Mohon tunggu...
Rany Z. Nasution
Rany Z. Nasution Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Kucing

Blogger-Traveler-Food Hunter

Selanjutnya

Tutup

Love

Gaslighting, Penyiksaan Psikologis dalam Toxic Relationship

18 April 2021   16:41 Diperbarui: 18 April 2021   22:36 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Toxic relationship atau hubungan yang tidak sehat adalah sebuah masalah dalam hubungan yang sangat merugikan. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang dalam menjalani hidupnya tentu saja memerlukan hubungan dengan orang lain. Hubungan yang sehat merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, baik dalam urusan karir, percintaan hingga keluarga. 

Sebaliknya, hubungan yang tidak sehata atau toxic relationship akan banyak menimbulkan kerugian dan tentu saja berakibat buruk pada kualitas hidup kita. Tidak ada dalam percintaan, toxic relathionship juga dapat terjadi di lingkungan kerja, sekolah atau kuliah dan di beberapa kasus, bahkan dalam hubungan berkeluarga.

Walaupun toxic relationship ini tergolong sering terjadi, akan tetapi banyak pula orang yang tidak sadar bahwa sebenarnya dirinya terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Hal ini banyak terjadi karena seringkali, si pelaku pada hubungan yang tidak sehat, melakukan gaslighting kepada korbannya. 

Gaslighting adalah kondisi dimana seseorang melakukan manipulasi kepada orang lain dengan cara yang rumit dan penuh dengan taktif sehingga si korban merasa bersalah dan mempertanyakan kembali tindakan atau keputusan yang diambilnya. 

Pelaku gasligting umumnya sangat pandai dalam bersilat lidah, memanipulasi ucapan dan memutar balikan fakta sehingga si korban merasa bersalah dan menjadi penyebab atas segala sesuatu yang terjadi. Pelaku gaslighting akan mengarahkan korbannya kepada jawaban yang sesuai dengan kehendak si pelaku, atas pertanyaan pribadinya.

Misalnya, kalian telah mengambil keputusan untuk tidak ikut pergi menonton konser bersama teman satu kelas dan lebih memilih untuk belajar mempersiapkan ujian. Sebenarnya, pilihan kalian mungkin saja tepat, namun si pelaku gaslighting misalnya pacar kalian, menghendaki untuk kalian menonton konser menemaninya. Si pelaku akan mulai memberikan argumen-argumen yang membuat kalian akan mempertanyakan kembali keputusan kalian tersebut seperti,

"belajar bisa nanti, bergaul dan membangun relasi juga penting."

atau,"Konser ini hanya sekali setahun, sedangkan ujian ada berkali-kali. Kamu harus lebih menghargai waktu bersama temanmu daripada terlalu ambisius mengejar nilai."

Semua argumenya terdengar sangat masuk akal. Inilah yang membuat gaslighting sangat rumit untuk disadari. Kalian akan mempertanyakan kembali keputusan kalian untuk tidak ikut menonton konser. Argumen-argumen yang menyudutkan dan menempatkan kalian di posisi yang salah secara terus-menerus lama kelamaan akan mempengaruhi pikiran bahwa mungkin, aku memang salah dan dia benar. Maka mulailah kalian menjalankan saran si pelaku. Boom! Kalian telah berhasil dimanipulasi.

Ada beberapa cara untuk terhindar dari pengaruh gaslighting. Yang pertama tentu saja kita harus memahami ciri-cirinya dengan baik. Setiap ketika suatu saran yang terkesan baik namun membuatmu merasa bersalah, secepatnya kita harus mengambil sikap skeptis. Minta pendapat kepada orang terdekat yang kalian percayai ketika kalian mulai merasa buruk terhadap diri kalian sendiri.

Ingat, salah satu kunci kehidupan yang bahagia adalah hubungan yang sehat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun