Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Mantan Guru • S1 Bahasa dan Sastra Indonesia • Bergiat di Kembara Rimba dan Salam Semesta • Warga Gg. Mangga Garis Lurus

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada yang Hilang

5 Februari 2024   14:19 Diperbarui: 5 Februari 2024   14:23 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia tidak pernah melihat wajahnya sendiri. Dia hanya tahu bahwa dia putih dan pasi, seperti kata orang-orang yang melihatnya. Dia tidak tahu apa artinya putih dan pasi, tapi dia merasa sia-sia. Dia merasa tidak ada yang menghargai dirinya, tidak ada yang mencintai dirinya, tidak ada yang membutuhkan dirinya.

Dia pernah tinggal di sebuah gubuk kecil di pinggir kota, bersama dengan ibunya yang sakit-sakitan. Ayahnya sudah meninggal sejak dia masih kecil. Dia tidak punya saudara, tidak punya teman, sedikit harapan. Dia hanya hidup dari doa yang diberikan oleh orang-orang yang lewat di depan gubuknya.

Baca juga: Nyala Api

Dia selalu bermimpi untuk melihat dunia, untuk melihat laut, gunung, bintang, dan rembulan. Tapi dia tidak pernah bisa mewujudkan mimpinya. Dia terlalu miskin, terlalu lemah, terlalu takut. Dia hanya bisa melihat dunia dari jendela gubuknya, yang kusam dan berdebu.

Suatu malam, dia mendengar suara nyanyian yang indah dari luar. Dia penasaran dan membuka jendela. Dia melihat seorang gadis cantik yang sedang melangkah mungil di jalan, sambil menyanyikan lagu yang merdu. Gadis itu memiliki rambut hitam panjang yang berkilau, mata biru yang bersinar, bibir merah yang menawan, dan kulit putih bersih yang bercahaya. Dia seperti rembulan yang menerangi malam.

Dia terpesona oleh kecantikan gadis itu. Dia ingin berbicara dengan gadis itu, ingin mengenal gadis itu, ingin menyentuh gadis itu. Tapi dia tidak berani. Dia merasa tidak pantas, tidak layak, tidak berharga. Dia hanya bisa menatap gadis itu dari jauh, sambil merasakan sesak di dadanya.

Gadis itu tidak menyadari keberadaan dia. Gadis itu terus berjalan, sambil tersenyum dan tertawa. Gadis itu tampak bahagia, bebas, dan berani. Gadis itu tampak memiliki segalanya.

Dia merasa iri, marah, dan sedih. Dia merasa hidupnya tidak adil, tidak berarti, tidak berguna. Dia merasa ingin mati, ingin mengakhiri penderitaannya, ingin menghilang dari dunia.

Dia menutup jendela dengan keras. Dia menangis dengan pilu. Dia berdoa kepada Tuhan, agar Tuhan memberinya kesempatan untuk melihat wajahnya sendiri, untuk melihat wajahnya sebagai rembulan, untuk melihat wajahnya yang dicintai oleh gadis itu.

Tapi Tuhan tidak menjawab doanya. Tuhan tidak peduli dengan dia. Tuhan tidak ada untuk dia.

Dia merasa putus asa, kecewa, dan hampa. Dia merasa tidak ada harapan, tidak ada mimpi, tidak ada cinta.

Dia merasa tidak pernah ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun