Mohon tunggu...
Rangga Agnibaya
Rangga Agnibaya Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Bagi Ilmu

Membaca, menulis, menonton film, dan sepak bola: Laki-laki.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan yang Membebaskan sebagai Praktik Kritik Ideologi: Refleksi atas Buku Pendidikan Kaum Tertindas Karya Paulo Freire

22 September 2022   07:49 Diperbarui: 22 September 2022   08:06 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.nz/Joel Thomas Bennett

Pembebasan Dalam Pendidikan, Sebuah Kritik Ideologi

Keberanian dan kemampuan menilai situasi diri dan lingkungan yang dihasilkan melalui pendidikan hadap-masalah menjadi penanda adanya kritisisme. Kritisisme penting untuk membongkar ideologi penindasan yang mungkin bersembunyi di balik realitas sehari-hari yang tampak normal. 

Pembagian tugas seperti; bapak berkerja sedangkan ibu tinggal di rumah mengurus anak-anak, misalnya. Pandangan bias gender tersebut dapat digugat oleh murid perempuan yang telah tumbuh kesadaran kritisnya, bahwa praktik yang mensubordinasikan perempuan sekadar di wilayah domestik dan satu level di bawah laki-laki  merupakan konstruksi sosial. 

Konstruksi sosial tersebut dilegitimasi oleh norma-norma yang telah lama dipercaya tanpa dipertanyakan lagi: budaya patriarki a la jawa, atau nilai-nilai agama  tertentu. Apa yang sesungguhnya bersifat konstruksi sosial yang subjektif dan sarat kepentingan, menjadi sesuatu yang taken for granted (sudah semestinya) dan tabu untuk dipertanyakan, apa lagi digugat. 

Pada aras ini, penindasan menunjukkan sifatnya yang paling kejam: situasi penindasan seolah disepakati oleh kedua belah pihak, baik si penindas maupun si tertindas.

F. Budi Hardiman dalam bukunya Kritik Ideologi menulis, “Melalui praktik kritik ideologi diharapkan muncul manusia yang sadar akan penindasan sosial atas dirinya dan mau bergerak membebaskan diri.” Kritik ideologi merupakan sebuah tindakan mempertanyakan kembali situasi atau realitas yang telanjur mapan dan tak tersentuh, padahal di baliknya terdapat relasi kuasa yang tidak seimbang.

Segala hal (pemerintahan, sistem kepercayaan, sistem norma dan nilai, praktik keseharian, dan lain-lain) yang anti kritik dan tabu untuk dipertanyakan, sekaligus dipercaya secara membabi buta, berpotensi ‘membeku’ menjadi mitos atau ideologi yang menghalalkan darah pihak yang mencoba untuk mempertanyakannya.

Ajaran Karl Marx: Marxisme, misalnya. Marxisme pada mulanya merupakan ideologi pembebasan, karena dasar ajaran ini adalah anti penindasan dalam segala wujudnya. Banyak negara-negara Asia-Afrika pada awal abad ke-20  yang menjadikan paham Marxisme sebagai pedoman perjuangan dalam rangka memerdekakan diri dari kolonialisme. Namun demikian, ketika Marxisme digunakan oleh Lenin sebagai alat pembenaran kediktatorannya di Rusia, ia tidak lagi menajadi ideologi pembebasan. Semua pihak yang mencoba mengkritisi Marxisme-Leninisme (menjadi dasar Komunisme) dibantai habis oleh Lenin. Jutaan orang Rusia bahkan kehilangan nyawanya. Marxisme berubah menjadi ideologi penindasan.

Oleh sebab itu, pendidikan yang mampu melahirkan nalar kritis merupakan sebuah kebutuhan yang mendesak. Nalar kritis yang dilahirkan melalui proses pendidikan digunakan untuk membebaskan diri dari situasi yang tidak menguntungkan, sehingga kelompok-kelompok yang selama ini termarjinalkan bergerak untuk mengubah kondisinya menjadi lebih baik. 

Pertama, mereka akan mengevaluasi kondisi dan situasi diri dan lingkungannya, ketika sadar ternyata dalam situasi tertindas, selanjutnya mereka akan melakukan perlawanan atau perubahan. Artinya, pendidikan yang membebaskan merupakan suatu praktik kritik ideologi.

Pada Akhirnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun