Mohon tunggu...
Rania Wahyono
Rania Wahyono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

Mencari guru sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terjebak dalam Penderitaan karena Law of Attraction (LOA)

1 Juni 2023   09:31 Diperbarui: 19 Desember 2023   17:26 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Paham Memahami Law Of Attraction Berujung Penderitaan. Sumber : pexels.com/cottonbro studio

Itulah mengapa hasil akhir setiap orang akan berbeda-beda. Begitu juga pengalaman dari para praktisi LOA belum tentu cocok diterapkan dengan masing-masing individu karena proses pengalaman jiwa dan energi seseorang berbeda-beda.

Law of Attraction bukanlah suatu metode mutlak yang dapat menjamin keberhasilan instan. Ini bukan proses yang sederhana melainkan sangat kompleks dimana banyak faktor dan hukum alam semesta lainnya yang saling terkait. 

4. Terobsesi Memenuhi Ego

Setiap orang memiliki keinginan dan dorongan untuk mewujudkan sesuatu. LOA membuat kita berpikir dapat menjawab dan mewujudkan semua keinginan kita.

Akhirnya kita berupaya bagaimana memenuhi keinginan, yang pada akhirnya ketika itu tercapai, kita akan terus berupaya bagaimana mendapatkan lebih dan lebih lagi.

Jadi tanpa sadar kita terjebak pada kemelekatan dalam memenuhi hasrat semua keinginan dan ego.

Kita tidak hidup dengan mengedepankan pikiran-pikiran dan  hasrat egoistik. Jangan memaksakan keinginan yang sebetulnya bukan merupakan ketentuan Ilahi.

5. Kebahagiaan Hanya Bisa Didapatkan Ketika Keinginan Terwujud.

Praktek Law Of Attraction membuat persepsi seseorang yang melakukannya seperti melegitimasi bahwa kebahagiaannya itu hanya bisa dicapai atau didapatkan ketika keinginannya terwujud.

Artinya seseorang akan menjadi bahagia ketika dia mendapatkan. Ketika mendapatkan uang, kekayaan, atau  pasangan lalu kamu menjadi bahagia. Padahal bahagia itu pilihan.

Kebahagiaan itu hanya perspektif mana yang kita pilih. Itu sebabnya tidak ada kondisi objektif dan realitas yang objektif. Ada orang yang kaya tidak bahagia, artis populer dan punya segalanya akhirnya bunuh diri. Sebaliknya ada orang yang miskin tidak punya materi tapi dia bisa merasa bahagia. Segalanya punya perspektif dari kacamata masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun