Mohon tunggu...
Rasawulan Sari Widuri
Rasawulan Sari Widuri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Senang berbagi hal yang menarik dengan orang lain

Jakarta, I am really lovin it !

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jadilah Konsumen yang Cerdas dan Bijak di Tengah Wabah Corona

15 April 2020   13:42 Diperbarui: 15 April 2020   13:43 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Dokumen Pribadi Rasawulan Sari Widuri 

Beruntunglah bagi para pekerja yang masih mempunyai penghasilan tetap dari kantor. Dan selalu bersyukur bahwa perusahaan tempat anda bekerja masih mampu memberikan pendapatan setiap bulan ke dalam rekening pribadi anda. Dan mulai berhenti untuk mengeluhkan tentang rasa bosan pada saat WFH (Work From Home). Karena menurut saya, banyak sekali manfaat positif yang bisa kita dapatkan selama WFH.

Mengingat kondisi saya yang sedang tidak bekerja di perusahaan manapun, maka paragraf diatas sangat tepat untuk para pekerja. Ketika saya berhenti bekerja di akhir tahun kemarin, saya tidak pernah membayangkan akan terjadi krisis ekonomi seperti saat ini. Wabah corona tentu saja membuat kesempatan saya untuk dapat bekerja kembali di perusahaan menjadi  semakin lebih kecil.

Hal ini tentu saja membuat saya harus memutar otak lebih keras untuk mengelola keuangan. Saya harus dapat mencukupi kebutuhan primer saya sampai dengan saya mendapatkan kembali pekerjaan dan tentunya pendapatan tetap dalam rekening pribadi. Berpikir dan cerdas berperilaku  menjadi kunci agar makroprudential aman terjaga demi stabilitas sistem keuangan saya. Beberapa hal telah saya lakukan rutin selama ini dan semoga saja dari hal kecil ini dapat memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian kita.

Menabung Secara Rutin 

Sejak masih SD, kita selalu dicecoki dengan pengetahuan untuk menabung. Gerakan menabung bahkan menjadi hal rutin di sekolah. Bahkan untuk menaikkan jumlah tabungan, sekolah SD saya memberikan hadiah penabung dengan jumlah paling besar dan penabung dengan frekuensi paling banyak. Dan hal ini berhasil. Kami rutin menabung di sekolah. Dana ini akhirnya dapat digunakan sebagai biaya masuk SMP.

Kebiasaan ini yang akhirnya saja jalankan pada saat saya mempunyai penghasilan tetap. Saya selalu menyisihkan 20% dari gaji saya ke dalam tabungan. Untuk menghindari terambilnya dana ini untuk hal yang tidak seharusnya, saya membuat rekening dari bank berbeda. Perhitungan persentase alokasi dilandasi total pengeluaran saya setiap bulan. Asumsinya persentase saving tidak akan mengganggu pengeluaran bulanan saya. 

Saya sengaja menyisihkan dalam bentuk tabungan dikarenakan aman dan mudahnya pengambilan dana pada saat dibutuhkan. Dahulu tujuan tabungan ini akan saya alokasikan untuk membeli mobil impian, namun saat ini saya gunakan sebagai dana darurat untuk memenuhi kebutuhan primer setiap bulan.          

Sehingga bagi para pekerja yang masih mempunyai penghasilan, saya sangat menyarankan mulai menabung sebagai dana darurat. Ini adalah tindakan preventif yang sangat berguna pada saat kondisi ekonomi yang tidak pasti. Kita tidak pernah tahu apakah kita akan mempunyai penghasilan tetap setiap bulan.  

Mencatat Pengeluaran Rutin

Kita pasti punya pengeluaran rutin setiap bulan. Mulai dari tagihan listrik, air, keamanan RT, Telepon, Internet. Sejak tidak bekerja, saya selalu catat pengeluaran rutin setiap bulan. Saya juga mencari rata-rata pengeluaran rutin, sehingga saya dapat melakukan estimasi jumlah pengeluaran rutin per bulan.

Jika ada pengeluaran yang saya rasa terlalu tinggi, saya  mulai mencoba menyiasatinya agar nilainya lebih kecil. Contohnya adalah tagihan PDAM yang saya rasa nilainya tinggi. Setelah saya investigasi hal ini dikarenakan saya punya kebiasaan untuk menyalakan air di bak kamar mandi namun lupa mematikan kran air. Tentu saja tagihannya tinggi dan airnya terbuang percuma. Akhirnya saat ini saya disiplin untuk selalu mematikan kran air pada saat bak mandi sudah penuh. Cukup sulit memang pada awalnya. Namun seiring waktu saya dapat mengatasi hal ini.

Saya juga melakukan alokasi untuk pembelian makanan sehari-hari (beras, nasi, lauk-pauk, sayur dan buah) dan kebutuhan sehari --hari (sabun, shampoo, pasta gigi). Hal ini mengingat memasak di rumah lebih higienis dan murah. Sedangkan untuk kebutuhan sehar-hari, dapat dibeli secara cerdas dengan membandingkan harga di beberapa toko. Saat ini beberapa toko online bahkan menawarkan banyak diskon untuk sembako dan kebutuhan harian. Namun yang perlu diingat pastikan bahwa kita hanya membeli barang secukupnya saja. Panic buying dalam berbelanja hanya akan membuat pengeluaran membengkak. Mulailah berpikir bijak dan cerdas sebagai konsumen.

Mengurangi Pengeluaran untuk Kebutuhan Sekunder 

Kebutuhan sekunder menurut saya dipengaruhi oleh lingkungan sosial kita. Contohnya adalah kongkow di coffe shop. Pada saat saya masih bekerja, jadwal menyambangi coffe shop adalah minimal 2 kali dalam setiap minggu. Sehingga ada istilah 'gak lengkap tanpa ngopi di coffe shop'. Tentu saja pada saat saya datang ke coffe shop, saya tidak sekedar membeli satu gelas kopi namun juga ditambah penganan lain. Dan berdasarkan kalkulasi saya, jumlah pengeluaran untuk kongkow ini cukup besar.

Akhirnya saat ini saya mengurangi bahkan memangkas pengeluaran untuk kongkow, apalagi sejak adanya kebijakan physical distancing. Namun mengingat minum kopi adalah salah satu pelengkap dalam keseharian saya, saat ini saya menggantinya dengan membuat kopi racikan sendiri. Apalagi sekarang sedang trend membuat kopi dalgona di sosial  media. Sedangkan untuk hidangan pelengkap, saya bisa membuatnya sendiri dari resep yang banyak beredar di Instagram, facebook ataupun cukup mencari di kanal google. Keduanya tentu jauh lebih hemat dan higienis.

Melakukan Diversifikasi Pendapatan

Saya mempunyai investasi berupa reksadana dari penghasilan yang saya punya sebelumnya. Saat ini NAB (Nilai Activa Bersih) harian reksadana saya turun sekitar 20%. Hal ini terjadi mendadak di pertengahan Bulan Maret. Hanya dalam kurun waktu satu minggu. Saya tentu saja kaget dan shock.

Namun setelah saya cek saldo tabungan dan juga lakukan 3 hal di atas, saya berpikir bahwa tindakan untuk melakukan redemption (penjualan dana) bukanlah tindakan cerdas. Saya hanya akan melakukan redemption jika saya sudah tidak punya saldo dalam tabungan saya. Hal ini dikarenakan jika saya lakukan redemption sekarang, saya akan mengalami kerugian yang cukup besar.

Sesuai dengan tujuan investasi reksadana adalah investasi untuk jangka panjang (minimal 3 tahun), maka kita dapat menunggu minimal 3 tahun ke depan sampai dengan kondisi ekonomi stabil. Berdasarkan pengalaman krisis tahun 1998 dan 2008, kondisi ekonomi dapat bersifat naik dan turun. Sehingga waktu yang baik untuk memanen reksadana tentu saja pada saat ekonomi sedang naik.

Untuk pekerja yang masih punya penghasilan, saya menyarankan untuk mulai investasi kecil-kecilan pula. Tujuannya untuk mendapatkan penghasilan pasif yang dapat berguna bagi kita. Dan menurut saya, melakukan investasi pada logam mulia adalah hal yang cerdas karena harganya akan mengikuti kondisi ekonomi. Selain itu cara pencairan/penjualan kembali logam mulia sangatlah mudah. Tidak berbelit-belit.  

 Mencari Penghasilan Tambahan dari Berbagai Ide Kreatif

Ide kreatif dapat terjadi dikarenakan kondisi yang terdesak. Seperti yang terjadi pada saya dan banyak orang yang mengalami PHK saat ini.  Mengingat kita tidak tahu pasti kapan kondisi ekonomi akan kembali stabil, maka saya perlu untuk tetap mendapatkan penghasilan tambahan.

Salah satu ide yang berhasil saya lakukan adalah melakukan penjualan barang pribadi yang jarang saya gunakan. Contohnya adalah saya dapat menjual salah satu kamera DSLR dan juga mesin cuci melalui salah satu toko online. Mungkin ide ini dapat digunakan pula oleh orang lain. Selain dapat menghasilkan uang, kegiatan ini juga dapat mengurangi tempat penyimpanan di dalam rumah.

Mengingat banyaknya waktu luang, maka saat ini saya pun mulai mengasah kembali kemampuan untuk menulis. Harapan saya, kemampuan menulis saya akan semakin meningkat dan dapat memenangkan salah satu lomba menulis di media, contohnya di platform Kompasiana.  Who knows ? Menarik sekali dapat menyalurkan hobi yang dapat menghasilkan uang.

 Sedangkan untuk ibu-ibu yang suka memasak, saat ini begitu banyak ide yang menghasilkan penghasilan tambahan. Salah satu contohnya adalah penjualan makanan frozen food di lingkungan RT saya yang semakin banyak sejak wabah Corona. Kebutuhan untuk menyediakan penganan bagi anak dan keluarga, menjadi alasan kegiatan ini semakin berkembang. Selain berguna menambah penghasilan, ternyata hal ini juga menjaga tali silaturahmi di antara sesame warga RT.

Sebagai penutup, sifat konsumerisme perlu tetap ada agar kondisi ekonomi dapat kembali stabil. Namun jadilah konsumen yang cerdas dan bijak secara berkelanjutan di tengah wabah corona ini. Dan tetap sehat dan berpikir positif.

-RSW/DPK/15042020-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun