Aku sadar sekarang, Fika tak jauh berbeda dan tak pernah berbeda. Ia normal. Hanya orang buta hati nurani yang mengatakan ia tak normal. Berusaha mengotak-otakkan manusia hanya dari segi fisik yang kasat mata. Aku bangga pada Fika dan aku bahagia bahwa aku telah menjadi bagian dari cerita hidupnya dari kisah ia tulis dalam novelnya. Aku menemukan jati diriku berkat Kania. Aku terus mencoba belajar menulis cerita dan opini. Aku bahagia bisa belajar tentang hidup bahwa pada hakikatnya manusia sama walau tak sempurna.