dupa Arap(Doc:Pribadi)
Bang Ucin & Dupa Arap(Doc:Pribadi)
Setelah puas melihat lihat isi rumah bang ucin saya mendengar dari beberapa penduduk setempat bahwa di pekojan ada masjid yang di dalamnya terdapat sumur yang dikatakan tidak pernah kering dan bisa langsung di minum. Kami pun pergi untuk melihat keberadaannya. Ternyata Masjid yang di maksud ialah Masjid Azzawiyah terletak tepat di depan rumah bang ucin. Masjid ini mempunyai sumur yang tidak pernah kering yang di katakan mirip sebagai air zam-zam. Kami mengambil sedikit air dari sumur tersebut untuk di bawa pulang. Tempat sumurnya terletak di sebelah tempat wudhu, jadi bagi kamu yang sedang 'berhalangan' diharapkan jangan memasuki tempat itu ya~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun