Judul: Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku
Penulis: Akmal Nasery Basral
Tahun terbit: 2006
Penerbit: Ufuk Press
 Halaman: 268
ISBN cetak: 0793330236
Bagaimana saat kalian membaca judul buku ini? Langsung ngajak mikir, bukan?
Ini adalah buku kumpulan cerpen dengan beragam tema yang menarik. Ukurannya handy alias pas di tangan. Ditulis dengan bahasa yang mudah tetapi bukan berarti remeh. Setiap cerpen punya warnanya sendiri. Tidak terlalu banyak metafora yang membingungkan pembaca dan itu sangat menolong saya untuk memahami setiap cerpen (masalah interpretasi beda lagi).
Setiap cerpen punya twist yang menarik. Sebut saja cerpen dengan judul yang sama dengan judul buku ini. Tokoh utamanya Nila yang terkenal pintar di kampusnya tetapi ada sesuatu yang mengganggunya dari dalam kepalanya sendiri, membuatnya menjadi pembunuh. Seorang pengarang dalam Tewasnya Pengarang Tersantun di Dunia yang punya kenyataan hidup yang baru diketahui setelah kematiannya. Ada juga Lelaki yang Berumah di Tepi Pantai dengan tokoh utama seorang pria yang dianggap sesat karena menantang Tuhan
Dari lay-out halaman buku sangat baik. Terdapat halaman yang hanya di isi satu kata atau beberapa kata yang memang diperlukan untuk menciptakan suasana yang kuat seperti di cerpen pertama juga di cerpen kesepuluh berjudul Perkabungan Hujan. Ada juga beberapa kata yang dilingkari seperti memberikan highlight pada cerpen Seekor Hiu di Cangkir Kopi (untuk ini saya kurang tahu persis maksudnya).
Berikut cerpen favorit saya dari kumpulan cerpen ini.
1. Ada Seseorang di Kepalaku yang Bukan Aku, karena saya suka cerita berbau psikologi yang menurut saya jarang saya temukan dalam literatur kita (nggak tahu kalau sekarang seiring dengan meningkatnya kesadaran kesehatan mental).
2. Matinya Pengarang Tersantun di Dunia, karena saya suka bagaimana sepasang karakter dalam cerita yang ditulis pengarang tersebut mengolok-olok pengarangnya dan bersekongkol untuk membunuh pengarangnya.
3. Legenda Bandar Angin, yang sepertinya manis tetapi mengajak berpikir di akhir. Cerpen ini memberikan kesan magis, interaksi dua dunia yang berbeda.
4. Lelaki yang Berumah di Tepi Pantai, karena cerpen yang satu ini cukup tragis. Tentang seorang pria yang hidup terasingkan dari warga desa. Menghabiskan hidupnya dalam gunjingan orang-orang. Tidak satupun mengenalnya selain dirinya sendiri dengan luka batin yang menyesakkan.