Mohon tunggu...
Rama Guna Wibawa
Rama Guna Wibawa Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis terus sampe lupa caranya berhenti, kecuali adzan, makan dan Bucin

Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Isalam Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melawan Kekerasan Seksual, Apa yang Mesti Kampus Lakukan?

12 Januari 2023   01:41 Diperbarui: 12 Januari 2023   01:49 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Source : Pixabay

Angin berhembus pelan, menerbangkan rambut seseorang yang sedang asyik membaca buku dipelantaran lantai Mesjid. Orang-orang berlalu-lalang dengan kesibukannya masing-masing. Bayanganku dengan setia, menemaniku melangkah kedalam ruangan yang tepat berada di samping mesjid, langkahku berirama menuju kegiatan yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi kampus.

Kegiatan ini sangat menarik, mengusung tema "Kampus Ramah Gender; We Talk, We're together" dengan narasumber yang berbobot dan berkualitas, yaitu dari pandangan hukum Founder Bincang Hukum.id dan pandangan dari akademisi wakil dekan I.

Mahasiswa begitu antusias menyambut kegiatan ini, terlihat di ujung kiri, seorang perempuan berkerudung coklat tengah menyiapkan buku dan alat tulis, samping kanan saya terlihat seorang lak-laki dengan kacamata yang menggantung diatas hidung nya yang mancung asyik membaca Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi No 30 Tahun 2021 Tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Saat kegiatan ini dimulai, Ketua pelaksana memberikan sambutan, bahwa kegiatan ini digelar, bukan tanpa alasan, melainkan adanya suatu keresahan yang dirasakan oleh mahasiswa, Bahwa kampus yang seharusnya tempat untuk melahirkan kaum-kaum agen perubahan, justru melahirkan korban pelecehan.

Selain itu, ia berharap dengan adanya kegiatan ini dapat menstimulus para pemangku kepentingan agar lebih aware terhadap kasus pelecehan yang menimpa mahasiswa dan sekaligus memberikan edukasi akan pentingnya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.

Begitupun senada yang disampaikan oleh pemateri dari Founder Bincang Hukum Bahwa, Pelecehan seksual bisa terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Maka dari itu, mahasiswa perlu menjaga diri agar dapat terhindarkan dari fenomena ini.

Ia menyadari, Meskipun sudah diamanatkan oleh Permendikbudristek No 30 Tahun 2021 bahwa setiap perguruan tinggi diwajibkan membuat Satuan Tugas (Satgas), namun hingga saat ini pun, belum ada Satuan Tugas yang dibentuk oleh pihak kampus. Maka tidak heran, apabila maraknya terjadi pelecehan dilingkungan kampus.

Ada sebuah Pepatah yang berbunyi "lebih baik mencegah daripada mengobati" pepatah ini bukan hanya sebatas kalimat, melainkan suatu kekhawatiran agar tidak terjadinya suatu peristiwa yang lebih parah lagi,

Laksana seperti bola salju yang bergelinding, jika dibiarkan, maka bola itu akan terus membesar dan pecah.

Hal inilah yang menjadi suatu persoalan bersama, ketika belum heboh, masih asyik ber haha-hihi, namun ketika sudah terjadi, baru sibuk menangani.

Dengan mudahnya seseorang berkata :

"Ayo Speak up"

"Jangan takut ya, Ayo laporkan"

Namun, faktanya dilapangan, kenapa mahasiswa yang menjadi korban pelecehan tidak melapor, bukan hanya soal ketakutan semata, melainkan tidak adanya sarana aduan, harus kemana ia melapor, kepada siapa melapor dan bagaimana teknis pelaporan. Jika dianalogikan seperti kita yang sedang berjalan di gurun pasir, gersang dan panas. Seseorang dengan lantang nya berteriak dan menyarankan untuk berteduh.

"ayoo berteduh"

"Jika panas berteduh dong,jangan jalan terus"

Yang menjadi persoalan, bukan ia tidak mau berteduh, namun dimana ia harus berteduh. Karena tidak adanya rumah, pepohonan atau bangunan sebagai tempat ia berlindung.

Sebagai tambahan informasi, kebanyakan korban pelecehan tidak melapor kejadiannya, dikarenakan adanya rasa kekhawatiran bahwa korbanlah yang disudutkan atau yang kita kenal dengan istilah Victim Blaming.

Dilansir Sorona.Id Victim Blaming (menyalahkan korban) ialah sikap yang menunjukkan bahwa korban yang harus tanggung jawab atas sesuatu hal yang terjadi.

Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa korbanlah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya pelecehan seksual. Seperti pakaian minim, tindakan merayu lawan jenis, kata-kata rayuan yang dianggap mengundang pelecehan dan lain sebagainya.

"Emang kamu menggunakan pakaian seperti apa, sehingga si A melakukan pelecehan"

"Mungkin kamunya yang terlalu Friendly sehingga si A menjadi terpancing"

Atau

"Pantesan kamu memakai minyak wangi ini, jadi deh dia lakuin itu ke kamu"

Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sudah tidak asing lagi ditelinga kita, menjadi hal yang lumrah dan lazim, Hal inilah yang menjadi salah satu kesalahan kita dalam berfikir. Letak permasalahannya bukan karena penggunaan minyak wangi, cara berpakaiaan, cara berbicara, dan lain sebagainya. Tapi cara berfikir seseorang yang mengarah kepada seksualitas atau mesum.

Matahari mulai terbenam, Cahaya jingga langit menembus sela-sela kaca. Semua mahasiswa terdiam, menatap dengan tajam menyimak kata demi kata yang disampaikan narasumber.

Diakhir acara, kedua pemateri menyarankan kepada panitia untuk membuat hasil kegiatan diskusi dan melayangkan surat kepada pihak rektorat agar adanya kebermanfaatan demi kemajuan kampus dalam menuju kampus yang aman dari pelecehan seksual.

Mari kita sama-sama menjadi pelopor dalam memperjuangkan Kampus Ramah Gender.

Mendongkrak ketidakadilan, menumpas kekerasan dan mengikis habis pelaku pelecehan.

Kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi ?

Good Luck

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun