Pemuda itu melunak. Diraihnya dan dikecupnya kening Rani berkali-kali. Tentu saja sang istri tak mengelak.Â
"Maafkan aku juga, tapi terus terang, aku suka kau cemburu. Aku merasa dicintai."
"Aku pria posesif."
"Kurasa aku juga demikian," Rani berubah liar. Didorongnya sedikit dada Orion dan diraihnya dagu terbelah sang bangsawan tampan dengan kedua tangannya, "semua ini gara-gara dirimu. You've made me so crazy and wild. You've unleashed the beast within me!"
"Kalau begitu, ayo kita lakukan..." bisik Orion dengan suara basnya nan menggoda.
"Kita perlu 'karet pengaman'. Aku tak mau sampai kebobolan."
"Nanti kita cari di Chestertown!"
Tiba-tiba saja keduanya sudah berada di atas ranjang Rani yang kini terasa sempit. Semua yang mereka kenakan di tubuh tak lama kemudian berjatuhan di atas karpet lantai. Saling menelusuri tanpa ada batasnya, semua mimpi terindah Rani kini menjadi kenyataan.
"Orion, kau ini sungguh seorang suami yang menyebalkan! Ibarat murid nakal mengesalkan gurunya sendiri!" Rani di bawah tampak kesal setelah ronde pertama mereka berakhir.
"Eh, why did you say that?" Orion tersenyum sebegitu jantan tapi juga sangat manis dan nakal, masih belum melepaskan Rani dari dekapannya.
"Karena kau membuatku begitu dalam ketagihan dirimu! Kau tahu, kita tak bisa sembunyi-sembunyi begini setiap malam."