Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara "Anak Gemuk Itu Lucu!", Body Shaming, dan Obesitas

25 Juli 2023   08:39 Diperbarui: 25 Juli 2023   14:03 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Anak gemuk itu lucu!"

Demikian stereotip yang selama ini beredar di masyarakat. Belum lagi anggapan jika anak yang gemuk itu sudah pasti sehat, chubby, gemoy, menggemaskan seperti boneka dan lain sebagainya.

Orang tua yang memiliki anak yang kurang gemuk malah seringkali dianggap kurang memperhatikan anak. Kurang memberi uang jajan, kurang awas gizi, dan sebagainya.

Padahal sekarang orang tua sudah harus jauh lebih awas dan waspada. Anak gemuk memang pada awalnya akan terlihat lucu secara fisik, akan tetapi tentu saja mirisnya, faktanya, kenyataannya tidak selucu itu.

"Eh, anak lo kok gemuk banget 'sih! Jajan melulu, ya?"

Misalnya di komentar media sosial setelah mengunggah foto anak. Nah, jika diperingatkan atau diberi sindiran oleh sesama orang tua, sekarang malah ada senjata para orang tua para anak gemuk yang mungkin akan segera dijadikan pamungkas, body shaming!

"Jangan body shaming, dong! Cek dulu anak sendiri dulu aja, udah terurus atau belum! Awas, nanti gue laporin lo pake undang-undang IT!" Mungkin begitu reaksi orang tua Si Gemoy. Yah, siapa tidak jadi keder diberi gertak sambal sedemikian. Masih berlanjut, tinggal skrinsut.

Baca juga: Who Am I?

Dengan demikian, ke-gemoy-an si anak tetap akan berlanjut entah sampai kapan.

Sementara iklan-iklan beraneka warna dengan bintang artis di televisi dan media sosial semakin masif saja, segala macam minuman serbuk dengan rasa manis, entah gula asli atau pengganti gula rendah kalori atau bebas kalori dan sebagainya. Susu, buah, teh, maupun rasa susu, rasa buah dan rasa teh alias ya abal-abal.

Di pinggir jalan, es buah 5000 segelas beli dua gratis satu ramai dijajakan. Walau hanya bubuk berwarna pelangi yang diaduk lalu entah diberi buah segar benar atau tidak, judulnya yang menyegarkan tetap saja menarik calon konsumen.

Si Gemoy pun makin enjoy. Seperti kisah di film animasi jadul Wall-e, mereka duduk manis di depan gawai sambil mengudap segala macam camilan asin gurih berlemak, kemudian minum es pop boba jeli plus es krim dan krimer kental manis.

Please, orang tua. Sebelum meletus kasus obesitas ekstrem seperti yang sedang terjadi di Tangerang dan Bekasi, gagal ginjal akut di negeri tetangga Singapura, marilah kita bersama belajar untuk lebih peduli pada anak.

Hendaklah kita tidak lagi menggaungkan stereotip atau pendapat kolektif jadul bahwa gemuk itu sehat. Beberapa kasus nyata yang terjadi, anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan sangat mungkin mengalami pradiabetes. Memang tak hanya anak gemuk saja, semua anak yang gemar makan-minum manis juga sangat beresiko mengalami hal ini.

Beberapa hal yang mungkin bisa kita mulai lakukan dari rumah:

1. Perhatikan kandungan susu untuk anak, khususnya susu UHT. Sangat banyak susu kotak siap minum di pasaran beredar mengaku berasal dari susu murni, padahal isinya hanya sekian persen saja susu sapi. Sisanya? Perisa susu, bubuk whey, perisa buah, pewarna, susu bubuk skim. Jangan hanya terpaku pada komposisi vitamin dan mineral saja!

2. Berilah anak kesempatan untuk aktif bergerak, jangan hanya berikan gawai agar anak menjadi lebih anteng.

3. Jangan abai pada kepo-nya rekan orang tua lalu serta-merta merasa mendapatkan body shaming. Banyak hal kecil yang mungkin tidak bisa kita sadari sendiri adalah bom waktu yang bisa merugikan diri dan keluarga.

Obesitas pada anak bukan hanya masalah kelebihan berat badan biasa atau perut besar-pipi tembem saja, melainkan bisa dicegah dari dini, dimulai dari mengendalikan diri dan kebiasaan makan-minum anak.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun